Menjaga kesehatan di usia lanjut adalah prioritas utama. Salah satu indikator penting kesehatan yang sering terabaikan adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupakan alat sederhana namun efektif untuk mengklasifikasikan status gizi seseorang, mulai dari kekurangan berat badan hingga obesitas. Bagi lansia, rentang IMT yang sehat seringkali sedikit berbeda dibandingkan kelompok usia yang lebih muda, dan pemahaman mengenai cara menghitungnya menjadi kunci untuk pencegahan berbagai penyakit kronis.
Pada usia senja, tubuh mengalami berbagai perubahan fisiologis. Massa otot cenderung berkurang (sarkopenia), metabolisme melambat, dan kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi bisa menurun. Kondisi ini membuat lansia lebih rentan terhadap masalah kesehatan yang berkaitan dengan berat badan, baik itu kekurangan gizi maupun kelebihan berat badan.
Kekurangan berat badan (IMT rendah) pada lansia dapat meningkatkan risiko malnutrisi, penurunan fungsi imun, penyembuhan luka yang lambat, dan kehilangan massa otot yang drastis. Hal ini juga dapat mengindikasikan adanya penyakit kronis yang mendasari.
Kelebihan berat badan atau obesitas (IMT tinggi) pada lansia dapat memperburuk kondisi yang sudah ada seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, hipertensi, osteoartritis (radang sendi), dan masalah pernapasan. Selain itu, kelebihan berat badan juga dapat mempersulit mobilitas.
Oleh karena itu, memantau IMT secara berkala sangatlah krusial untuk memastikan lansia berada dalam rentang berat badan yang sehat dan optimal. Ini memungkinkan intervensi dini jika diperlukan, baik melalui penyesuaian pola makan maupun aktivitas fisik yang sesuai.
Menghitung IMT sebenarnya cukup sederhana dan dapat dilakukan sendiri di rumah. Rumus dasar yang digunakan adalah:
Mari kita bedah langkah-langkahnya:
Contoh Perhitungan:
Seorang lansia memiliki berat badan 60 kg dan tinggi badan 1.55 m.
Hasil IMT yang diperoleh adalah sekitar 24.97.
Klasifikasi IMT yang umumnya digunakan, terutama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Kementerian Kesehatan, adalah sebagai berikut:
Namun, perlu diingat bahwa untuk lansia, ada sedikit penyesuaian yang perlu diperhatikan. Beberapa ahli menyarankan rentang IMT yang sedikit lebih tinggi untuk dianggap "normal" pada lansia, misalnya rentang 22.0 hingga 27.0. Hal ini karena massa otot yang menurun dapat membuat seseorang terlihat lebih kurus padahal komposisi tubuhnya mungkin masih baik, atau justru kelebihan lemak.
Oleh karena itu, hasil perhitungan IMT sebaiknya diinterpretasikan bersama dengan kondisi kesehatan umum lansia dan dikonsultasikan dengan profesional medis. Dokter atau ahli gizi dapat memberikan penilaian yang lebih komprehensif, termasuk mengukur lingkar pinggang, komposisi tubuh (persentase lemak dan otot), serta mempertimbangkan riwayat kesehatan.
Setelah mengetahui cara menghitung dan klasifikasi IMT, langkah selanjutnya adalah menjaga agar IMT tetap berada dalam rentang yang sehat. Berikut adalah beberapa tips praktis:
Menghitung IMT lansia bukanlah sekadar angka, melainkan sebuah langkah awal yang penting untuk membangun gaya hidup sehat. Dengan pemantauan dan perhatian yang tepat, lansia dapat menikmati masa tua dengan kualitas hidup yang lebih baik dan terhindar dari berbagai risiko penyakit terkait berat badan.