Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surah Madaniyah yang kaya akan ajaran dan pedoman hidup bagi umat Muslim. Di dalamnya terdapat berbagai macam hukum, etika, dan kisah yang relevan hingga akhir zaman. Dua puluh ayat dari surah ini, yaitu ayat 30 hingga 40, memegang peranan penting dalam memberikan panduan tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan penuh kehati-hatian, menghindari larangan-Nya, serta menjaga hubungan baik antar sesama.
Ayat 30 dari Surah An-Nisa memulai dengan sebuah peringatan keras, "Dan janganlah kamu memakan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat baik." Ayat ini menjadi landasan utama yang melarang umat Muslim untuk mengambil hak orang lain secara tidak sah, baik melalui penipuan, pencurian, riba, atau cara-cara lain yang dilarang oleh syariat. Tindakan ini tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga membawa diri sendiri kepada kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya, ayat 31 menegaskan kembali pentingnya menjaga diri dari dosa-dosa besar dengan berfirman, "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami akan menutupi kesalahan-kesalahanmu (yang kecil) dan Kami akan memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga)." Penekanan pada "dosa-dosa besar" menunjukkan bahwa ada tingkatan dosa, dan menjauhi yang paling berat adalah kunci untuk mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang lebih ringan. Ini memberikan harapan sekaligus motivasi bagi setiap individu untuk senantiasa berusaha membersihkan diri dari perbuatan yang dapat menjauhkan dari rahmat Allah.
QS. An-Nisa (4): 30
"...Dan janganlah kamu memakan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat baik."
Ayat-ayat berikutnya, hingga ayat 34, secara rinci membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan keadilan, hak waris, dan peran sosial. Allah SWT memerintahkan agar kaum laki-laki tidak berlaku zalim terhadap kaum perempuan, terutama dalam hal hak-hak mereka. Juga ditekankan pentingnya berlaku adil dalam urusan warisan dan memberikan perlindungan bagi anak yatim. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan keadilan sosial dan perhatian terhadap kelompok yang rentan.
Ayat 34 Surah An-Nisa memiliki makna yang sangat mendalam, "Kaum laki-laki adalah pelindung dan pengatur urusan kaum perempuan, oleh sebab Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan oleh sebab mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu perempuan yang salehah, ialah yang taat (kepada Allah) dan memelihara (akan) apa yang harus dipelihara, ketika suami tidak ada, oleh sebab Allah memelihara mereka..." Ayat ini seringkali disalahartikan. Penting untuk memahami bahwa kelebihan yang diberikan kepada laki-laki bukan berarti superioritas mutlak, melainkan tanggung jawab yang lebih besar dalam menafkahi dan melindungi keluarga. Sementara itu, perempuan memiliki kewajiban ketaatan kepada suami (selama dalam kebaikan) dan menjaga kehormatan serta harta keluarga saat suami tidak berada di rumah. Keduanya memiliki peran yang saling melengkapi dan bertanggung jawab atas kemaslahatan rumah tangga.
QS. An-Nisa (4): 31
"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami akan menutupi kesalahan-kesalahanmu (yang kecil) dan Kami akan memasukkanmu ke tempat yang mulia (surga)."
Ketegasan mengenai persaksian dan keadilan juga muncul dalam ayat 135, yang menekankan agar umat Muslim senantiasa menjadi saksi yang adil karena Allah, meskipun persaksian tersebut merugikan diri sendiri, orang tua, atau kerabat. Ini adalah ujian keimanan yang luar biasa, menuntut kejujuran tanpa pandang bulu demi menegakkan kebenaran.
Menjelang akhir dari rentang ayat yang kita bahas, yaitu ayat 36-40, Allah SWT menggarisbawahi pentingnya berinfak dan menafkahi keluarga. Ayat 36 berfirman, "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Dia dengan sesuatupun. Dan bertakwalah kepada Allah, dan berbuat baiklah; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." Ayat ini mengaitkan ibadah dan perbuatan baik dengan ketakwaan. Menafkahi keluarga adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.
Lebih lanjut, ayat 37 dan 38 mengingatkan bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan kikir, serta orang-orang yang memamerkan hartanya. Mereka yang melakukan hal tersebut akan dijauhkan dari rahmat Allah dan tidak akan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Sebaliknya, orang yang menafkahi hartanya di jalan Allah dan tidak mengiringinya dengan celaan atau gangguan, maka akan mendapatkan balasan yang besar di sisi Tuhan mereka.
Pentingnya keikhlasan dalam bersedekah dan menafkahi terlihat jelas pada ayat 39, "Dan apakah sebabnya mereka tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, padahal mereka (apabila melihat harta) menafkahkan hartanya karena riya (pamer) dan tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari kemudian. Dan siapa yang dijadikan syaitan kawannya, maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya." Ayat ini menegaskan bahwa infak atau sedekah yang dilakukan bukan karena keikhlasan karena Allah, melainkan karena ingin dilihat manusia (riya), maka tidak akan diterima dan justru berpotensi menjerumuskan diri pada kesesatan yang dibawa oleh setan.
QS. An-Nisa (4): 36
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan Dia dengan sesuatupun. Dan bertakwalah kepada Allah, dan berbuat baiklah; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat 40 menutup rentang ayat ini dengan janji Allah, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengania-ngani-aniaya seorang pun biarpun sebesar dzrah; dan jika ada kebajikan sebesar dzrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar." Ayat ini memberikan penegasan bahwa setiap amal sekecil apapun, jika dilakukan dengan niat yang tulus karena Allah, tidak akan sia-sia. Allah Maha Adil dan Maha Pemurah, akan memberikan balasan yang setimpal, bahkan lebih dari yang diharapkan.
Rentang ayat 30-40 dari Surah An-Nisa memberikan fondasi yang kokoh bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan. Ayat-ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghindari segala bentuk kemaksiatan, menjaga amanah, berlaku adil, menafkahi keluarga dengan ikhlas, serta senantiasa berbuat baik kepada sesama. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran dalam ayat-ayat ini, diharapkan setiap individu dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, serta meraih keridhaan Allah SWT.