Bagi pelaku usaha yang mengandalkan pembiayaan modal kerja atau investasi dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui produk kredit komersial, pemahaman mendalam mengenai skema angsuran BRI komersial adalah kunci keberlanjutan bisnis. Kredit komersial biasanya memiliki nilai plafon yang besar dan tenor yang bervariasi, sehingga pengaturan jadwal pembayaran harus dilakukan secara strategis agar tidak membebani arus kas perusahaan.
Perencanaan yang matang membantu perusahaan menjaga reputasi kredit yang baik di mata lembaga keuangan. Ketika jadwal pembayaran yang telah disepakati, termasuk pokok dan bunga, dilaksanakan tepat waktu, bank akan melihat perusahaan sebagai mitra yang kredibel untuk ekspansi di masa depan. Sebaliknya, keterlambatan atau gagal bayar dapat berdampak serius pada kelancaran operasional usaha.
Setiap siklus pembayaran angsuran BRI komersial umumnya terdiri dari dua komponen utama: pembayaran pokok pinjaman (principal) dan pembayaran bunga (interest). Struktur pembagian kedua komponen ini sangat bergantung pada jenis fasilitas kredit yang Anda terima, seperti Kredit Modal Kerja (KMK) atau Kredit Investasi (KI).
Pada tahap awal tenor pinjaman, porsi pembayaran bunga cenderung lebih besar, terutama jika menggunakan sistem anuitas. Namun, pada beberapa skema angsuran, terutama yang bertujuan meringankan beban di awal masa tenor, bank mungkin menerapkan skema pembayaran pokok yang lebih kecil di awal dan meningkat seiring waktu, atau sebaliknya, menggunakan skema flat rate untuk kemudahan perhitungan.
Manajemen keuangan yang efektif sangat penting untuk memastikan kelancaran pembayaran. Memahami bagaimana angsuran BRI komersial Anda dihitung membantu manajemen membuat proyeksi kas yang akurat.
Pertimbangkan langkah-langkah proaktif berikut:
Kegagalan dalam memenuhi kewajiban angsuran BRI komersial memiliki konsekuensi yang serius. Bank akan mengenakan denda keterlambatan, yang biasanya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari jumlah angsuran yang tertunggak.
Jika tunggakan berlarut-larut, hal ini akan mempengaruhi skor kredit perusahaan dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK. Dampak terburuknya adalah bank dapat mengambil tindakan penagihan yang lebih keras, termasuk mengeksekusi agunan yang dijaminkan untuk pinjaman tersebut. Oleh karena itu, menjaga disiplin pembayaran adalah prioritas utama dalam pengelolaan utang komersial.