Ilustrasi Kesatuan Keturunan
Mempelajari sejarah kehidupan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam selalu membawa pelajaran mendalam tentang kepemimpinan, keteladanan, dan kehidupan pribadi beliau sebagai seorang suami dan ayah. Salah satu aspek penting dalam sirah nabawiyah adalah mengenai keturunan beliau. Dalam pandangan Islam, jumlah anak Nabi Muhammad SAW memiliki catatan historis yang jelas, meskipun beberapa perbedaan kecil mungkin muncul dalam detail spesifik, namun jumlah total anak beliau secara umum disepakati oleh para sejarawan dan ulama.
Secara garis besar, Nabi Muhammad SAW dikaruniai keturunan dari dua istri beliau yang melahirkan anak, yaitu Khadijah binti Khuwailid dan Mariyah Al-Qibtiyah. Dari rahim Khadijah, Nabi dikaruniai banyak anak, sementara dari Mariyah Al-Qibtiyah, beliau dikaruniai satu putra. Penting untuk dicatat bahwa seluruh keturunan Nabi yang berkembang dan membawa garis nasab setelah wafat beliau berasal dari putri-putrinya.
Khadijah adalah istri pertama dan pendukung utama Nabi Muhammad SAW dalam masa-masa awal kenabian. Hubungan mereka dipenuhi cinta dan saling pengertian, dan Allah SWT menganugerahkan mereka keturunan yang banyak, meskipun mayoritas putra beliau meninggal saat masih kecil atau di masa kanak-kanak.
Total anak yang lahir dari Sayyidatina Khadijah adalah enam orang: empat putra dan dua putri.
Mariyah Al-Qibtiyah adalah seorang budak hadiah dari Muqawqis, penguasa Mesir, yang kemudian dimerdekakan dan dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW. Dari Mariyah, Nabi dikaruniai seorang putra.
Jika kita menghitung secara keseluruhan, total anak Nabi Muhammad SAW adalah 7 orang (tiga putri dan empat putra). Namun, penting untuk diingat bahwa **hanya putri-putri beliau—Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fathimah—yang mewariskan keturunan yang berlanjut hingga hari ini.** Semua putra beliau meninggal dunia pada usia muda, sebuah takdir yang menjadi kesabaran besar bagi Rasulullah SAW.
Kisah tentang keturunan Nabi Muhammad SAW memberikan pelajaran tentang arti kehilangan, kesabaran dalam menghadapi ujian Ilahi, dan pentingnya putri-putri beliau sebagai penerus garis kehormatan Nabi dalam sejarah Islam. Fathimah Az-Zahra, secara khusus, memegang peranan sentral karena melalui beliau dan suaminya, Ali bin Abi Thalib, nasab mulia Rasulullah SAW terus mengalir di dunia hingga kini.