Simbol Al-Qur'an sebagai sumber cahaya dan petunjuk.
Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surah terpanjang dalam Al-Qur'an. Ayat 60 hingga 80 dari surah ini mengandung ajaran-ajaran penting yang menjadi pedoman hidup bagi kaum Muslimin dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari hukum, etika, hingga keyakinan.
Ayat 60 Surah An-Nisa memulai dengan sebuah peringatan tegas:
Ayat ini menekankan pentingnya kemurnian tauhid dan keengganan terhadap segala bentuk penyembahan atau kepatuhan selain kepada Allah SWT. Thaghut di sini diartikan sebagai segala sesuatu yang disembah selain Allah, baik itu berhala, hawa nafsu, atau pemimpin yang menyesatkan. Kaum beriman diperintahkan untuk menolak segala bentuk hukum yang berasal dari thaghut dan hanya berhukum pada wahyu Allah. Ayat ini mengingatkan bahaya mengikuti hawa nafsu atau ajakan syaitan yang bisa menjauhkan seseorang dari kebenaran.
Selanjutnya, ayat 59 dan 60 Surah An-Nisa secara beriringan memberikan panduan tentang kepatuhan. Setelah memahami ayat 60 yang melarang taat pada thaghut, ayat 59 menggarisbawahi:
Ayat ini menetapkan hierarki kepatuhan. Kepatuhan tertinggi adalah kepada Allah SWT, diikuti oleh ketaatan kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan kemudian kepada pemimpin Muslim (ulil amri) yang menjalankan pemerintahan sesuai ajaran Islam. Namun, kepatuhan kepada ulil amri bersifat relatif, yaitu selama mereka tidak memerintahkan maksiat. Jika terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat, perintahnya adalah untuk merujuk kembali kepada Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW. Ini menunjukkan bahwa sumber hukum tertinggi dalam Islam adalah Al-Qur'an dan sunnah, yang menjadi rujukan utama dalam menyelesaikan setiap persoalan.
Bagian ini juga mencakup ayat-ayat yang mengecam kaum munafik dan menjanjikan balasan surgawi bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Ayat-ayat ini memperingatkan bahwa kemunafikan adalah penyakit hati yang berbahaya dan akan membawa pelakunya kepada siksaan yang pedih. Sebaliknya, bagi mereka yang teguh dalam keimanannya, senantiasa merujuk kepada Allah dan Rasul-Nya, serta beramal sesuai tuntunan, surga telah dijanjikan sebagai balasan terbaik.
Di dalam rentang ayat 60-80, terdapat pula penekanan pada pentingnya berinfak di jalan Allah dan peringatan keras terhadap perbuatan keji dan dosa. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa infak yang dilakukan dengan ikhlas akan dilipatgandakan balasannya oleh Allah SWT. Sebaliknya, mereka yang menimbun harta dan enggan berinfak akan menghadapi ancaman siksa yang pedih.
Ayat-ayat ini menegaskan bahwa kekayaan yang dimiliki hanyalah titipan dari Allah, dan cara pengelolaannya akan dipertanggungjawabkan. Termasuk di dalamnya adalah kewajiban untuk menafkahi keluarga dan membantu mereka yang membutuhkan. Perintah untuk berinfak bukan hanya sekadar perintah ibadah, tetapi juga merupakan salah satu cara untuk membersihkan diri dari sifat kikir dan menumbuhkan rasa empati serta kepedulian sosial.
Bagian akhir dari ayat 60-80 secara tegas mengingatkan konsekuensi dari sikap membangkang terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa segala perbuatan sekecil apapun akan tercatat dan diperhitungkan. Orang yang sengaja menentang ajaran Allah dan Rasul-Nya akan mendapat murka-Nya dan dijanjikan neraka Jahanam sebagai balasan. Ini adalah peringatan keras bagi setiap individu Muslim untuk senantiasa menjaga diri dari perbuatan maksiat dan berusaha sekuat tenaga untuk mengamalkan ajaran Islam.
Secara keseluruhan, Surah An-Nisa ayat 60-80 memberikan panduan komprehensif bagi umat Islam. Mulai dari prinsip dasar tauhid, cara bersikap terhadap pemimpin, pentingnya kembalikan persoalan pada sumber syar'i, hingga anjuran berinfak dan ancaman bagi yang membangkang. Semua ini merupakan bekal berharga bagi setiap Muslim untuk menjalani kehidupan dunia yang diridhai Allah dan meraih kebahagiaan di akhirat.