Ilustrasi sederhana Anjing Laut di air.
Anjing laut, mamalia laut yang menggemaskan dan seringkali menjadi simbol kehidupan pantai yang tenang, sebenarnya adalah makhluk yang kompleks dan sangat beradaptasi dengan lingkungan laut. Mereka termasuk dalam ordo *Pinnipedia*, yang juga mencakup singa laut dan walrus. Meskipun sering disamakan dengan kerabat dekatnya, anjing laut sejati (famili Phocidae) memiliki perbedaan anatomi dan perilaku yang signifikan dibandingkan dengan singa laut (Otariidae).
Perbedaan paling mencolok antara anjing laut sejati dan singa laut terletak pada cara mereka bergerak di darat dan struktur siripnya. Anjing laut sejati tidak memiliki daun telinga luar (hanya lubang telinga kecil), dan sirip belakang mereka tidak dapat diputar ke depan. Akibatnya, ketika berada di darat, anjing laut harus bergerak dengan cara 'merangkak' atau menggeliat menggunakan otot perut mereka, sebuah gerakan yang terlihat kurang anggun namun sangat efektif untuk pergerakan singkat di pantai atau es.
Sebaliknya, singa laut memiliki telinga luar yang terlihat dan dapat memutar sirip belakangnya ke depan, memungkinkan mereka untuk 'berjalan' dengan lebih baik di daratan. Di dalam air, kedua kelompok ini adalah perenang yang luar biasa. Anjing laut mengandalkan sirip belakang mereka yang besar untuk mendorong tubuh mereka melalui air dengan gerakan menyamping yang kuat. Mereka mampu menahan napas dalam waktu yang lama, sebuah adaptasi penting untuk berburu di kedalaman.
Kehidupan anjing laut sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk berburu mangsa seperti ikan, cumi-cumi, dan krustasea di perairan dingin. Untuk bertahan hidup di suhu ekstrem, mereka memiliki lapisan lemak tebal yang disebut *blubber*. Lapisan ini tidak hanya berfungsi sebagai isolasi termal yang vital, tetapi juga sebagai cadangan energi yang memungkinkan mereka bertahan hidup selama periode puasa saat kawin atau molting (pergantian bulu).
Selain isolasi, anjing laut memiliki kemampuan menyelam yang menakjubkan. Beberapa spesies, seperti anjing laut Weddell, tercatat mampu menyelam hingga kedalaman lebih dari 600 meter dan menahan napas selama hampir dua jam. Adaptasi fisiologis mereka termasuk kemampuan untuk mengurangi detak jantung secara drastis (bradikardia) dan mengalihkan aliran darah hanya ke organ-organ vital seperti otak dan jantung saat menyelam.
Perilaku sosial anjing laut bervariasi antar spesies. Beberapa spesies bersifat soliter di luar musim kawin, sementara yang lain berkumpul dalam koloni besar di pantai atau hamparan es untuk melahirkan dan membesarkan anak. Periode melahirkan ini seringkali merupakan waktu yang paling rentan bagi mereka.
Anak anjing laut, yang disebut *pup*, biasanya dilahirkan dengan bulu yang tebal (seringkali putih atau abu-abu terang) yang harus mereka ganti dengan bulu dewasa setelah beberapa minggu. Induk anjing laut menunjukkan ikatan yang kuat dengan anaknya, menyusui mereka dengan susu yang sangat kaya lemak—jauh lebih kaya daripada susu sapi—untuk memastikan pertumbuhan cepat sebelum anak tersebut harus mandiri dan mulai mencari makan sendiri.
Meskipun adaptif, populasi anjing laut di seluruh dunia menghadapi berbagai ancaman serius. Perubahan iklim adalah ancaman utama, terutama bagi spesies yang sangat bergantung pada es laut (seperti anjing laut cincin dan Weddell) untuk tempat istirahat, melahirkan, dan berganti kulit. Mencairnya es secara drastis mengurangi habitat vital mereka.
Selain itu, polusi laut, hilangnya habitat pesisir, dan penangkapan ikan berlebihan yang mengurangi ketersediaan sumber makanan mereka juga berdampak negatif. Terkadang, mereka juga terjerat dalam jaring ikan yang ditinggalkan (ghost fishing gear).
Melindungi anjing laut berarti melindungi ekosistem laut secara keseluruhan. Pemahaman yang lebih baik tentang biologi dan kebutuhan habitat mereka adalah langkah krusial untuk memastikan bahwa mamalia laut yang tangguh ini dapat terus beradaptasi dan bertahan hidup di lautan yang terus berubah.