Dalam lautan hikmah dan petunjuk ilahi yang terkandung dalam Al-Qur'an, terdapat ayat-ayat yang memiliki kedalaman makna dan implikasi yang luas bagi kehidupan seorang Muslim. Di antara ayat-ayat tersebut adalah Surah An-Nisa ayat 157 dan 158. Kedua ayat ini seringkali dibahas bersamaan karena saling berkaitan dalam konteks pemahaman tentang kebenaran, kesesatan, dan posisi umat manusia di hadapan Sang Pencipta.
Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", adalah surah Madaniyah yang berbicara banyak tentang hukum keluarga, hak-hak wanita, dan persoalan sosial kemasyarakatan. Namun, di dalamnya juga terdapat ayat-ayat yang bersifat akidah dan muamalah universal. Ayat 157 dari Surah An-Nisa merupakan penegasan atas klaim palsu dari sebagian kaum Yahudi pada masa itu yang mengaku telah membunuh Nabi Isa Al-Masih.
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ ۚ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ ۚ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ ۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
"Dan karena ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah', padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (perkara) itu menyerupai bagi mereka. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan yang penuh kegelisahan. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin."
Ayat ini secara tegas membantah anggapan bahwa Nabi Isa Al-Masih dibunuh atau disalib. Allah SWT menjelaskan bahwa apa yang tampak bagi mereka adalah penyerupaan. Ini menunjukkan bahwa Allah memiliki kuasa untuk menyelamatkan para nabi-Nya dari ancaman musuh. Bagi umat Islam, ayat ini menjadi pengingat akan kebenaran risalah kenabian Isa Al-Masih sebagai seorang rasul Allah, namun bukan sebagai Tuhan atau anak Tuhan, sesuai dengan keyakinan yang disalahartikan oleh sebagian kalangan.
Melanjutkan penegasan terhadap klaim kaum Yahudi, ayat 158 dari Surah An-Nisa kemudian menjelaskan konsekuensi dari kekafiran dan kedustaan mereka, serta menegaskan kekuasaan Allah SWT yang mutlak.
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
"Tetapi Allah telah mengangkat Isa (ke hadirat-Nya). Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Ayat ini memberikan penjelasan yang lugas mengenai nasib Nabi Isa Al-Masih. Ia tidak dibunuh, melainkan diangkat oleh Allah SWT ke sisi-Nya. Ini adalah bentuk perlindungan dan kemuliaan dari Allah kepada para rasul-Nya. Keberadaan Allah yang Maha Perkasa (Al-Aziz) dan Maha Bijaksana (Al-Hakim) menjadi dasar bagi seluruh peristiwa yang terjadi. Kebijaksanaan-Nya mengatur segala sesuatu, dan kekuasaan-Nya tidak terbatas.
Kedua ayat ini saling menguatkan dalam menyampaikan pesan kebenaran ilahi. Ayat 157 membantah kebohongan tentang pembunuhan Isa, sementara ayat 158 menjelaskan keadaan Isa yang sebenarnya dan menegaskan sifat-sifat Allah. Hubungan ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an adalah kitab yang konsisten dan penuh hikmah.
Bagi umat Islam, ayat-ayat ini memiliki beberapa poin penting untuk direnungkan:
Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur'an, khususnya yang berkaitan dengan akidah dan sejarah para nabi, sangat penting untuk merujuk pada tafsir yang shahih dan sahih dari para ulama yang terpercaya. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang keliru, yang justru dapat menjerumuskan kita pada kesesatan. Surah An-Nisa ayat 157-158 mengingatkan kita akan bahaya mengikuti hawa nafsu dan prasangka dalam urusan agama. Sebaliknya, kebenaran hanya akan diperoleh melalui petunjuk Allah SWT.
Ayat-ayat ini bukan sekadar kisah masa lalu, melainkan pelajaran berharga yang relevan hingga akhir zaman. Ia mengajak kita untuk senantiasa menjaga kemurnian akidah, memperkuat keyakinan, dan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang tak tergoyahkan. Dengan demikian, kita dapat meraih ketenangan hati dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.