Ilustrasi representasi ketidaknyamanan yang sering dikaitkan dengan masuk angin.
Di Indonesia, istilah "masuk angin" adalah diagnosis populer yang sangat sering digunakan untuk menjelaskan berbagai keluhan fisik, mulai dari kembung, pusing, nyeri otot, hingga yang paling mengkhawatirkan bagi sebagian orang: sensasi sesak napas. Pertanyaannya, apakah benar "masuk angin" secara harfiah bisa menyebabkan paru-paru kita tertekan hingga sulit bernapas?
Secara medis modern, konsep "masuk angin" tidak diakui sebagai diagnosis klinis spesifik. Ini adalah istilah awam yang merangkum sekumpulan gejala non-spesifik. Gejala-gejala ini sering kali muncul setelah seseorang terpapar suhu dingin (misalnya, tidur di lantai, kehujanan, atau terkena AC terlalu kencang), yang kemudian menyebabkan tubuh merasa tidak nyaman.
Para ahli medis meyakini bahwa apa yang kita sebut masuk angin sebenarnya adalah manifestasi dari kondisi seperti:
Sensasi dada terasa berat atau sulit bernapas saat merasa masuk angin bukanlah karena angin fisik benar-benar menyumbat saluran pernapasan. Fenomena ini lebih sering berkaitan dengan sistem pencernaan atau respons saraf.
Salah satu penyebab utama rasa sesak yang diasosiasikan dengan masuk angin adalah kembung atau akumulasi gas berlebih di saluran pencernaan. Ketika lambung atau usus terisi gas, ia akan mengembang. Secara anatomi, diafragma—otot utama yang berperan dalam proses pernapasan—terletak tepat di atas perut. Ketika perut mengembang, diafragma tertekan ke atas, mengurangi ruang gerak paru-paru. Hal ini secara refleks membuat kita merasa napas menjadi pendek atau sesak.
Gejala masuk angin sering kali disertai dengan nyeri otot dan pegal-pegal, terutama di area dada atau punggung. Jika otot interkostal (otot di antara tulang rusuk) terasa kaku, pergerakan tulang rusuk saat menarik dan menghembuskan napas menjadi terbatas. Selain itu, ketidaknyamanan fisik yang dirasakan dapat memicu respons stres atau kecemasan ringan, yang secara otomatis membuat pola pernapasan menjadi lebih cepat dan dangkal (hiperventilasi ringan), menimbulkan sensasi sesak napas.
Paparan dingin bisa menyebabkan bronkokonstriksi sementara (penyempitan ringan pada saluran pernapasan) pada sebagian orang yang sensitif, terutama mereka yang memiliki riwayat asma. Meskipun ini jarang terjadi tanpa pemicu lain, sensasi dingin memang bisa memicu respons pernapasan yang berbeda.
Karena akar masalahnya seringkali adalah gangguan pencernaan ringan atau ketegangan, penanganan berfokus pada relaksasi dan mengeluarkan gas.
Kesimpulannya, rasa sesak napas yang muncul saat merasa masuk angin hampir selalu merupakan efek tidak langsung dari kembung atau ketegangan otot yang menekan area diafragma. Meskipun nyaman untuk dijelaskan dengan istilah sehari-hari, penting untuk membedakannya dari gejala penyakit pernapasan atau kardiovaskular yang memerlukan perhatian medis profesional. Kenali tubuh Anda dan jangan ragu mencari bantuan jika gejalanya tidak membaik.