Anggrek, seringkali dikenal sebagai flora epifit yang menempel pada pohon, ternyata memiliki keragaman luar biasa di habitat darat. Anggrek tanah, atau terestrial orchid, adalah kelompok tanaman yang mempesona karena mereka tumbuh langsung dari tanah, memanfaatkan komposisi mineral dan kelembaban bumi untuk bertahan hidup. Mereka menawarkan variasi bentuk bunga dan warna yang tak kalah eksotis dibandingkan kerabatnya yang menempel di dahan pohon.
Memahami jenis-jenis anggrek tanah adalah kunci bagi para pecinta tanaman hias untuk memperkaya koleksi mereka. Berbeda dengan anggrek epifit yang membutuhkan media tanam khusus seperti pakis atau arang, anggrek tanah memerlukan substrat yang memiliki aerasi baik namun mampu menahan kelembaban, mirip dengan tanah hutan yang kaya humus.
Ilustrasi di atas merepresentasikan struktur dasar anggrek terestrial yang tumbuh tegak dari permukaan tanah.
Dunia anggrek tanah sangat luas, mencakup ribuan spesies. Namun, beberapa di antaranya sangat populer di kalangan kolektor karena keindahan visualnya, kemudahan perawatan, atau aroma khas yang dimilikinya. Berikut adalah beberapa jenis yang paling sering ditemui:
Spesies Spathoglottis mungkin adalah anggrek tanah yang paling umum dan mudah dikenali. Mereka dikenal karena tampilan tegak dan cenderung menyerupai rumput. Bunga mereka muncul dalam tandan tinggi di atas dedaunan dan seringkali berwarna cerah, dominan ungu, merah muda, atau kuning.
Anggrek genus Bletilla sering disebut 'Anggrek Tanah yang Kuat' karena beberapa spesiesnya mampu bertahan di iklim dingin (temperata), bahkan di beberapa area dengan musim dingin bersalju. Di Indonesia, Bletilla striata sering dibudidayakan sebagai tanaman hias pot.
Meskipun banyak anggrek terestrial yang relatif sederhana, Coryanthes menonjol dengan struktur bunganya yang sangat unik dan rumit, sering dijuluki 'Anggrek Ember'. Meskipun beberapa spesies hidup epifit, banyak kultivar yang diperlakukan sebagai anggrek tanah karena kebutuhan substratnya yang mirip.
Genus Calanthe sangat dihargai karena durasi mekarnya yang relatif lama dan warna bunga yang bervariasi, dari putih bersih hingga merah anggur yang pekat. Anggrek ini sering memiliki pseudobulb (bonggol semu) yang berfungsi menyimpan cadangan air.
Berbeda dengan anggrek epifit yang akarnya terpapar udara, anggrek tanah bergantung penuh pada komposisi tanah. Kesalahan umum dalam perawatan seringkali berakar pada masalah media tanam dan drainase.
Media ideal harus meniru kondisi tanah hutan yang kaya bahan organik. Campuran yang baik meliputi kompos daun matang (humus), sekam bakar, dan sedikit pasir kasar untuk memastikan aerasi. Hindari penggunaan tanah kebun murni yang mudah menjadi padat dan memampatkan akar.
Mayoritas anggrek tanah menyukai kondisi terang parsial. Sinar matahari pagi adalah yang terbaik. Paparan sinar matahari siang yang terik dapat menyebabkan daun cepat terbakar dan menguning.
Penyiraman harus dilakukan secara teratur saat permukaan media mulai terasa kering. Karena mereka tumbuh di tanah, mereka umumnya membutuhkan kelembaban lebih konsisten dibandingkan anggrek yang menempel di pohon. Pastikan air tidak menggenang di dasar pot.
Dengan memahami kebutuhan spesifik dari setiap jenis anggrek tanah—apakah itu Spathoglottis yang tahan banting atau Calanthe yang membutuhkan periode dormansi—koleksi anggrek terestrial Anda akan berkembang pesat, menghadirkan keindahan eksotis langsung dari permukaan bumi ke taman Anda.