Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, merupakan sumber petunjuk yang tak ternilai. Di dalamnya terdapat ayat-ayat yang mengandung hikmah mendalam, nasihat bijaksana, dan panduan hidup yang utuh. Salah satu ayat yang sering menjadi renungan adalah An Nisa ayat 81. Ayat ini, meskipun singkat, memuat pesan penting tentang hubungan antara seorang mukmin dengan perintah Allah, Rasul-Nya, serta bagaimana seharusnya menyikapi dunia dan segala urusannya. Memahami An Nisa 81 berarti membuka pintu pemahaman yang lebih dalam mengenai esensi keislaman yang sesungguhnya.
"Mereka (orang-orang munafik) memperlihatkan (keimanan) kepada manusia dan tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit." (QS. An-Nisa: 142 - Catatan: Sepertinya ada kekeliruan penomoran, An Nisa 81 memiliki isi yang berbeda. Kita akan fokus pada An Nisa 81 yang berisi perintah ketaatan kepada Allah dan Rasul)
Mari kita perbaiki fokus pada ayat yang sebenarnya dimaksud: An Nisa ayat 81. Ayat ini berbunyi:
"Katakanlah (Muhammad): 'Taatilah Allah dan taatilah Rasul; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan (amanah) dengan jelas, dan sesungguhnya kewajiban kamulah (kaum mukmin) untuk mematuhi(-Nya) dan jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka (rujuklah) kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa: 59)
Ayat ini dengan tegas memerintahkan agar setiap mukmin menaati Allah dan menaati Rasulullah Muhammad SAW. Perintah ini bukanlah sekadar saran, melainkan sebuah kewajiban fundamental. Ketaatan kepada Allah berarti menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, sesuai dengan apa yang telah difirmankan dalam Al-Qur'an. Sementara itu, ketaatan kepada Rasul adalah dalam rangka meneladani beliau, mengikuti sunnahnya, dan menjadikan ajaran serta petunjuknya sebagai pedoman hidup. Rasulullah SAW diutus untuk menjelaskan dan menyampaikan ajaran Allah dengan sejelas-jelasnya, tanpa keraguan sedikit pun.
An Nisa ayat 81 juga menjelaskan konsekuensi dari ketidaktaatan. Jika seorang mukmin berpaling dari perintah Allah dan Rasul, maka itu adalah tanggung jawab mereka sendiri. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan risalah dengan gamblang. Beliau tidak dibebani untuk memaksa manusia agar beriman atau patuh, melainkan hanya bertugas menyampaikan kebenaran. Sebaliknya, kewajiban untuk patuh sepenuhnya berada pada diri setiap individu mukmin.
Pentingnya kembali kepada sumber utama, yaitu Allah dan Rasul, saat terjadi perselisihan juga ditekankan dalam ayat ini. Jika timbul perbedaan pendapat atau perselisihan dalam urusan agama maupun dunia, jalan keluarnya adalah dengan merujuk kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ini menunjukkan bahwa setiap permasalahan, sekecil apapun, seharusnya diselesaikan berdasarkan tuntunan ilahi dan teladan nabi. Ini adalah bukti nyata dari keimanan seseorang kepada Allah dan Hari Akhir. Ketika seseorang benar-benar beriman, ia akan senantiasa mencari solusi terbaik yang sesuai dengan ajaran agama, bukan berdasarkan hawa nafsu atau keinginan pribadi semata.
Ayat ini menutup dengan menyatakan bahwa mengikuti tuntunan Allah dan Rasul adalah lebih baik bagi seorang mukmin, baik di dunia maupun di akhirat. Ketaatan akan membawa ketenangan batin, kedamaian dalam hidup, keberkahan dalam setiap langkah, serta kebahagiaan abadi di akhirat kelak. Sebaliknya, berpaling dari ajaran Allah dan Rasul akan menjerumuskan pada kesesatan, penyesalan, dan kerugian yang besar.
Dalam konteks sosial dan pribadi, An Nisa ayat 81 mengingatkan kita akan pentingnya menjadikan Al-Qur'an dan Sunnah sebagai kompas utama. Di tengah arus informasi yang begitu deras dan berbagai macam pandangan yang muncul, seringkali kita dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit. Dengan berpegang teguh pada ayat ini, kita diajak untuk senantiasa mengukur setiap keputusan dan tindakan kita dengan standar kebenaran yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta.
Menjalankan perintah Allah dan Rasul bukan berarti kehilangan kebebasan, melainkan justru menemukan kebebasan yang sejati. Kebebasan dari belenggu hawa nafsu, kebebasan dari keraguan yang menyesatkan, dan kebebasan untuk meraih ridha Allah SWT. Ketaatan ini adalah pondasi terkuat bagi keimanan seseorang. Tanpa ketaatan, klaim keimanan akan menjadi hampa. Oleh karena itu, marilah kita jadikan An Nisa ayat 81 sebagai pengingat abadi untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan meneladani Rasul-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita. Keindahan hidup yang hakiki hanya akan terwujud ketika kita benar-benar tunduk dan patuh pada ajaran-Nya.