Keluarga anggrek (Orchidaceae) merupakan salah satu keluarga tumbuhan berbunga terbesar di dunia, dikenal karena keindahan dan keragaman bentuk bunganya yang memukau. Namun, daya tarik anggrek tidak hanya terletak pada bunganya, tetapi juga pada kemampuannya untuk beradaptasi dan bertahan hidup di hampir setiap sudut planet ini, kecuali di wilayah kutub. Pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah: anggrek hidup di mana saja? Jawabannya sangat luas dan beragam, mencerminkan adaptasi evolusioner yang luar biasa.
Anggrek menunjukkan adaptasi luar biasa untuk hidup di berbagai zona.
Anggrek Epifit: Hidup di Atas Pohon
Mungkin habitat paling ikonik dari anggrek adalah sebagai epifit. Ini berarti anggrek hidup di permukaan tumbuhan lain, biasanya cabang pohon di hutan hujan tropis, tanpa menjadi parasit. Mereka menggunakan pohon hanya sebagai penyangga untuk mencapai cahaya matahari yang lebih baik. Anggrek epifit, seperti genus *Phalaenopsis* (anggrek bulan) dan banyak *Dendrobium*, mengembangkan akar udara yang unik. Akar ini dilapisi oleh jaringan spons bernama velamen, yang berfungsi menyerap kelembapan dan nutrisi langsung dari udara, air hujan, dan serpihan organik yang terperangkap. Lingkungan di kanopi hutan sering mengalami fluktuasi kelembapan yang cepat; oleh karena itu, adaptasi ini sangat krusial bagi kelangsungan hidup mereka.
Anggrek Terestrial: Penghuni Lantai Hutan
Tidak semua anggrek bergantung pada pohon. Sejumlah besar spesies anggrek adalah terestrial, yang berarti mereka hidup di tanah, sama seperti kebanyakan tumbuhan lain. Di daerah beriklim sedang hingga subtropis, anggrek terestrial ini sering ditemukan di hutan gugur, padang rumput, atau tepi sungai. Contoh populer dari anggrek terestrial adalah genus *Cymbidium* dan *Calanthe*. Anggrek jenis ini umumnya memiliki umbi atau rimpang di bawah tanah yang berfungsi menyimpan cadangan makanan, memungkinkan mereka untuk bertahan hidup selama musim kering atau dingin ketika bagian vegetatif di atas tanah mungkin mati. Mereka bersaing dengan tumbuhan lain untuk mendapatkan nutrisi dari tanah, tetapi sistem perakaran mereka yang terspesialisasi masih sangat bergantung pada simbiosis mikoriza.
Anggrek Litofit: Berbatu dan Tangguh
Kategori ketiga yang menarik adalah anggrek litofit, yang secara harfiah berarti "pencinta batu." Anggrek ini hidup di permukaan batu atau tebing yang terpapar sinar matahari parsial atau penuh. Lingkungan litofit sangat menantang karena media tumbuh mereka (batuan) menahan sangat sedikit air dan nutrisi. Anggrek litofit harus mampu menahan periode kekeringan yang panjang. Spesies dari genus *Laelia* dan beberapa *Cattleya* seringkali ditemukan dalam habitat ini. Mereka mengembangkan sistem perakaran yang padat dan akar yang lebih tebal yang menempel erat pada substrat berbatu, memungkinkan mereka menyerap tetesan air yang mengalir di permukaan batu dengan cepat.
Ketergantungan pada Iklim dan Distribusi Global
Secara geografis, mayoritas anggrek ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Hutan hujan di Amerika Selatan (terutama Ekuador dan Kolombia), Asia Tenggara, dan Australia adalah pusat keanekaragaman anggrek. Namun, anggrek juga telah beradaptasi untuk hidup di lingkungan yang lebih ekstrem. Misalnya, beberapa anggrek ditemukan di padang rumput kering di Afrika, dan beberapa spesies unik bahkan telah beradaptasi untuk hidup di iklim dingin di pegunungan tinggi, menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap perbedaan suhu dan pola curah hujan. Keberhasilan anggrek dalam menaklukkan begitu banyak ceruk ekologis adalah kisah sukses evolusi dalam dunia botani.
Simbiotik: Kebutuhan Vital Mikoriza
Terlepas dari di mana anggrek hidup—apakah di udara, tanah, atau batu—hampir semua anggrek memiliki ketergantungan fundamental pada jamur mikoriza selama tahap perkecambahan biji. Biji anggrek sangat kecil dan tidak memiliki cadangan makanan internal yang cukup. Mereka memerlukan infeksi dari jamur tertentu untuk memecah nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh. Ketergantungan ini adalah salah satu alasan mengapa menumbuhkan anggrek dari biji di luar lingkungan alaminya sangat sulit. Adaptasi ini memastikan bahwa bahkan di lingkungan yang paling miskin nutrisi sekalipun, jika jamur yang tepat hadir, anggrek memiliki peluang untuk memulai siklus hidupnya.