Memahami Bahasa Kedokteran di Balik Istilah "Angin Duduk"

Simbol Jantung dan Rasa Tertekan

Istilah "angin duduk" adalah salah satu ungkapan paling umum yang digunakan masyarakat awam di Indonesia untuk menggambarkan kondisi medis serius yang melibatkan rasa tidak nyaman atau nyeri hebat di area dada. Meskipun namanya terdengar ringan dan terkait dengan udara atau angin, dalam konteks kedokteran modern, angin duduk merujuk pada suatu kondisi yang memerlukan perhatian medis segera. Bahasa kedokteran yang sesungguhnya di balik istilah ini adalah **Angina Pektoris**.

Apa Itu Angina Pektoris dalam Terminologi Medis?

Angina Pektoris (atau Angina) bukanlah penyakit itu sendiri, melainkan gejala dari penyakit jantung koroner (PJK). Secara harfiah, "Angina" berasal dari bahasa Latin yang berarti sesak napas atau nyeri di dada, dan "Pectoris" merujuk pada dada. Jadi, bahasa kedokteran angin duduk adalah nyeri dada iskemik.

Kondisi ini terjadi ketika otot jantung (miokardium) tidak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang cukup untuk memenuhi permintaannya. Penyebab utamanya adalah penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner, pembuluh darah yang memasok jantung. Penyempitan ini biasanya disebabkan oleh penumpukan plak aterosklerosis. Ketika jantung bekerja lebih keras (misalnya saat berolahraga, stres emosional, atau makan besar), kebutuhan oksigen meningkat, namun suplai yang terbatas menyebabkan rasa sakit yang khas.

Klasifikasi Bahasa Kedokteran Angin Duduk

Para profesional kesehatan membagi angina menjadi beberapa kategori berdasarkan penyebab dan perilakunya. Memahami klasifikasi ini sangat penting untuk menentukan manajemen dan prognosis pasien.

1. Angina Stabil (Stable Angina)

Ini adalah bentuk yang paling umum. Secara medis, ini berarti nyeri dada terjadi secara teratur, dipicu oleh aktivitas fisik yang dapat diprediksi, dan biasanya mereda dengan istirahat atau obat-obatan seperti nitrogliserin. Dalam bahasa awam, ini adalah "angin duduk yang sudah biasa dialami."

2. Angina Tidak Stabil (Unstable Angina)

Ini adalah kondisi darurat medis. Angina tidak stabil menunjukkan bahwa penyakit arteri koroner telah memburuk. Nyeri dada dapat terjadi saat istirahat, lebih parah, berlangsung lebih lama, atau tidak merespons pengobatan standar. Dari sudut pandang kedokteran, ini dianggap sebagai sindrom koroner akut (Acute Coronary Syndrome/ACS) dan seringkali menandakan risiko tinggi serangan jantung (infark miokard) segera terjadi.

3. Angina Variasi (Prinzmetal's Angina)

Juga dikenal sebagai Angina Varian atau Angina Spasme. Ini terjadi ketika arteri koroner mengalami spasme (kejang mendadak dan penyempitan sementara), bukan karena aterosklerosis kronis. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah mendadak dan nyeri dada, sering terjadi pada malam hari atau saat istirahat.

Gejala yang Perlu Diterjemahkan ke Bahasa Medis

Ketika pasien mengatakan "dada saya seperti ditekan benda berat," atau "rasanya seperti diremas," terminologi medisnya adalah **"crushing chest pain"** atau **"pressure sensation."** Gejala lain yang sering menyertai "angin duduk" dan harus diwaspadai meliputi:

Penting untuk diingat bahwa meskipun banyak penyebab ketidaknyamanan dada, nyeri yang disebabkan oleh Angina Pektoris adalah manifestasi dari iskemia miokard. Jika nyeri dada yang dialami bersifat baru, parah, dan menetap (tidak hilang saat istirahat), pasien harus segera mencari pertolongan medis dengan menggunakan istilah yang lebih spesifik seperti "Nyeri Dada Hebat" atau "Indikasi Serangan Jantung," daripada hanya merujuknya sebagai "angin duduk." Penerjemahan yang cepat dari bahasa masyarakat ke bahasa klinis membantu diagnosis cepat dan penanganan yang tepat.

🏠 Homepage