Representasi visual elemen perhitungan Jawa terkait kematian.
Dalam budaya Jawa, kematian bukan hanya peristiwa fisik, tetapi juga memiliki kaitan erat dengan tradisi dan perhitungan spiritual. Salah satu aspek yang sering dibicarakan terkait dengan momen kehilangan ini adalah "hitungan Jawa geblak orang meninggal". Istilah ini merujuk pada serangkaian perhitungan yang dilakukan berdasarkan hari dan pasaran kelahiran orang yang meninggal, serta hari dan pasaran saat terjadinya kematian. Perhitungan ini memiliki makna mendalam dan dipercaya dapat memberikan panduan bagi keluarga yang ditinggalkan, terutama dalam menentukan langkah-langkah selanjutnya, seperti kapan waktu yang tepat untuk mengadakan tahlil, kenduri, atau upacara peringatan lainnya.
Secara sederhana, hitungan Jawa geblak adalah sebuah sistem perhitungan warisan leluhur yang mencoba menghubungkan antara waktu lahir seseorang dengan waktu kepergiannya. Dalam tradisi Jawa, setiap hari (Senin, Selasa, Rabu, dst.) dan setiap pasaran (Pon, Wage, Kliwon, Legi, Pahing) memiliki nilai atau bobot tertentu. Nilai-nilai ini kemudian dikombinasikan untuk menghasilkan sebuah "hitungan" yang diyakini memberikan indikasi tertentu mengenai kondisi spiritual orang yang meninggal dan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya.
Geblak dalam konteks ini sering diartikan sebagai "jatuh" atau "terjadi", merujuk pada kejadian kematian itu sendiri. Jadi, hitungan Jawa geblak orang meninggal adalah perhitungan yang dihasilkan dari kombinasi hari lahir dan pasaran orang yang telah meninggal dengan hari lahir dan pasaran saat ia berpulang.
Ada beberapa tujuan utama di balik pelaksanaan hitungan Jawa geblak orang meninggal:
Perhitungan hitungan Jawa geblak umumnya melibatkan beberapa langkah dasar. Perlu diingat bahwa ada berbagai variasi dalam cara perhitungannya, tergantung pada tradisi daerah atau aliran kepercayaan tertentu. Namun, prinsip dasarnya tetap sama: mengombinasikan nilai hari dan pasaran.
Pertama, tentukan nilai hari dan pasaran kelahiran orang yang meninggal, serta nilai hari dan pasaran saat ia meninggal. Setiap hari dan pasaran memiliki nilai angka tertentu yang telah ditetapkan dalam tradisi Jawa (misalnya, Wage=7, Kliwon=8, Legi=5, Pahing=9, Pon=7; dan hari-hari biasa juga memiliki nilai tersendiri).
Kemudian, jumlahkan nilai hari kelahiran dengan nilai pasaran kelahiran. Lakukan hal yang sama untuk hari dan pasaran kematian. Hasil penjumlahan kedua pasangan nilai ini kemudian dijumlahkan kembali untuk mendapatkan total nilai geblak.
Nilai total ini kemudian dibaca atau diinterpretasikan berdasarkan tabel atau panduan yang sudah ada. Tabel interpretasi ini biasanya akan memberikan makna spesifik untuk setiap rentang angka, seperti "baik," "sedang," atau "perlu waspada."
Contoh sederhana: Jika seseorang lahir pada hari Selasa Kliwon dan meninggal pada hari Jumat Wage. Misalkan nilai Selasa = 3, Kliwon = 8. Maka, nilai lahir = 3 + 8 = 11. Misalkan nilai Jumat = 6, Wage = 7. Maka, nilai meninggal = 6 + 7 = 13. Total nilai geblak = 11 + 13 = 24. Selanjutnya, nilai 24 ini akan dicocokkan dengan tabel interpretasi hitungan Jawa geblak.
Meskipun hitungan Jawa geblak memiliki tempat penting dalam tradisi, penting untuk diingat bahwa ini adalah bagian dari kepercayaan dan bukan ilmu pasti. Interpretasi bisa bervariasi, dan pelaksanaan upacara kematian seringkali juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, dan ketersediaan waktu keluarga.
Pada era modern, banyak keluarga mungkin tidak lagi melakukan perhitungan ini secara ketat. Namun, pemahaman mengenai hitungan Jawa geblak ini tetap relevan sebagai bagian dari kekayaan budaya dan cara pandang leluhur masyarakat Jawa terhadap siklus kehidupan dan kematian. Ini adalah pengingat akan pentingnya menghormati tradisi sambil tetap beradaptasi dengan zaman.
Bagi sebagian orang, mengikuti hitungan ini memberikan rasa aman dan keyakinan bahwa mereka telah melakukan yang terbaik untuk mendiang orang yang mereka cintai, sesuai dengan ajaran nenek moyang. Kepercayaan ini membantu mereka melewati masa-masa sulit dengan lebih tenang dan terarah.