Dalam dunia pertukangan, manufaktur, dan perbaikan, dua alat yang tak terpisahkan adalah batu gerinda dan amplas. Keduanya memiliki peran krusial dalam tahap pembentukan, penghalusan, dan penyelesaian akhir suatu material, baik itu logam, kayu, batu, atau komposit. Meskipun fungsinya sama-sama menghilangkan material (abrasi), cara kerja dan aplikasinya sangat berbeda.
Secara umum, proses pengolahan material dibagi menjadi dua tahap besar: penghilangan material kasar (pemotongan, pembentukan cepat) yang sering melibatkan gerinda, dan tahap finishing (penghalusan permukaan) yang merupakan spesialisasi dari amplas. Memahami perbedaan ini penting untuk efisiensi kerja dan hasil akhir yang optimal.
Sebuah batu gerinda (atau roda gerinda) adalah alat abrasif keras yang terbuat dari partikel-partikel abrasif (seperti aluminium oksida atau silikon karbida) yang direkatkan bersama oleh bahan pengikat (binder). Alat ini digunakan bersama mesin gerinda, baik itu gerinda tangan (angle grinder) maupun gerinda duduk (bench grinder).
1. Pemotongan (Cutting): Menggunakan cakram gerinda tipis untuk memotong material keras seperti besi, baja, atau keramik dengan kecepatan tinggi. Ini adalah aplikasi yang membutuhkan ketelitian tinggi dan perlindungan keselamatan ekstra.
2. Pengasahan (Grinding): Menggunakan cakram yang lebih tebal untuk menghilangkan material dalam jumlah besar, meratakan permukaan las, atau membentuk sudut tajam pada logam. Efisiensi penghilangan materialnya sangat tinggi.
3. Penajaman: Gerinda duduk sering digunakan untuk menajamkan mata bor, pahat, atau mata pisau perkakas lainnya. Kecepatan putar rendah biasanya lebih disukai untuk menghindari panas berlebih yang dapat merusak ketajaman baja.
Pemilihan jenis batu gerinda sangat bergantung pada material yang dikerjakan. Misalnya, silikon karbida cocok untuk material non-ferrous dan batu, sementara aluminium oksida lebih dominan untuk besi dan baja.
Amplas (atau kertas ampelas/kain amplas) terdiri dari lapisan material abrasif yang ditempelkan pada backing fleksibel seperti kertas, kain, atau film polimer. Fleksibilitas inilah yang membedakannya dari kekakuan batu gerinda.
Karakteristik utama dari amplas adalah ukuran gritnya. Angka grit menunjukkan jumlah partikel abrasif per inci persegi. Angka grit yang kecil (misalnya grit 40 atau 60) berarti permukaannya kasar, digunakan untuk pengangkatan material sedang atau persiapan permukaan. Sebaliknya, grit tinggi (misalnya 600 atau 1000) berarti permukaannya sangat halus, digunakan untuk pemolesan akhir atau menghilangkan goresan halus.
Seringkali, proses kerja yang paling efisien adalah menggunakan keduanya secara berurutan. Bayangkan saat Anda perlu memperbaiki sambungan las yang menonjol pada pipa logam. Langkah pertama adalah menggunakan batu gerinda pemotong atau pengikis untuk menghilangkan kelebihan las yang kasar dan meratakan sambungan. Proses ini mungkin meninggalkan goresan dalam dan permukaan yang tidak rata.
Setelah tahap gerinda selesai, saatnya beralih ke amplas. Anda mungkin mulai dengan amplas grit 80 untuk menghilangkan bekas goresan gerinda yang paling dalam, kemudian berlanjut ke grit 120, 240, hingga mencapai grit 400 atau 600 jika diperlukan hasil akhir yang sangat halus sebelum aplikasi pelapisan pelindung.
Penggunaan sekuensial ini memastikan bahwa pekerjaan dilakukan seefisien mungkin: gerinda melakukan pekerjaan berat dalam waktu singkat, dan amplas menyempurnakan detail yang tidak bisa dicapai oleh alat berat tersebut. Kesalahan umum adalah mencoba mencapai hasil akhir halus hanya dengan gerinda, yang hampir mustahil dan membuang waktu.