Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit serius yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat berkembang menjadi kondisi yang mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat. Seiring dengan berkembangnya pemahaman medis, banyak informasi beredar mengenai pengobatan alternatif, salah satunya adalah penggunaan angkak atau beras ragi merah. Namun, seberapa efektif angkak sebagai obat DBD? Mari kita telaah lebih dalam.
Apa Itu Angkak?
Angkak, yang juga dikenal sebagai beras ragi merah, adalah produk fermentasi beras yang dihasilkan oleh jamur Monascus purpureus. Jamur ini memberikan warna merah khas pada beras. Secara tradisional, angkak telah lama digunakan dalam pengobatan Tiongkok kuno untuk berbagai tujuan kesehatan, termasuk meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan kadar kolesterol, dan sebagai pengawet makanan alami.
Perlu dicatat: Secara historis, angkak memang memiliki potensi manfaat kesehatan berdasarkan penggunaan tradisional. Namun, klaim efektivitasnya sebagai pengobatan spesifik untuk DBD perlu dibuktikan melalui penelitian ilmiah yang ketat.
Mitos Angkak Sebagai Obat DBD
Dalam beberapa tahun terakhir, muncul anggapan bahwa angkak dapat menjadi obat ampuh untuk mengatasi DBD, bahkan seringkali dikaitkan dengan kemampuannya untuk meningkatkan trombosit. Mitos ini seringkali muncul dari pengalaman pribadi yang dibagikan secara informal atau dari klaim yang tidak didukung bukti ilmiah yang kuat. Beberapa keyakinan yang beredar antara lain:
Angkak dapat secara drastis menaikkan jumlah trombosit dalam waktu singkat.
Angkak dapat membunuh virus dengue.
Angkak adalah pengobatan mandiri yang aman dan efektif untuk semua gejala DBD.
Penting untuk memahami bahwa informasi ini sebagian besar masih bersifat mitos dan belum terbukti secara klinis. DBD adalah penyakit yang kompleks, dan penanganannya memerlukan perhatian medis profesional.
Fakta Ilmiah Mengenai Angkak dan DBD
Dari perspektif medis dan ilmiah, klaim angkak sebagai obat DBD masih sangat terbatas dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Berikut adalah beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:
Meningkatkan Trombosit: Salah satu klaim utama angkak adalah kemampuannya menaikkan trombosit. Meskipun beberapa senyawa dalam angkak, seperti monacolin K (yang mirip dengan lovastatin), diketahui dapat mempengaruhi metabolisme lipid, tidak ada bukti ilmiah yang konklusif bahwa angkak secara langsung dan signifikan meningkatkan jumlah trombosit pada pasien DBD. Peningkatan trombosit pada pasien DBD biasanya merupakan respons tubuh terhadap infeksi, dan penanganannya fokus pada dukungan vital dan pencegahan komplikasi.
Membunuh Virus Dengue: Tidak ada studi ilmiah yang menunjukkan bahwa angkak memiliki kemampuan antivirus terhadap virus dengue. Virus dengue memerlukan penanganan khusus, dan pengobatan medis konvensional berfokus pada manajemen gejala dan perawatan suportif.
Potensi Efek Samping: Angkak, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau tanpa pengawasan medis, dapat menimbulkan efek samping. Senyawa monacolin K yang terkandung di dalamnya dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain, terutama obat penurun kolesterol, dan dapat menyebabkan masalah hati pada beberapa individu.
Kurangnya Uji Klinis: Hingga saat ini, belum ada uji klinis yang memenuhi standar ilmiah untuk membuktikan efektivitas dan keamanan angkak sebagai pengobatan spesifik untuk DBD. Sebagian besar informasi yang beredar berasal dari anekdot atau penelitian awal yang belum dapat digeneralisasi.
Peran Pengobatan Medis Konvensional
Penanganan DBD yang direkomendasikan oleh otoritas kesehatan global dan nasional adalah sebagai berikut:
Istirahat yang Cukup: Membantu tubuh memulihkan diri.
Asupan Cairan yang Cukup: Mencegah dehidrasi, yang sangat penting bagi pasien DBD. Air putih, jus buah, oralit, dan sup bisa menjadi pilihan.
Penurun Demam: Obat seperti parasetamol dapat digunakan untuk meredakan demam dan nyeri. Hindari aspirin dan ibuprofen karena dapat meningkatkan risiko perdarahan.
Pemantauan Medis: Pasien DBD, terutama yang menunjukkan gejala berat, harus berada di bawah pengawasan medis untuk memantau kondisi trombosit, hematokrit, dan tanda-tanda syok.
Perawatan di Rumah Sakit: Dalam kasus DBD yang parah, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan, termasuk pemberian cairan intravena dan transfusi darah jika diperlukan.
Kesimpulan
Meskipun angkak memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional dan beberapa potensi manfaat kesehatan yang sedang diteliti, klaimnya sebagai obat spesifik untuk DBD, terutama dalam hal menaikkan trombosit secara instan atau membunuh virus, masih belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Dalam menghadapi penyakit seperti DBD, sangat krusial untuk mengandalkan saran dan penanganan medis profesional.
Jika Anda atau orang terdekat terdiagnosis DBD, langkah terbaik adalah berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti panduan pengobatan medis yang telah terbukti efektif dan aman. Hindari penggunaan pengobatan alternatif yang belum teruji tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan profesional, demi keselamatan dan pemulihan yang optimal.