Dalam lautan Al-Qur'an, terdapat samudera hikmah dan petunjuk yang tak terhingga. Di antara permata-permata tersebut, dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah memiliki kedudukan yang istimewa. Ayat-ayat ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah benteng spiritual, sumber ketenangan, dan penyejuk jiwa bagi setiap mukmin yang merenungi dan mengamalkannya. Keutamaan dan manfaat dari kedua ayat ini telah banyak dijelaskan dalam berbagai riwayat hadis Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, menjadikannya sebagai amalan harian yang sangat dianjurkan. Ayat-ayat ini adalah penutup surah terpanjang dalam Al-Qur'an, sebuah penutup yang sarat makna dan menjadi pegangan abadi umat Islam. Membacanya sebelum tidur, misalnya, dipercaya membawa perlindungan dari segala macam keburukan dan mimpi buruk, memberikan rasa aman serta ketenteraman jiwa sepanjang malam.
Dua ayat terakhir Surah Al-Baqarah tersebut adalah sebagai berikut:
Terdapat berbagai keutamaan yang terkandung dalam membaca kedua ayat terakhir Surah Al-Baqarah. Salah satunya adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Mas'ud Al-Badri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa membaca dua ayat terakhir dari Surah Al-Baqarah pada malam hari, maka kedua ayat itu mencukupinya."
Para ulama menafsirkan kata "mencukupinya" ini dengan beragam makna, namun semuanya mengarah pada kebaikan dan perlindungan. Ada yang berpendapat bahwa ayat ini mencukupi dari segala keburukan di malam hari, termasuk dari gangguan setan. Ada pula yang berpendapat bahwa ayat ini mencukupi dari ibadah qiyamul lail (shalat malam), atau mencukupi dari musibah dan penyakit. Intinya, membaca ayat ini adalah sebuah bentuk perlindungan dan kecukupan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap segala hal yang tidak diinginkan.
Lebih lanjut, ayat-ayat ini mengajarkan kita tentang konsep keimanan yang komprehensif. Ayat pertama menegaskan keimanan kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya tanpa membeda-bedakan. Ini mencerminkan sikap seorang mukmin yang menerima kebenaran dari mana pun datangnya, asalkan bersumber dari Allah. Sikap "mendengar dan taat" adalah penegasan komitmen untuk senantiasa patuh pada perintah dan larangan Allah.
Sementara itu, ayat kedua mengandung doa-doa permohonan ampunan, keringanan beban, dan pertolongan dari Allah. Doa-doa ini menunjukkan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Tuhannya, mengakui keterbatasan diri dan memohon agar tidak dibebani di luar kesanggupan. Ini adalah pengingat bahwa Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun, tidak pernah membebani hamba-Nya di luar batas kemampuan mereka. Permohonan agar tidak dibebani beban berat seperti umat sebelumnya adalah bentuk kerendahan hati dan permohonan agar diperlakukan dengan rahmat-Nya.
Membaca dan merenungkan kedua ayat ini setiap malam sebelum tidur adalah sebuah investasi spiritual yang sangat berharga. Ia bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah sarana untuk memperkuat akidah, membersihkan hati dari dosa, dan memohon perlindungan dari Sang Pencipta. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang penuh tantangan, ayat-ayat ini hadir sebagai penyejuk jiwa, pengingat akan kekuasaan Allah, dan sumber kekuatan untuk menjalani hari esok dengan penuh keyakinan dan ketenangan. Dengan mengamalkan ayat-ayat ini, seorang mukmin dapat merasakan ketenangan batin dan keyakinan bahwa setiap langkahnya senantiasa dalam lindungan Allah Subhanahu wa Ta'ala.