Bunga anggrek telah lama memikat hati para pecinta tanaman di seluruh dunia karena keragaman bentuk dan warnanya yang memukau. Di antara ribuan spesies yang ada, terdapat satu genus yang menarik perhatian khusus karena motifnya yang liar dan elegan: Anggrek Harimau. Secara ilmiah dikenal sebagai anggota genus *Grammatophyllum*, anggrek ini mendapatkan julukan tersebut bukan tanpa alasan. Pola bintik-bintik gelap pada latar belakang kuning keemasan atau oranye pada bunganya sangat menyerupai corak kulit harimau, menjadikannya salah satu spesimen flora paling ikonik di wilayah asalnya.
Habitat dan Asal Usul Eksotis
Anggrek Harimau mayoritas berasal dari hutan hujan tropis di Asia Tenggara, khususnya di kepulauan Indonesia dan Filipina. Mereka umumnya tumbuh secara epifit, artinya tanaman ini menempel pada pohon lain untuk mendapatkan ketinggian dan paparan sinar matahari, namun tidak mengambil nutrisi dari inangnya. Lingkungan tempat mereka tumbuh ditandai dengan kelembapan udara yang tinggi dan suhu yang hangat sepanjang tahun. Kondisi ini sangat penting untuk replikasi perawatan di lingkungan budidaya.
Salah satu spesies yang paling sering disebut adalah *Grammatophyllum speciosum*, yang juga dikenal sebagai Anggrek Batu atau Anggrek Raksasa. Spesies ini terkenal bukan hanya karena coraknya, tetapi juga karena ukurannya yang masif. Tanaman dewasa dari spesies ini dapat memiliki bobot ratusan kilogram dan dikenal sebagai anggrek terberat di dunia, mampu membentuk rumpun besar yang menjulang tinggi di tajuk pohon hutan.
Ciri Khas Fisik dan Morfologi
Daya tarik utama Anggrek Harimau terletak pada bunganya. Umumnya, kuntum bunga memiliki diameter yang cukup besar, dengan kelopak dan mahkota berwarna dasar kuning cerah hingga oranye pekat. Di atas dasar warna ini, tersebar bintik-bintik cokelat gelap atau merah marun yang khas, memberikan kontras visual yang dramatis. Bentuk bunga seringkali sedikit menggantung atau menjuntai dalam tangkai bunga (inflorescence) yang panjang dan padat. Kehadiran bintik-bintik ini adalah hasil evolusi untuk menarik penyerbuk spesifik di habitat aslinya.
Selain bunga, anggrek ini juga memiliki pseudobulb (bonggol semu) yang besar dan bulat yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan air dan nutrisi. Bonggol ini memungkinkannya bertahan selama periode kering singkat. Daunnya tebal, hijau tua, dan berbentuk lonjong memanjang, mencerminkan adaptasi untuk mengurangi penguapan di lingkungan tropis yang terkadang fluktuatif.
Perawatan dan Budidaya
Membudidayakan Anggrek Harimau, terutama spesies besar seperti *G. speciosum*, membutuhkan komitmen. Karena sifatnya yang epifit, media tanam harus memberikan drainase yang sangat baik. Campuran kulit kayu pinus, pakis kasar, dan arang sering digunakan. Kunci keberhasilan adalah meniru lingkungan hutan hujan.
Pencahayaan yang dibutuhkan Anggrek Harimau cenderung cerah namun tidak langsung. Sinar matahari pagi yang lembut sangat dianjurkan, tetapi paparan terik matahari siang dapat menyebabkan daun terbakar. Kelembapan tinggi adalah faktor non-negosiasi; penyiraman harus dilakukan secara rutin, memastikan media sedikit mengering di antara penyiraman, tetapi tidak pernah sampai kekeringan total. Penggemar seringkali menyemprotkan kabut air di sekitar tanaman untuk menjaga kelembapan udara di sekitarnya, terutama selama musim kemarau.
Konservasi dan Nilai Jual
Karena keindahan dan ukurannya yang mengesankan, Anggrek Harimau sering menjadi target kolektor. Di beberapa wilayah, penangkapan langsung dari alam liar telah mengurangi populasi liar secara signifikan. Oleh karena itu, praktik budidaya melalui pembibitan (propagasi) menjadi sangat penting untuk pelestarian spesies ini. Saat ini, banyak anggrek yang diperdagangkan berasal dari kultur jaringan, memastikan bahwa keindahan eksotis ini dapat dinikmati tanpa merusak ekosistem aslinya.
Pesona Anggrek Harimau terletak pada perpaduan antara kekuatan visual corak alaminya dan kisah adaptasi luar biasa dari kehidupan epifitnya. Ia adalah mahakarya alam yang membawa semangat liar hutan tropis ke dalam koleksi tanaman hias.