Surat An Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat Madaniyah yang kaya akan ajaran dan petunjuk ilahi. Di antara ayat-ayatnya yang mendalam, rentang ayat 110 hingga 120 memiliki makna yang sangat krusial, terutama dalam hal hubungan manusia dengan Tuhannya, khususnya mengenai keutamaan taubat dan luasnya rahmat Allah SWT. Ayat-ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap manusia pasti pernah berbuat salah, namun pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja yang menyesal dan ingin kembali ke jalan yang benar.
Kisah Orang yang Memperdaya Diri
Ayat 110 dari surat An Nisa memulai penjelasannya dengan gambaran tentang orang yang berbuat buruk atau aniaya terhadap dirinya sendiri. Allah SWT berfirman, "Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan aniaya terhadap dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Ayat ini adalah penegasan kuat bahwa Allah tidak pernah menutup pintu rahmat-Nya. Sekecil apapun kesalahan yang kita perbuat, selama kita memiliki kesadaran untuk berhenti, menyesalinya, dan memohon ampunan dengan tulus, Allah akan mengampuninya. Ini adalah sebuah kabar gembira yang membangkitkan harapan dan motivasi bagi setiap mukmin.
Namun, penting untuk dipahami bahwa "aniaya terhadap diri sendiri" tidak hanya berarti dosa-dosa yang kasat mata, tetapi juga bisa mencakup kelalaian dalam menjalankan perintah Allah, mengikuti hawa nafsu yang menjauhkan dari kebaikan, atau menzalimi hak-hak orang lain. Dengan adanya kesadaran akan kesalahan tersebut, manusia didorong untuk segera melakukan introspeksi dan bertaubat.
Keutamaan Taubat Nasuha
Rentang ayat 110-120 ini secara implisit menekankan pentingnya "taubat nasuha" atau taubat yang sungguh-sungguh. Taubat nasuha bukan sekadar ucapan di lisan, tetapi sebuah komitmen hati yang disertai tekad kuat untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. Ia melibatkan penyesalan mendalam atas dosa yang telah dilakukan, niat yang tulus untuk tidak kembali berbuat serupa, dan jika dosa tersebut berkaitan dengan hak manusia, maka wajib untuk mengembalikannya atau meminta maaf.
Ayat-ayat ini memberikan gambaran yang kontras antara orang yang menyadari kesalahannya dan bertaubat, dengan orang yang terus menerus tenggelam dalam kesesatan tanpa penyesalan. Allah SWT menegaskan dalam ayat-ayat selanjutnya (meskipun tidak secara eksplisit disebutkan angkanya di sini, namun maknanya tercakup dalam rentang tersebut) bahwa orang yang senantiasa berbuat dosa dan tidak mau bertaubat, mereka akan mendapatkan balasan yang setimpal. Namun, bagi mereka yang senantiasa kembali kepada Allah, Allah akan memperluas rahmat dan ampunan-Nya.
Lebih lanjut, ayat-ayat ini juga mengajarkan tentang kesabaran dan keteguhan dalam menghadapi cobaan. Terkadang, kesalahan yang kita perbuat dapat berakibat pada kesulitan hidup. Namun, di sinilah letak hikmahnya; kesulitan tersebut bisa menjadi peringatan dari Allah agar kita segera kembali kepada-Nya. Jika kita mampu bersabar dan merenungi ujian tersebut sebagai teguran, niscaya kita akan mendapatkan pahala dan kemudahan setelahnya.
Jangan Terpedaya oleh Setan
Pesan penting lainnya yang tersirat dalam An Nisa 110-120 adalah peringatan agar kita tidak terpedaya oleh bujukan setan. Setan selalu berusaha menyesatkan manusia, menjanjikan kesenangan semu di dunia namun menjerumuskan ke dalam siksa di akhirat. Ayat-ayat ini mengingatkan kita untuk senantiasa waspada terhadap bisikan-bisikan yang mengajak kepada maksiat dan menjauhkan dari ketaatan.
Allah SWT berfirman dalam konteks yang relevan, bahwa setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Oleh karena itu, kita harus menjadikan Allah sebagai pelindung utama dan berlindung kepada-Nya dari segala godaan. Melalui pemahaman ayat-ayat ini, kita diajak untuk membangun benteng keimanan yang kokoh, sehingga tidak mudah goyah oleh tipu daya musuh yang laknat.
Keutamaan lain yang dapat dipetik adalah pentingnya berbaik sangka kepada Allah. Sekalipun dosa kita terlihat sangat besar, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Keyakinan bahwa Allah Maha Pengampun adalah modal utama dalam meraih ampunan-Nya. Setiap detik adalah kesempatan untuk bertaubat, dan setiap helaan napas adalah undangan untuk kembali kepada Sang Pencipta.
Surat An Nisa ayat 110-120 adalah pengingat abadi tentang sifat Maha Pengampun dan Maha Penyayang Allah SWT. Melalui ayat-ayat ini, kita diajak untuk senantiasa merenungi diri, menyadari kesalahan, dan bersegera bertaubat dengan tulus. Jangan pernah berhenti berharap pada rahmat Allah, karena pintu taubat selalu terbuka lebar bagi hamba-Nya yang kembali dengan penyesalan dan tekad memperbaiki diri. Mari jadikan ayat-ayat ini sebagai panduan hidup untuk meraih ridha-Nya dan kebahagiaan abadi.