Al-Qur'anul Karim adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di dalamnya terkandung seribu satu hikmah dan hukum. Salah satu aspek penting dalam studi Al-Qur'an adalah penghitungan jumlah ayatnya. Meskipun secara tekstual Al-Qur'an adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, terdapat perbedaan pendapat (khilafiyah) di kalangan ulama mengenai penomoran dan penghitungan final jumlah ayat. Perbedaan ini muncul dari metode penafsiran dan cara mereka mengidentifikasi batas antara satu ayat dengan ayat lainnya, khususnya pada awal atau akhir surat.
Dalam tradisi keilmuan Islam, terdapat beberapa pandangan besar mengenai jumlah ayat ini, yang umumnya dibagi berdasarkan Kufah, Basrah, Makkah, Madinah, dan Syam. Masing-masing memiliki riwayat sandarannya sendiri. Namun, pembahasan ini akan fokus pada pandangan yang dianut oleh mazhab besar fikih, yaitu pandangan yang berkaitan dengan jumlah ayat dalam Al-Qur'an menurut Imam Syafi'i.
Kedudukan Imam Syafi'i dalam Ilmu Qira'at dan Penghitungan Ayat
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i, pendiri Mazhab Syafi'iyah, adalah salah satu mujtahid agung yang keilmuannya meliputi fikih, ushul fikih, hadis, dan juga memiliki pemahaman mendalam mengenai ilmu Al-Qur'an dan Qira'at. Pandangan beliau mengenai jumlah ayat Al-Qur'an sering kali bersandar pada riwayat yang kuat dan praktik yang berlaku di wilayah Hijaz pada masanya.
Ulama yang mengikuti mazhab Imam Syafi'i (terutama yang berbasis di Mekkah dan Madinah pada masa awal Islam) umumnya cenderung mengikuti hitungan yang dikenal dengan riwayat Madinah atau Mekkah, yang mana keduanya memiliki kesamaan fundamental dalam hal jumlah ayat secara keseluruhan.
Hitungan Ayat Menurut Pandangan Imam Syafi'i
Secara umum, pandangan yang paling sering dikaitkan dengan mazhab Syafi'iyah—dan juga disepakati oleh ulama Mekkah dan Madinah—adalah bahwa jumlah total ayat dalam Al-Qur'an adalah 6.236 ayat. Angka ini merupakan hasil penghitungan yang teliti berdasarkan waqaf (tempat berhenti) dan ibtida' (memulai bacaan) yang diajarkan dan diwariskan.
Perlu ditekankan bahwa perbedaan penghitungan ayat ini bukan terletak pada teks Al-Qur'an itu sendiri, melainkan pada penomoran ayat. Misalnya, perbedaan yang paling terkenal adalah mengenai Basmalah (Bismillāhirraḥmānirraḥīm). Sebagian ulama (termasuk pengikut mazhab Hanafi dari Kufah) menghitung Basmalah di awal setiap surat (kecuali Surah At-Taubah) sebagai ayat tersendiri. Namun, pandangan yang dianut oleh ulama Madinah dan Mekkah (yang lebih dekat dengan tradisi Imam Syafi'i) umumnya tidak memasukkan Basmalah di awal surat sebagai ayat yang berdiri sendiri, kecuali pada Surah Al-Fatihah di mana ia secara tegas diakui sebagai ayat pertama.
Detail Perbandingan Penghitungan Ayat
Untuk memahami konteks angka 6.236 ayat menurut pandangan Imam Syafi'i, kita bisa membandingkannya dengan hitungan lain yang populer:
- Riwayat Madinah (Imam Nafi'): 6.214 ayat (tanpa menghitung Basmalah awal surat sebagai ayat).
- Riwayat Mekkah (Imam 'Athā'): 6.220 ayat.
- Riwayat Kufah (Imam 'Aṣim): 6.236 ayat (menghitung Basmalah di awal Surah Al-Fatihah dan menganggapnya sebagai pemisah ayat di surat lain). Angka 6.236 inilah yang seringkali disebut dalam konteks yang berkaitan dengan mazhab Syafi'iyah dan merupakan jumlah yang paling sering digunakan oleh para mufassir kontemporer.
Angka 6.236 seringkali dikaitkan dengan pandangan yang lebih inklusif dalam penghitungan akhir kalimat. Meskipun perbedaannya tampak kecil, hal ini menunjukkan bahwa ijtihad dalam ilmu numurologi Al-Qur'an adalah ranah yang membutuhkan otorisasi sanad yang kuat. Dalam pandangan Syafi'iyah, fokus utama adalah pada keotentikan bacaan dan urutan wahyu, yang mana secara kolektif mengarah pada angka tersebut atau sangat mendekatinya (seperti 6.214 jika mengikuti riwayat Madinah murni).
Mengapa Perbedaan Ini Ada?
Perbedaan kecil ini muncul karena beberapa hal: pertama, perbedaan dalam penetapan titik akhir ayat (waqaf) berdasarkan cara pewarisan bacaan (qira'at) dari generasi ke generasi. Kedua, status Basmalah di awal surat-surat tertentu. Apakah ia dihitung sebagai ayat pembuka atau sekadar pemisah antar surah? Ketiga, keberadaan ayat-ayat yang pendek di mana penentuan batasnya memerlukan ketelitian sanad yang tinggi.
Kesimpulannya, jumlah ayat dalam Al-Qur'an menurut pandangan yang kuat dianut oleh para pengikut mazhab Imam Syafi'i cenderung mengacu pada angka 6.236 ayat, meskipun dalam literatur klasik terdapat variasi yang berdekatan tergantung pada riwayat qira'at mana yang dipegang teguh. Yang paling penting adalah meyakini bahwa meskipun ada perbedaan dalam penghitungan penomoran, substansi, isi, dan keaslian teks Al-Qur'an adalah tunggal dan tidak diragukan lagi. Seluruh ulama sepakat bahwa jumlah surat adalah 114 dan tidak ada satu pun huruf atau kata yang berbeda di antara Mushaf yang beredar luas saat ini.