Dalam Al-Qur'an, setiap ayat memiliki kedalaman makna dan hikmah yang tak terhingga. Salah satu ayat yang sering menjadi rujukan adalah Surah An-Nisa ayat 68. Ayat ini membahas tentang orang-orang yang bersyukur, takut kepada Allah, dan bagaimana mereka akan mendapatkan balasan terbaik. Memahami ayat ini secara mendalam dapat memberikan pencerahan spiritual dan tuntunan dalam kehidupan sehari-hari.
يَعۡرِفُونَ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ ثُمَّ يُنكِرُونَهَا وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
Ya'rifūna ni'mata Allāhi thumma yunkirūnahā wa aktharuhumu al-kāfirūn.
"Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya; dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir."
Meskipun ayat yang sering dibahas terkait nikmat dan balasan terbaik adalah ayat yang berbeda, yaitu An-Nisa ayat 72 atau 73 yang berbicara tentang orang-orang yang mendapatkan keutamaan, ayat 68 ini secara spesifik menyoroti kontrasnya. Ayat ini berbicara tentang sekelompok orang yang memiliki kesadaran akan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, namun ironisnya, mereka justru mengingkarinya. Ini adalah sebuah gambaran yang kuat tentang sifat manusia yang kadang terlena dan lalai, bahkan ketika telah menerima begitu banyak kebaikan.
Para ulama tafsir menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan kondisi sebagian orang yang telah merasakan berbagai macam nikmat dari Allah, baik nikmat kesehatan, rezeki, keamanan, maupun nikmat hidayah. Mereka mengenal nikmat-nikmat tersebut, namun karena berbagai alasan—mungkin kesombongan, ketidakpedulian, atau pengaruh lingkungan—mereka kemudian mengingkarinya. Pengingkaran ini bisa berarti tidak mensyukuri, tidak menggunakan nikmat tersebut di jalan yang diridai Allah, atau bahkan menisbatkan nikmat tersebut kepada selain Allah.
Lebih lanjut, ayat ini menekankan bahwa "kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir." Kata "kafir" di sini dapat diartikan dalam makna yang luas. Bisa jadi mereka kafir secara akidah (menolak keesaan Allah), atau kafir dalam arti kufur nikmat (tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan). Kufur nikmat adalah bentuk kekafiran yang sangat merugikan, karena ia menghilangkan keberkahan dan potensi meningkatnya nikmat tersebut. Sebaliknya, rasa syukur justru menjadi kunci dibukanya pintu-pintu kenikmatan yang lebih besar lagi, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya akan Aku tambahkan (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkarinya, sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'" (QS. Ibrahim: 7).
Ayat An Nisa 68 ini menjadi pengingat penting bagi kita untuk senantiasa introspeksi diri. Apakah kita termasuk orang-orang yang mengenali nikmat Allah lalu mensyukurinya, atau justru termasuk mereka yang lalai dan mengingkarinya? Syukur adalah ibadah lisan, hati, dan perbuatan. Syukur lisan adalah dengan memuji Allah atas nikmat-Nya. Syukur hati adalah dengan mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. Syukur perbuatan adalah dengan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan, ketaatan, dan menolong sesama.
Ketaatan kepada Allah SWT adalah bentuk syukur yang paling tinggi. Ketika kita menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, kita telah menunjukkan pengakuan kita atas kebesaran dan kekuasaan-Nya, serta kasih sayang-Nya yang tak terhingga. Orang-orang yang taat dan bersyukur inilah yang dijanjikan oleh Allah balasan terbaik.
Jika kita melihat kelanjutan dari Surah An Nisa, ayat-ayat selanjutnya seringkali berbicara tentang bagaimana Allah SWT akan memberikan balasan yang berlipat ganda bagi hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Ini adalah janji mulia yang seharusnya memotivasi kita untuk terus berada di jalan kebenaran. Keutamaan utama yang diberikan Allah bukanlah semata-mata dunia, melainkan keridaan-Nya, surga-Nya, dan terhindar dari siksa-Nya.
Di era digital yang serba cepat ini, godaan untuk mengingkari nikmat Allah semakin banyak. Kemudahan akses informasi, kemewahan materi, dan hiburan yang melimpah seringkali membuat manusia lupa akan hakikat nikmat yang sesungguhnya. Kita mudah mengeluh ketika mendapatkan cobaan, namun seringkali lupa untuk berterima kasih ketika diberi kemudahan. Lupa bahwa kesehatan yang kita nikmati adalah nikmat yang luar biasa, lupa bahwa rezeki yang kita dapatkan adalah titipan dari Sang Pencipta, dan lupa bahwa hidayah yang membuat kita berada di jalan yang benar adalah anugerah yang tak ternilai.
Oleh karena itu, merenungi Surah An Nisa ayat 68 dan ayat-ayat lain yang berkaitan dengan syukur sangatlah penting. Ini membantu kita untuk menjaga hati agar tetap bersih, terhindar dari kesombongan dan kekufuran nikmat. Dengan kesadaran penuh akan nikmat Allah dan senantiasa mengucap syukur, insya Allah, kehidupan kita akan lebih berkah, hati kita lebih tenang, dan kita akan meraih kebahagiaan dunia akhirat.
Mari jadikan ayat ini sebagai pengingat harian untuk selalu bersyukur, mengakui kebesaran Allah dalam setiap keadaan, dan menggunakan setiap nikmat yang diberikan untuk kebaikan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan tentu saja, untuk meraih cinta dan rida Allah SWT.