Memahami Jumlah Cairan Ketuban Normal

Ilustrasi Janin dalam Kantung Ketuban Cairan Ketuban (Amnion) Janin
Ilustrasi sederhana janin yang dikelilingi oleh cairan ketuban.

Peran Vital Cairan Ketuban

Cairan ketuban, atau cairan amnion, adalah lingkungan cair yang mengelilingi janin selama masa kehamilan di dalam kantung ketuban. Cairan ini bukan sekadar "air" biasa; ia memainkan peran multifungsi yang krusial bagi perkembangan dan keselamatan bayi hingga waktu persalinan. Tanpa volume yang memadai, janin berisiko mengalami komplikasi serius. Oleh karena itu, memantau jumlah cairan ketuban normal adalah salah satu indikator utama kesehatan janin selama pemeriksaan rutin.

Fungsi utamanya meliputi perlindungan fisik dari benturan luar, membantu perkembangan paru-paru janin melalui proses menghirup dan menelan, serta menjaga suhu lingkungan janin tetap stabil. Seiring bertambahnya usia kehamilan, volume cairan ini berubah secara dinamis.

Berapa Jumlah Cairan Ketuban Normal Berdasarkan Usia Kehamilan?

Pengukuran volume cairan ketuban biasanya dilakukan melalui prosedur pencitraan ultrasonografi (USG) dengan mengukur kedalaman kantung cairan di empat kuadran perut ibu (AFI - Amniotic Fluid Index) atau dengan mengukur kantung vertikal terdalam (SVDP - Single Vertical Pocket Depth). Nilai normal bervariasi sepanjang trimester:

Secara umum, dokter akan menganggap volume cairan ketuban normal jika AFI berada di antara 5 cm hingga 25 cm, atau SVDP antara 2 cm hingga 8 cm, tergantung pada standar pengukuran yang digunakan di fasilitas kesehatan tersebut.

Kondisi Tidak Normal: Oligohidramnion dan Polihidramnion

Ketidakseimbangan volume cairan ketuban memerlukan perhatian medis segera. Terdapat dua kondisi utama yang berhubungan dengan jumlah cairan ketuban:

1. Oligohidramnion (Cairan Ketuban Kurang)

Ini terjadi ketika volume cairan ketuban berada di bawah batas normal, sering didefinisikan sebagai AFI kurang dari 5 cm. Oligohidramnion lebih sering menjadi perhatian pada kehamilan akhir. Kekurangan cairan ini meningkatkan risiko kompresi tali pusat, kesulitan janin bergerak (yang menghambat perkembangan otot dan tulang), serta masalah perkembangan paru-paru karena janin tidak memiliki cukup cairan untuk "dihirup". Penyebabnya bisa karena kebocoran selaput ketuban, masalah plasenta, atau masalah ginjal janin.

2. Polihidramnion (Cairan Ketuban Berlebih)

Kondisi ini terjadi ketika volume cairan ketuban sangat banyak, biasanya didefinisikan sebagai AFI melebihi 25 cm. Meskipun tidak selalu berbahaya, polihidramnion meningkatkan risiko komplikasi seperti persalinan prematur, solusio plasenta (plasenta terlepas), dan tali pusat menonjol. Volume cairan yang berlebihan membuat rahim meregang lebih besar dari seharusnya. Penyebabnya seringkali terkait dengan kesulitan janin menelan cairan (misalnya, karena sumbatan saluran cerna janin) atau kondisi diabetes ibu yang tidak terkontrol.

Bagaimana Cairan Ketuban Diukur?

Pengukuran jumlah cairan ketuban normal adalah bagian rutin dari USG kehamilan, terutama setelah trimester kedua. Dua metode utama yang umum digunakan adalah:

  1. Amniotic Fluid Index (AFI): Pemeriksa membagi perut ibu menjadi empat kuadran dan mengukur kantung cairan terpanjang tanpa melihat janin atau tali pusat di dalamnya. Hasil dari keempat kuadran tersebut dijumlahkan.
  2. Single Vertical Pocket (SVP/SVDP): Pengukuran hanya fokus pada kantung cairan tunggal terpanjang dan terdalam di dalam rahim.

Pemantauan rutin sangat penting. Jika hasil pengukuran menunjukkan volume di luar rentang normal, dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebabnya dan menentukan langkah penanganan yang paling aman, baik untuk ibu maupun janin. Jangan ragu untuk mendiskusikan hasil USG Anda mengenai indeks cairan ketuban dengan dokter kandungan Anda.

🏠 Homepage