Dalam lembaran Al-Qur'an yang kaya akan petunjuk Ilahi, terdapat ayat-ayat yang secara spesifik mengingatkan umat manusia tentang prinsip dasar kehidupan yang membawa ketenangan dan kemaslahatan. Salah satu ayat tersebut adalah **An Nahl ayat 114**.
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا غَافِلُونَ
(Wa mā kāna rabbuka liyuhlikal-qurā biẓulmin wa ahluhā ghāfilūn)
Artinya: "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, padahal penduduknya dalam keadaan lengah (lalai)."
Ayat ini, yang terletak dalam Surah An Nahl (Lebah), secara eksplisit menegaskan salah satu sifat fundamental dari Allah SWT: keadilan-Nya yang sempurna. Ayat 114 menjadi penegasan bahwa Allah tidak akan menghukum atau membinasakan suatu kaum (negeri) atas dasar kezaliman (ẓulm) jika kaum tersebut masih dalam keadaan lalai (ghāfilūn).
Pemahaman mendalam terhadap ayat ini memiliki dua dimensi utama. Pertama, ia menunjukkan rahmat Allah yang mendahului murka-Nya. Pembinasaan atau azab yang bersifat kolektif biasanya datang setelah serangkaian peringatan, penegasan kebenaran, dan tenggat waktu yang telah ditetapkan. Keterlibatan kezaliman harus disertai dengan kesadaran penuh dari pelakunya.
Kata kunci dalam ayat ini adalah "wa ahluhā ghāfilūn" (padahal penduduknya dalam keadaan lengah). Dalam tafsir klasik, 'kelengahan' di sini sering diartikan sebagai keadaan di mana:
Ini menyiratkan bahwa jika suatu kaum telah menerima risalah, telah diperingatkan secara berulang kali mengenai bahaya kezaliman, dan mereka tetap memilih untuk berbuat zalim dalam keadaan sadar penuh (tidak lagi lengah), maka azab bisa saja datang. Namun, ayat ini menjamin bahwa Allah tidak akan bertindak sewenang-wenang tanpa melalui proses peringatan yang memadai.
Untuk memahami konteks An Nahl 114 secara utuh, perlu dilihat beberapa ayat sebelumnya, terutama ayat 113, yang membahas tentang kenikmatan dan syukur. Setelah Allah memberikan rezeki dan keamanan, sebagian besar manusia justru mengingkari nikmat tersebut.
Dalam kaitannya dengan ayat 114, Allah menegaskan: "Aku tidak akan menghancurkan kalian dalam keadaan kalian tidak menyadari apa yang kalian lakukan." Ini adalah jaminan bahwa peringatan selalu didahulukan. Ketika orang-orang zalim sadar bahwa mereka zalim, mereka telah keluar dari kategori ghāfilūn. Pada titik kesadaran itulah pertanggungjawaban mereka menjadi penuh.
Dalam konteks masyarakat modern, An Nahl 114 menjadi pengingat bahwa Allah Maha Adil. Namun, itu tidak boleh dijadikan alasan untuk berbuat maksiat dan kezaliman dengan dalih "belum mendapat azab". Sebaliknya, ayat ini mendorong umat Islam untuk:
Intisari dari An Nahl 114 adalah keteguhan pada prinsip keadilan ilahi: tidak ada pembinasaan kecuali setelah peringatan yang jelas dan kesadaran penuh dari pelaku kezaliman. Ayat ini adalah penghiburan bagi mereka yang tertindas dan peringatan tegas bagi para penindas yang mungkin terlena oleh kekuasaan sesaat.