Menulis skripsi seringkali menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa, tidak hanya dalam hal konten akademis, tetapi juga dalam mematuhi kaidah penulisan yang berlaku. Salah satu aspek yang kerap menimbulkan pertanyaan adalah penggunaan angka Arab. Meskipun tampak sederhana, aturan penggunaannya dalam skripsi memiliki pertimbangan penting demi kejelasan, konsistensi, dan profesionalisme dokumen.
Angka Arab merujuk pada sistem angka yang kita gunakan sehari-hari: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Sistem ini diadopsi dari India dan disebarluaskan oleh bangsa Arab ke seluruh dunia. Dalam konteks penulisan ilmiah, seperti skripsi, penggunaan angka Arab menjadi standar untuk berbagai keperluan, mulai dari penomoran halaman, kutipan, data statistik, hingga satuan ukuran.
Secara umum, angka Arab digunakan dalam berbagai bagian skripsi, kecuali pada beberapa konteks khusus. Berikut adalah panduan umum penggunaannya:
Halaman-halaman dalam skripsi umumnya dinomori menggunakan angka Arab, mulai dari pendahuluan hingga bagian akhir. Namun, untuk bagian awal skripsi seperti kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan abstrak, seringkali digunakan angka Romawi kecil (i, ii, iii, dst.). Pengaturan ini biasanya diatur oleh panduan penulisan skripsi dari masing-masing universitas atau fakultas. Pastikan Anda memeriksa panduan spesifik institusi Anda.
Setiap data kuantitatif, angka statistik, hasil survei, tabel, grafik, dan perhitungan matematis harus menggunakan angka Arab. Kejelasan dan kemudahan membaca adalah kunci di sini. Contohnya:
Satuan ukuran seperti meter (m), kilogram (kg), liter (L), derajat Celsius (°C), dan unit pengukuran lainnya selalu diikuti oleh angka Arab. Misalnya, suhu ruangan adalah 25°C, berat benda 1,5 kg, atau jarak tempuh 10 km.
Tahun publikasi dalam kutipan maupun daftar pustaka menggunakan angka Arab. Contohnya, (Wijaya, 2019) atau daftar pustaka mencantumkan tahun seperti 2020. Jika ada nomor halaman spesifik, maka angka halaman juga menggunakan angka Arab, misalnya (Agus, 2021, hlm. 45).
Untuk angka yang menunjukkan jumlah atau kuantitas, umumnya digunakan angka Arab jika angkanya dua digit atau lebih. Namun, untuk angka satu digit (satu sampai sembilan) terdapat perbedaan pandangan dan kebijakan. Beberapa panduan gaya penulisan menyarankan untuk menuliskan angka satu digit dengan huruf (misalnya, "dua" daripada "2"), terutama jika tidak diikuti satuan. Namun, dalam konteks teknis atau ilmiah, konsistensi penggunaan angka Arab seringkali lebih diutamakan.
Contoh penggunaan angka dalam kalimat:
Meskipun dominan, ada beberapa situasi di mana penggunaan angka Arab mungkin perlu dipertimbangkan ulang atau diganti:
Secara umum, penulisan angka di awal kalimat sebaiknya dihindari. Jika terpaksa, angka tersebut sebaiknya ditulis dengan huruf. Contoh: "Dua puluh lima persen responden menyatakan demikian" lebih baik daripada "25% responden menyatakan demikian".
Dalam beberapa konteks, terutama dalam bagian narasi yang bersifat deskriptif atau teoritis, angka yang ditulis dengan huruf terkadang dianggap lebih mengalir dan elegan. Namun, ini sangat bergantung pada gaya penulisan dan panduan yang diikuti.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, angka Romawi (I, II, III, dst. atau i, ii, iii, dst.) memiliki perannya sendiri, terutama untuk penomoran bagian awal skripsi atau klasifikasi tertentu.
Menguasai penggunaan angka Arab dalam skripsi mungkin terlihat sepele, namun ini adalah bagian integral dari penulisan ilmiah yang baik. Dengan memahami aturan dan menerapkannya secara cermat, Anda akan berkontribusi pada profesionalisme dan kredibilitas skripsi Anda.