Pertanyaan mengenai berapa orang miskin di Indonesia merupakan salah satu indikator krusial untuk memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat. Data kemiskinan tidak hanya menjadi angka statistik, tetapi juga cerminan dari tantangan pembangunan yang dihadapi oleh sebuah negara. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan populasi yang terus bertambah, memiliki dinamika kemiskinan yang kompleks dan multidimensional. Berbagai upaya telah dan terus dilakukan oleh pemerintah maupun berbagai elemen masyarakat untuk menekan angka kemiskinan, namun realitasnya selalu ada sebagian penduduk yang masih berada di bawah garis kemiskinan.
Sebelum melangkah lebih jauh pada angka, penting untuk memahami bagaimana kemiskinan diukur. Secara umum, kemiskinan dapat dikategorikan menjadi dua: kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut merujuk pada ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan untuk bertahan hidup. Standar kemiskinan absolut seringkali ditentukan oleh Bank Dunia dengan patokan global, misalnya hidup dengan kurang dari $1.90 atau $3.20 per hari (tergantung klasifikasi negara). Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional, yang merupakan nilai pengeluaran minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup.
Sementara itu, kemiskinan relatif lebih melihat pada kesenjangan ekonomi dalam suatu masyarakat. Seseorang dianggap miskin relatif jika pendapatannya jauh di bawah rata-rata pendapatan masyarakat di sekitarnya, meskipun kebutuhan dasarnya mungkin terpenuhi. Namun, fokus utama dalam diskusi mengenai berapa orang miskin di Indonesia biasanya mengacu pada angka kemiskinan absolut yang dirilis oleh BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS) secara berkala merilis data persentase penduduk miskin di Indonesia. Angka ini biasanya dilaporkan dalam bentuk persentase dari total populasi, serta jumlah absolutnya. Berdasarkan data resmi yang paling mutakhir (perlu dicatat bahwa data ini dapat berubah seiring waktu), persentase penduduk miskin di Indonesia terus menjadi perhatian utama. Misalnya, pada periode tertentu, persentase kemiskinan bisa berada di kisaran satu digit, namun jumlah absolutnya tetap signifikan mengingat besarnya populasi Indonesia.
Perlu dipahami bahwa angka-angka ini seringkali dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pertumbuhan ekonomi nasional, kebijakan sosial, bencana alam, pandemi, serta stabilitas ekonomi global. Krisis ekonomi atau peristiwa luar biasa dapat menyebabkan lonjakan angka kemiskinan dalam periode singkat, sementara program pengentasan kemiskinan yang efektif dapat menurunkan angka tersebut secara bertahap.
Sebagai contoh, jika persentase kemiskinan tercatat sebesar X% dari total populasi Indonesia yang berjumlah sekitar 270 juta jiwa, maka jumlah orang miskin dapat diperkirakan sekitar Y juta jiwa.
Kemiskinan di Indonesia merupakan isu multifaset yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:
Pemerintah Indonesia terus berupaya menekan angka kemiskinan melalui berbagai program, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT), program padat karya, serta berbagai program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Selain itu, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil juga memainkan peran penting dalam upaya ini melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), advokasi, dan pembangunan kapasitas.
Mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia adalah sebuah maraton panjang yang membutuhkan sinergi dari semua pihak. Pemahaman yang mendalam mengenai angka, penyebab, dan solusi merupakan kunci untuk menciptakan Indonesia yang lebih sejahtera dan berkeadilan bagi seluruh rakyatnya.