Ilustrasi hubungan simbiosis saprofitik (tidak menampilkan bunga khas).
Dunia anggrek sering kali diasosiasikan dengan keindahan bunga tropis yang epifit, menempel megah di dahan pohon. Namun, ada sekelompok kecil anggrek yang memilih jalur evolusi yang sangat berbeda dan misterius: anggrek saprofit. Kelompok ini merupakan pengecualian menarik dalam famili Orchidaceae karena mereka telah kehilangan kemampuan untuk melakukan fotosintesis.
Secara umum, tumbuhan hijau bergantung pada klorofil untuk mengubah sinar matahari menjadi energi. Anggrek saprofit, sebaliknya, terlihat kusam, seringkali berwarna putih, cokelat, atau kuning pucat karena minimnya atau bahkan tidak adanya pigmen hijau tersebut. Lantas, dari mana mereka mendapatkan nutrisi vital untuk bertahan hidup? Jawabannya terletak pada hubungan simbiotik yang unik dengan dunia jamur.
Istilah "saprofit" berasal dari bahasa Yunani, di mana 'sapros' berarti busuk dan 'phyton' berarti tumbuhan. Dalam konteks botani, anggrek saprofit adalah tumbuhan yang memperoleh semua kebutuhan karbon (energi) dan nutrisinya dari materi organik mati yang terdegradasi di tanah atau serasah daun, bukan melalui fotosintesis aktif.
Namun, perlu diklarifikasi bahwa anggrek ini sebenarnya tidak memakan materi busuk secara langsung. Prosesnya jauh lebih kompleks dan melibatkan mitra ketiga: jamur mikoriza. Hubungan ini dikenal sebagai mycoheterotrophy (heterotrofi jamur).
Ini adalah inti dari keberadaan anggrek saprofit. Mereka membentuk hubungan parasitisme tidak langsung. Mekanismenya berjalan sebagai berikut:
Untuk memahami betapa istimewanya anggrek saprofit, kita perlu membandingkannya dengan dua kelompok utama lainnya:
Meskipun sulit ditemukan karena habitatnya yang tersembunyi dan penampilannya yang tidak mencolok, ada beberapa genus anggrek yang dikenal memiliki anggota saprofit sejati:
Keberlangsungan hidup anggrek saprofit sangat rentan. Karena ketergantungan ganda mereka—pada tanaman inang (yang menghasilkan serasah) dan pada spesies jamur spesifik—gangguan sekecil apa pun pada ekosistem hutan dapat menghancurkan rantai makanan yang rumit ini. Penebangan pohon, perubahan kelembaban, atau gangguan tanah dapat memutus hubungan simbiosis vital antara anggrek dan jamurnya, menyebabkan kepunahan lokal spesies tersebut meskipun kondisi fisiknya terlihat sehat. Oleh karena itu, penelitian dan konservasi habitat hutan primer sangat penting untuk melindungi keajaiban botani ini.