Dalam lautan Al-Qur'an yang penuh dengan petunjuk ilahi, terdapat ayat-ayat yang secara spesifik menyoroti prinsip-prinsip fundamental ajaran Islam. Salah satunya adalah An Nisa ayat 170. Ayat ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah seruan kuat yang membimbing umat manusia menuju pemahaman yang benar tentang Tauhid, keadilan, dan penolakan terhadap segala bentuk kesyirikan. Pemahaman mendalam terhadap ayat ini sangat penting bagi setiap Muslim untuk memperkokoh pondasi keimanannya.
"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, maka barangsiapa mendapat petunjuk maka sesungguhnya petunjuk itu (untuk kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa tersesat maka sesungguhnya kesesatannya itu (menjadi kecelakaan) dirinya sendiri. Dan aku (Muhammad) bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu."
Ayat ini diawali dengan panggilan universal, "Wahai manusia," menunjukkan bahwa pesan yang dibawa adalah untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk kalangan tertentu. Panggilan ini menekankan pentingnya menerima Al-Haqq atau kebenaran yang datang dari Allah SWT. Kebenaran ini diwujudkan dalam bentuk wahyu, yaitu Al-Qur'an, yang berisi petunjuk, hukum, dan panduan hidup yang lurus.
Selanjutnya, ayat ini menjelaskan konsekuensi dari pilihan manusia. Ada dua jalan utama: petunjuk (hidayah) dan kesesatan (dhalal).
Meskipun ayat ini tidak secara eksplisit menyebut kata "syirik", namun semangatnya sangat kuat dalam menolak segala bentuk kesyirikan. Al-Haqq yang datang dari Allah adalah penegasan bahwa hanya Allah semata yang berhak disembah, ditaati, dan dimintai pertolongan. Siapa pun yang menyekutukan Allah dengan selain-Nya, baik itu berupa berhala, manusia, jin, hawa nafsu, atau kekuatan lainnya, berarti ia telah menolak kebenaran tersebut dan memilih jalan kesesatan.
Ayat ini mempertegas bahwa setiap individu bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Allah tidak memaksa hamba-Nya untuk beriman, tetapi memberikan kebebasan memilih dengan segala konsekuensinya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa memohon petunjuk kepada Allah agar senantiasa berada di jalan kebenaran.
Bagian akhir ayat, "Dan aku (Muhammad) bukanlah seorang penjaga terhadap dirimu," menegaskan posisi Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah, bukan sebagai pemaksa. Tugas beliau adalah menyampaikan ayat-ayat Allah dan menjelaskan tuntunan-Nya. Hidayah murni berasal dari Allah, dan akal serta pilihan ada pada diri manusia. Nabi tidak dapat menjamin seseorang akan beriman atau tersesat, karena itu adalah urusan pribadi dan tanggung jawab masing-masing individu di hadapan Tuhannya.
Ayat ini memiliki implikasi luas dalam kehidupan sehari-hari:
Dengan memahami dan merenungkan An Nisa ayat 170, diharapkan setiap Muslim semakin mantap dalam memegang teguh prinsip Tauhid, menjalani hidup sesuai tuntunan Ilahi, dan senantiasa memohon perlindungan serta petunjuk dari Allah SWT. Kebenaran telah disampaikan, kini pilihan ada di tangan kita.