Visualisasi samar dari legenda Candi Prambanan.
Kisah Dyah Roro Jonggrang adalah salah satu legenda paling ikonik dan dramatis dalam sejarah mitologi Jawa. Kisah ini tidak hanya populer karena unsur romansa dan pengkhianatan, tetapi juga karena keterkaitannya langsung dengan salah satu mahakarya arsitektur Hindu di Indonesia, yaitu Candi Prambanan di Yogyakarta. Cerita ini membawa kita jauh ke masa lalu, ke kerajaan kuno yang penuh intrik politik dan kekuatan gaib.
Inti dari legenda ini berpusat pada Putri Dyah Roro Jonggrang, seorang putri cantik jelita dari Kerajaan Prambanan. Kecantikannya yang tiada tara membuat banyak pangeran dan raja dari kerajaan lain jatuh hati. Namun, nasib tragis menimpanya ketika Kerajaan Prambanan diserang dan akhirnya dikalahkan oleh Pangeran Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengalengan. Bandung Bondowoso adalah seorang kesatria sakti yang memiliki kekuatan luar biasa, namun juga dikenal dengan sifatnya yang keras dan ambisius.
Setelah memenangkan peperangan, Bandung Bondowoso jatuh cinta pada pandangan pertama kepada sang putri tawanan, Dyah Roro Jonggrang. Ia pun mengajukan lamaran pernikahan. Di sinilah konflik utama dimulai. Roro Jonggrang, yang hatinya masih berduka atas kehancuran kerajaannya dan kematian ayahnya, jelas menolak lamaran tersebut. Ia menyimpan dendam yang mendalam terhadap sang penakluk.
Menyadari bahwa menolak secara langsung akan berujung pada kematiannya, Roro Jonggrang mencoba mengakali Bandung Bondowoso. Ia mengajukan syarat pernikahan yang sangat sulit, hampir mustahil untuk dipenuhi dalam waktu singkat. Ia meminta Bandung Bondowoso untuk membuatkannya sebuah candi megah yang harus memiliki seribu buah candi, dan semua itu harus selesai sebelum fajar menyingsing keesokan harinya. Syarat ini dirancang untuk mempermalukan dan menggagalkan pernikahan tersebut.
Namun, yang tidak diketahui Roro Jonggrang adalah betapa kuat dan sakti mandragunanya Bandung Bondowoso. Dengan bantuan roh-roh halus dan pasukan jin yang ia panggil, Bandung Bondowoso mulai bekerja. Pembangunan candi berjalan sangat cepat, batu demi batu ditumpuk dengan kecepatan supernatural. Saat fajar hampir tiba, sembilan ratus sembilan puluh sembilan candi telah berdiri tegak.
Panik melihat kemajuan luar biasa itu, Roro Jonggrang yang putus asa segera mencari akal terakhir. Ia meminta para dayang dan pelayan untuk menyiapkan api unggun besar di sebelah timur, menumbuk padi dengan lesung, dan menyembelih ayam jantan. Tujuannya adalah untuk menipu Bandung Bondowoso agar mengira fajar sudah menyingsing.
Ketika Bandung Bondowoso hampir menyelesaikan candi ke-seribu, ia mendengar suara hiruk pikuk pagi hari—suara alu menumbuk padi dan kokok ayam jantan. Ia percaya bahwa waktu yang diberikan telah habis. Merasa dikhianati dan dipermainkan setelah berupaya keras, Bandung Bondowoso murka luar biasa. Ia menyadari tipu muslihat yang dilakukan oleh Dyah Roro Jonggrang.
Dalam kemarahannya yang tak terkendali, Bandung Bondowoso mengucapkan kutukan yang mengerikan. Ia mengutuk Roro Jonggrang agar berubah menjadi batu. Seketika itu juga, sang putri cantik itu berubah menjadi arca batu yang sempurna, yang kini dikenal sebagai arca dewi utama di kompleks Candi Prambanan. Dengan demikian, permintaan seribu candi terpenuhi, namun dengan harga nyawa sang putri.
Legenda ini terus diceritakan sebagai peringatan tentang bahaya kesombongan dan akibat dari tipu daya. Ironisnya, meskipun Roro Jonggrang dikutuk menjadi batu, salah satu kompleks candi di dekat Prambanan dikenal sebagai Candi Sewu (seribu candi), yang diduga merupakan representasi dari candi yang diminta sang putri. Situs Candi Prambanan, dengan kemegahan arsitekturnya, menjadi monumen abadi bagi kisah cinta, pengorbanan, dan kutukan yang melibatkan Dyah Roro Jonggrang.
Hingga hari ini, para ahli sejarah dan arkeolog terus mempelajari situs ini, sementara masyarakat setempat masih meyakini adanya energi magis dari kisah putri yang abadi dalam wujud batu tersebut. Kisah Dyah Roro Jonggrang adalah bagian tak terpisahkan dari identitas budaya Jawa Tengah, sebuah narasi yang memadukan sejarah, mitos, dan keindahan alam.