Cairan ketuban, atau cairan amnion, adalah lingkungan cair yang mengelilingi janin selama masa kehamilan di dalam kantung ketuban. Cairan ini bukan sekadar "air" biasa; ia memainkan peran multifungsi yang krusial bagi perkembangan dan keselamatan bayi hingga waktu persalinan. Tanpa volume yang memadai, janin berisiko mengalami komplikasi serius. Oleh karena itu, memantau jumlah cairan ketuban normal adalah salah satu indikator utama kesehatan janin selama pemeriksaan rutin.
Fungsi utamanya meliputi perlindungan fisik dari benturan luar, membantu perkembangan paru-paru janin melalui proses menghirup dan menelan, serta menjaga suhu lingkungan janin tetap stabil. Seiring bertambahnya usia kehamilan, volume cairan ini berubah secara dinamis.
Pengukuran volume cairan ketuban biasanya dilakukan melalui prosedur pencitraan ultrasonografi (USG) dengan mengukur kedalaman kantung cairan di empat kuadran perut ibu (AFI - Amniotic Fluid Index) atau dengan mengukur kantung vertikal terdalam (SVDP - Single Vertical Pocket Depth). Nilai normal bervariasi sepanjang trimester:
Secara umum, dokter akan menganggap volume cairan ketuban normal jika AFI berada di antara 5 cm hingga 25 cm, atau SVDP antara 2 cm hingga 8 cm, tergantung pada standar pengukuran yang digunakan di fasilitas kesehatan tersebut.
Ketidakseimbangan volume cairan ketuban memerlukan perhatian medis segera. Terdapat dua kondisi utama yang berhubungan dengan jumlah cairan ketuban:
Ini terjadi ketika volume cairan ketuban berada di bawah batas normal, sering didefinisikan sebagai AFI kurang dari 5 cm. Oligohidramnion lebih sering menjadi perhatian pada kehamilan akhir. Kekurangan cairan ini meningkatkan risiko kompresi tali pusat, kesulitan janin bergerak (yang menghambat perkembangan otot dan tulang), serta masalah perkembangan paru-paru karena janin tidak memiliki cukup cairan untuk "dihirup". Penyebabnya bisa karena kebocoran selaput ketuban, masalah plasenta, atau masalah ginjal janin.
Kondisi ini terjadi ketika volume cairan ketuban sangat banyak, biasanya didefinisikan sebagai AFI melebihi 25 cm. Meskipun tidak selalu berbahaya, polihidramnion meningkatkan risiko komplikasi seperti persalinan prematur, solusio plasenta (plasenta terlepas), dan tali pusat menonjol. Volume cairan yang berlebihan membuat rahim meregang lebih besar dari seharusnya. Penyebabnya seringkali terkait dengan kesulitan janin menelan cairan (misalnya, karena sumbatan saluran cerna janin) atau kondisi diabetes ibu yang tidak terkontrol.
Pengukuran jumlah cairan ketuban normal adalah bagian rutin dari USG kehamilan, terutama setelah trimester kedua. Dua metode utama yang umum digunakan adalah:
Pemantauan rutin sangat penting. Jika hasil pengukuran menunjukkan volume di luar rentang normal, dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebabnya dan menentukan langkah penanganan yang paling aman, baik untuk ibu maupun janin. Jangan ragu untuk mendiskusikan hasil USG Anda mengenai indeks cairan ketuban dengan dokter kandungan Anda.