Dalam lautan kehidupan yang penuh dengan ujian, ketidakpastian, dan kadang kala kegelisahan, manusia selalu mencari tempat berlindung yang hakiki. Pencarian ini seringkali terarah pada hal-hal duniawi, namun seringkali hanya memberikan ketenangan sementara. Di tengah pencarian tak berujung tersebut, Al-Qur'an hadir sebagai petunjuk ilahi yang tak ternilai, salah satunya melalui firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 99. Ayat ini memberikan perspektif mendalam tentang sumber perlindungan sejati yang mampu memberikan ketenangan jiwa yang hakiki.
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan (berbuat) kezaliman kepada diri mereka sendiri, malaikat akan mencabut (nyawa) mereka seraya berkata, "Keadaan bagaimanakah kamu ini?" Mereka menjawab, "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (kami)." Malaikat berkata, "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?" Orang-orang yang demikian itu, tempat kembalinya ialah Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa: 99)
Secara sekilas, ayat ini berbicara tentang kondisi orang-orang yang meninggal dalam keadaan menzalimi diri sendiri, yang seringkali ditafsirkan sebagai mereka yang tidak berhijrah dari lingkungan yang menghalanginya untuk beriman dan beramal saleh. Namun, di balik makna literalnya, tersimpan pesan yang jauh lebih luas mengenai konsep berlindung dan perlindungan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tempat berlindung yang paling utama bukanlah semata-mata kondisi geografis atau lingkungan fisik, melainkan pilihan sadar untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, Sang Pemilik dan Pengatur alam semesta.
Pesan utama An Nisa ayat 99 adalah peringatan keras bagi umat manusia untuk tidak menzalimi diri sendiri. Menzalimi diri sendiri dapat diartikan dalam berbagai bentuk, mulai dari menyia-nyiakan potensi diri, terjebak dalam kemaksiatan, hingga enggan berusaha mencari kebenaran dan jalan keluar dari situasi yang mendzolimi akidah dan moralitas. Ayat ini secara implisit mengajarkan bahwa Allah memberikan keluasan bumi agar hamba-Nya senantiasa mencari tempat yang lebih baik untuk menjalankan ajaran-Nya.
Ketika seseorang merasa tertindas atau terpojok dalam kehidupannya, pilihan untuk tetap diam atau pasrah tanpa ikhtiar mencari jalan keluar yang diridai Allah adalah sebuah kezaliman terhadap diri sendiri. Allah tidak menginginkan umat-Nya terjebak dalam keadaan yang menjauhkan mereka dari rahmat-Nya. Keluasan bumi yang disebutkan dalam ayat ini bukanlah sekadar ruang fisik, melainkan juga keluasan dalam mencari ilmu, mencari rezeki yang halal, dan mencari lingkungan yang kondusif untuk beribadah.
Momen penting yang ditekankan dalam ayat ini adalah konsep "hijrah". Hijrah bukan hanya berarti berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara fisik, tetapi juga perpindahan dari satu kondisi ke kondisi yang lebih baik. Ini bisa berarti hijrah dari kebiasaan buruk ke kebiasaan baik, dari ketidaktahuan ke pengetahuan, atau dari lingkungan yang negatif ke lingkungan yang positif dan mendukung pertumbuhan spiritual. Allah telah menyediakan begitu banyak kesempatan dan ruang bagi manusia untuk memperbaiki diri dan mencari keridhaan-Nya.
Ayat ini memotivasi kita untuk tidak menyerah pada keadaan. Jika suatu lingkungan atau kondisi menghalangi kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah, maka kita memiliki pilihan dan kewajiban untuk mencari alternatif lain. Kelapangan bumi adalah karunia yang patut disyukuri dan dimanfaatkan untuk kebaikan dunia dan akhirat.
An Nisa ayat 99 secara tegas menyatakan bahwa tempat kembali bagi mereka yang menyia-nyiakan kesempatan hijrah dan terus menerus menzalimi diri sendiri adalah neraka Jahanam. Ini adalah konsekuensi logis dari penolakan terhadap karunia dan petunjuk Allah. Namun, di sisi lain, ayat ini juga secara tidak langsung memberikan harapan bagi mereka yang bersungguh-sungguh dalam mencari ridha Allah.
Bagi orang-orang beriman, tempat kembali yang hakiki bukanlah dunia yang fana ini, melainkan surga Allah SWT. Dengan memahami dan merenungkan ayat ini, kita diingatkan untuk senantiasa memelihara diri dari perbuatan zalim, memanfaatkan setiap kesempatan yang diberikan Allah untuk berhijrah menuju kebaikan, dan menjadikan Allah sebagai pelindung utama dalam setiap langkah kehidupan. Ketenangan jiwa yang sejati hanya akan ditemukan ketika kita berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menjadikan-Nya sebagai sumber segala perlindungan.
Mari kita jadikan pesan An Nisa ayat 99 sebagai pengingat untuk terus introspeksi diri, berani mengambil langkah hijrah menuju kebaikan, dan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tempat berlindung yang abadi. Dengan begitu, kita akan menemukan kedamaian dan ketenangan hakiki di dunia maupun di akhirat kelak.