Bahasa Arab, sebagai bahasa Al-Qur'an dan Hadis, memiliki struktur dan keindahan yang luar biasa. Untuk dapat memahami kekayaan makna yang terkandung di dalamnya secara mendalam, seseorang tidak dapat mengabaikan dua pilar ilmu yang fundamental: Ilmu Nahu (سْحْفِ النَّحْوِ) dan Ilmu Saraf (سْحْفِ الصَّرْفِ). Kedua ilmu ini sering disebut secara berpasangan, layaknya dua sisi mata uang yang saling melengkapi dalam menguraikan misteri tata bahasa Arab.
Nahu dan Saraf adalah kunci utama untuk menembus keindahan retorika (balaghah), presisi makna (dilalah), dan keakuratan ekspresi dalam teks-teks Arab, terutama sumber-sumber hukum Islam. Tanpa pemahaman yang kokoh terhadap keduanya, interpretasi teks-teks tersebut dapat berujung pada kekeliruan fatal. Artikel komprehensif ini akan mengulas secara mendalam definisi, ruang lingkup, konsep-konsep kunci, hingga pentingnya Nahu dan Saraf dalam menguasai Bahasa Arab.
1. Sejarah Singkat Nahu dan Saraf
Perkembangan ilmu Nahu dan Saraf tidak bisa dilepaskan dari penyebaran Islam dan kebutuhan untuk menjaga kemurnian Bahasa Arab Al-Qur'an. Pada masa awal Islam, dengan meluasnya wilayah kekuasaan Muslim dan bercampurnya orang Arab dengan non-Arab (Ajam), mulai terjadi kekeliruan dalam penggunaan Bahasa Arab, yang dikenal sebagai lahn (kesalahan pengucapan atau tata bahasa).
Kekhawatiran akan fenomena ini mendorong para ulama untuk menyusun kaidah-kaidah Bahasa Arab agar tidak terjadi kesalahan dalam membaca dan memahami Al-Qur'an serta Hadis. Ilmu Nahu diyakini pertama kali dibukukan oleh Abu Aswad Ad-Du'ali atas perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib. Kemudian, murid-muridnya seperti Khalil bin Ahmad Al-Farahidi, dan puncaknya Sibawaih dengan karyanya Al-Kitab, mengembangkan ilmu Nahu menjadi sistematis dan komprehensif. Sementara itu, Ilmu Saraf berkembang seiring dengan Nahu, fokus pada pembentukan kata dan perubahan bentuknya. Para ulama seperti Ibnu Malik, Ibnu Hisyam, dan Az-Zamakhsyari adalah beberapa tokoh penting yang ikut menyempurnakan kedua ilmu ini.
2. Ilmu Nahu (سْحْفِ النَّحْوِ): Tata Bahasa Arab
Secara etimologi, kata Nahu (نَحْو) berarti 'arah', 'contoh', atau 'metode'. Dalam konteks ilmu, Nahu diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui harakat akhir suatu kata dalam Bahasa Arab, serta keadaan i'rab (perubahan harakat akhir) dan bina' (tetapnya harakat akhir) pada suatu kata. Nahu fokus pada hubungan antar kata dalam sebuah kalimat dan bagaimana perubahan harakat akhir mempengaruhi makna atau fungsi gramatikal suatu kata.
2.1. Definisi dan Ruang Lingkup Ilmu Nahu
Ilmu Nahu adalah disiplin ilmu yang mempelajari struktur kalimat dalam Bahasa Arab. Ia membahas bagaimana kata-kata digabungkan untuk membentuk frasa dan kalimat yang bermakna, serta bagaimana perubahan bentuk akhir kata (i'rab) atau ketetapan bentuk akhir kata (bina') terjadi. Ruang lingkup Nahu meliputi:
- Pengenalan Jenis Kata: Isim (nomina), Fi'il (verba), dan Harf (partikel).
- I'rab dan Bina': Memahami kapan suatu kata mengalami perubahan harakat akhir (i'rab) dan kapan ia tetap (bina').
- Fungsi Gramatikal: Mengenali peran setiap kata dalam kalimat (misalnya, sebagai subjek, predikat, objek, keterangan).
- Susunan Kalimat: Memahami struktur kalimat nominal (jumlah ismiyah) dan kalimat verbal (jumlah fi'liyah).
- Penyesuaian (Muthobaqoh): Kaidah keselarasan antara kata sifat dengan yang disifati, atau fi'il dengan fa'ilnya.
2.2. Kata dalam Bahasa Arab: Isim, Fi'il, Harf
Pondasi utama dalam Nahu adalah pengenalan tiga jenis kata dasar (أَقْسَامُ الكَلَامِ - aqsām al-kalām):
2.2.1. Isim (الاسْمُ - Nomina)
Isim adalah kata yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri dan tidak terikat dengan waktu. Isim bisa berupa nama orang, benda, sifat, tempat, waktu, atau ide. Ciri-ciri isim antara lain:
- Dapat diawali dengan
ال(alif lam, artikel tertentu). Contoh:الكتاب(buku itu). - Dapat berakhiran tanwin ( fathatain, kasratain, dhommatain). Contoh:
كتابٌ(sebuah buku). - Dapat didahului huruf jar. Contoh:
في البيتِ(di rumah). - Dapat menjadi mudhaf (yang disandarkan). Contoh:
بابُ الدارِ(pintu rumah). - Dapat disifati. Contoh:
كتابٌ جميلٌ(buku yang indah).
Contoh isim: محمد (Muhammad), قلم (pena), جميل (indah), مسجد (masjid), الآن (sekarang), علم (ilmu).
2.2.2. Fi'il (الفِعْلُ - Verba)
Fi'il adalah kata yang menunjukkan makna pada dirinya sendiri dan terikat dengan waktu (lampau, sekarang, atau perintah). Fi'il memiliki beberapa bentuk:
- Fi'il Madhi (فِعْلٌ مَاضٍ): Kata kerja lampau. Contoh:
كَتَبَ(dia telah menulis). - Fi'il Mudhari' (فِعْلٌ مُضَارِعٌ): Kata kerja sekarang/akan datang. Contoh:
يَكْتُبُ(dia sedang/akan menulis). - Fi'il Amr (فِعْلُ الأَمْرِ): Kata kerja perintah. Contoh:
اكْتُبْ(tulislah!).
Ciri-ciri fi'il antara lain:
- Dapat diawali dengan
قد(sungguh). Contoh:قد كتبَ. - Dapat diawali dengan
سـ(akan) atauسوف(akan). Contoh:سيكتب,سوف يكتب. - Dapat diawali huruf nashab atau jazm. Contoh:
أن يكتبَ,لم يكتبْ. - Dapat disambung dengan
ta' ta'nits as-sakinah(تَاءُ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ) pada fi'il madhi. Contoh:كتبتْ.
2.2.3. Harf (الحَرْفُ - Partikel)
Harf adalah kata yang maknanya tidak sempurna kecuali jika digabungkan dengan kata lain (isim atau fi'il). Harf tidak memiliki ciri-ciri isim maupun fi'il. Contoh harf:
- Huruf Jar:
مِنْ(dari),إِلَى(ke),عَلَى(di atas),فِي(di dalam),بِـ(dengan),لِـ(untuk). - Huruf Athaf:
وَ(dan),فَـ(lalu),ثُمَّ(kemudian),أَوْ(atau). - Huruf Nashab (untuk fi'il):
أَنْ,لَنْ,كَيْ,إِذَنْ. - Huruf Jazm (untuk fi'il):
لَمْ,لَمَّا,لَامُ الأَمْرِ,لَا النَّاهِيَةِ. - Huruf Nida':
يَا(wahai).
2.3. I'rab (الإِعْرَابُ) dan Bina' (البِنَاءُ)
Ini adalah inti dari ilmu Nahu. I'rab merujuk pada perubahan harakat akhir suatu kata sesuai dengan kedudukan atau fungsi gramatikalnya dalam kalimat, sedangkan Bina' adalah tetapnya harakat akhir suatu kata meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah.
2.3.1. I'rab (Perubahan Harakat Akhir)
Kata-kata yang mu'rab (dapat di-i'rab) akan mengalami salah satu dari empat keadaan I'rab:
- Rafa' (الرَّفْعُ): Tanda aslinya adalah dhommah (ـُـ), biasanya menunjukkan kedudukan sebagai subjek (fa'il), mubtada', khabar, na'ibul fa'il, atau isim kaana. Contoh:
الطالبُ مجتهدٌ.(Siswa itu rajin.) -الطالبُber-rafa'. - Nashab (النَّصْبُ): Tanda aslinya adalah fathah (ـَـ), biasanya menunjukkan kedudukan sebagai objek (maf'ul bih), khabar kaana, isim inna, atau maf'ul-maf'ul lainnya. Contoh:
قرأتُ الكتابَ.(Saya membaca buku itu.) -الكتابَber-nashab. - Jar (الجَرُّ) / Khafadh (الخَفْضُ): Tanda aslinya adalah kasrah (ـِـ), khusus untuk isim, menunjukkan kedudukan setelah huruf jar atau sebagai mudhaf ilaih (kata yang disandari). Contoh:
ذهبتُ إلى المسجدِ.(Saya pergi ke masjid.) -المسجدِber-jar. - Jazm (الجَزْمُ): Tanda aslinya adalah sukun (ـْـ), khusus untuk fi'il mudhari', menunjukkan kedudukan setelah huruf jazm. Contoh:
لم يذهبْ زيدٌ.(Zaid tidak pergi.) -يذهبْber-jazm.
Masing-masing keadaan i'rab ini memiliki tanda-tanda asli dan tanda-tanda pengganti (فرعية) yang bergantung pada jenis isim atau fi'ilnya (misalnya, isim mufrad, jamak taksir, jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim, isim lima, af'alul khamsah, fi'il mu'tal akhir).
2.3.2. Bina' (Ketidakberubahan Harakat Akhir)
Kata-kata yang mabni (tetap harakat akhirnya) tidak akan berubah meskipun kedudukannya dalam kalimat berubah. Kata-kata ini "terkunci" pada satu harakat akhir. Contohnya adalah:
- Semua harf:
مِنْ,إِلَى,هَلْ. - Fi'il madhi: Selalu mabni. Contoh:
كَتَبَ(fathah),كَتَبْتُ(dhommah),كَتَبْتَ(fathah). - Fi'il amr: Selalu mabni. Contoh:
اكْتُبْ(sukun). - Beberapa isim:
- Isim Isyarah (kata tunjuk):
هَذَا(ini),تِلْكَ(itu). - Isim Maushul (kata sambung):
الَّذِي(yang),الَّتِي(yang). - Dhamir (kata ganti):
هُوَ(dia),أَنْتَ(kamu),أَنَا(saya). - Beberapa Isim Istifham (kata tanya):
مَنْ(siapa),مَاذَا(apa). - Beberapa Isim Syarat (kata syarat):
مَنْ(siapa saja),مَا(apa saja).
- Isim Isyarah (kata tunjuk):
2.4. Jenis Kalimat (الْجُمْلَةُ - Jumlah)
Dalam Nahu, kalimat dibagi menjadi dua jenis utama berdasarkan kata pertama yang menyusunnya:
2.4.1. Jumlah Ismiyah (الْجُمْلَةُ الاسْمِيَّةُ - Kalimat Nominal)
Adalah kalimat yang diawali dengan isim. Dua komponen utamanya adalah:
- Mubtada' (الْمُبْتَدَأُ): Isim yang berada di awal kalimat, selalu ber-rafa'. Berfungsi sebagai subjek.
- Khabar (الْخَبَرُ): Kata yang menjelaskan atau memberi informasi tentang mubtada', selalu ber-rafa'. Berfungsi sebagai predikat.
Contoh: اللهُ غَفُورٌ. (Allah Maha Pengampun.)
Di sini, اللهُ adalah mubtada' (isim, marfu') dan غَفُورٌ adalah khabar (isim, marfu').
2.4.2. Jumlah Fi'liyah (الْجُمْلَةُ الْفِعْلِيَّةُ - Kalimat Verbal)
Adalah kalimat yang diawali dengan fi'il. Dua komponen utamanya adalah:
- Fi'il (الْفِعْلُ): Kata kerja yang menjadi inti kalimat.
- Fa'il (الْفَاعِلُ): Isim yang melakukan pekerjaan, selalu ber-rafa'. Berfungsi sebagai subjek.
Contoh: كَتَبَ الطالبُ الدَّرْسَ. (Siswa itu menulis pelajaran.)
Di sini, كَتَبَ adalah fi'il madhi, الطالبُ adalah fa'il (isim, marfu'), dan الدَّرْسَ adalah maf'ul bih (objek, manshub).
2.5. Komponen-komponen Kalimat dalam Nahu
Selain mubtada', khabar, fi'il, dan fa'il, ada banyak komponen lain yang membentuk kalimat yang kompleks dalam Bahasa Arab:
- Maf'ul Bih (المَفْعُولُ بِهِ): Objek langsung, yang dikenai pekerjaan. Selalu manshub. Contoh:
قرأتُ الكتابَ. - Maf'ul Muthlaq (المَفْعُولُ الْمُطْلَقُ): Mashdar yang disebutkan untuk menguatkan makna fi'il, menjelaskan jenisnya, atau jumlahnya. Selalu manshub. Contoh:
ضربتُهُ ضربًا.(Saya memukulnya dengan pukulan - penekanan). - Maf'ul Liajlih (المَفْعُولُ لِأَجْلِهِ): Disebutkan untuk menjelaskan alasan terjadinya suatu pekerjaan. Selalu manshub. Contoh:
قمتُ احترامًا للأستاذِ.(Saya berdiri karena menghormati guru). - Maf'ul Fih (المَفْعُولُ فِيهِ): Disebutkan untuk menjelaskan waktu atau tempat terjadinya suatu pekerjaan (disebut juga zharaf zaman atau zharaf makan). Selalu manshub. Contoh:
صُمْتُ يَوْمَ الاثنينِ.(Saya berpuasa pada hari Senin). - Maf'ul Ma'ah (المَفْعُولُ مَعَهُ): Isim yang disebutkan setelah wawu ma'iyyah (wawu kebersamaan) untuk menunjukkan kebersamaan. Selalu manshub. Contoh:
سرتُ والنيلَ.(Saya berjalan bersama sungai Nil). - Haal (الْحَالُ): Isim nakirah (indefinit) yang manshub, menjelaskan keadaan fa'il atau maf'ul saat pekerjaan terjadi. Contoh:
جاءَ الطالبُ ضاحِكًا.(Siswa itu datang sambil tertawa). - Tamyiz (التَّمْيِيزُ): Isim nakirah yang manshub, menghilangkan kekaburan pada kata sebelumnya. Contoh:
عندي عشرون كتابًا.(Saya punya dua puluh buku - menghilangkan kekaburan "dua puluh apa?"). - Istitsna' (الاسْتِثْنَاءُ): Pengecualian. Kata setelah
إِلَّا(kecuali) atau sejenisnya. Contoh:جاءَ الطلابُ إِلَّا واحدًا.(Para siswa datang kecuali satu). - Na'at (النَّعْتُ) / Shifah (الصِّفَةُ): Kata sifat yang mengikuti isim yang disifati (man'ut) dalam i'rab, jenis, jumlah, dan kejelasan. Contoh:
كتابٌ جميلٌ. - Athaf (العَطْفُ): Mengikuti kata sebelumnya dengan perantara huruf athaf. Contoh:
جاءَ زيدٌ وعمروٌ. - Taukid (التَّوْكِيدُ): Penguatan makna kata sebelumnya. Contoh:
جاءَ زيدٌ نفسُهُ.(Zaid datang sendiri). - Badal (البَدَلُ): Pengganti. Menggantikan kata sebelumnya tanpa perantara. Contoh:
جاءَ الخليفةُ عمرُ.(Khalifah Umar datang). - Isim Kaana dan Khabar Kaana: Kaana dan saudara-saudaranya me-rafa'kan isim setelahnya (isim kaana) dan me-nashabkan khabar setelahnya (khabar kaana). Contoh:
كانَ الجوُّ جميلًا.(Cuaca dulunya indah). - Isim Inna dan Khabar Inna: Inna dan saudara-saudaranya me-nashabkan isim setelahnya (isim inna) dan me-rafa'kan khabar setelahnya (khabar inna). Contoh:
إنَّ اللهَ غفورٌ رحيمٌ.(Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).
3. Ilmu Saraf (سْحْفِ الصَّرْفِ): Morfologi Arab
Secara etimologi, kata Saraf (صَرْفٌ) berarti 'mengubah' atau 'memalingkan'. Dalam konteks ilmu, Saraf adalah ilmu yang mempelajari kaidah-kaidah untuk mengetahui bentuk-bentuk kata dan perubahan dari satu bentuk ke bentuk lain untuk mendapatkan makna yang berbeda. Saraf fokus pada struktur internal kata, bukan pada posisi kata dalam kalimat.
3.1. Definisi dan Ruang Lingkup Ilmu Saraf
Ilmu Saraf adalah disiplin ilmu yang mengkaji perubahan bentuk kata dari akar kata (akar triliteral atau kuadriliteral) untuk membentuk kata-kata baru dengan makna gramatikal yang berbeda. Ruang lingkup Saraf meliputi:
- Pembentukan Kata: Bagaimana sebuah akar kata dapat diubah menjadi fi'il madhi, mudhari', amr, isim fa'il, isim maf'ul, mashdar, isim zaman, isim makan, dsb.
- Wazan dan Mauzun: Pola-pola (wazan) yang digunakan untuk membentuk kata dan kata yang dibentuk (mauzun).
- Jenis-jenis Fi'il: Pembagian fi'il berdasarkan zaman, keberadaan huruf illat, jumlah huruf asal, dan keaktifan/kepasifan.
- Jenis-jenis Isim: Pembagian isim berdasarkan asal-usul (mashdar, musytaq, jamid) dan bentuk-bentuknya.
- Tasrif (Konjugasi/Derivasi): Proses perubahan bentuk kata.
Ilmu Saraf sangat penting karena memungkinkan kita memahami asal-usul kata, makna turunan, dan bagaimana satu akar kata bisa menghasilkan puluhan bahkan ratusan kata dengan nuansa makna yang berbeda.
3.2. Wazan (الوَزْنُ - Pola) dan Mauzun (الْمَوْزُونُ - Kata yang Dibentuk)
Konsep wazan adalah inti dari Saraf. Wazan adalah pola atau timbangan yang digunakan untuk membentuk kata. Pola ini biasanya diwakili oleh tiga huruf dasar: فَـعَـلَ (fa'ala). Setiap huruf dari akar kata akan diletakkan di posisi fa', ain, dan lam. Perubahan pada harakat atau penambahan huruf pada wazan akan menghasilkan mauzun dengan makna baru.
Contoh wazan dasar untuk fi'il madhi: فَعَلَ (fa'ala). Jika akar katanya adalah ك-ت-ب, maka mauzun-nya adalah كَتَبَ (kataba - dia telah menulis).
Wazan tidak hanya untuk fi'il, tetapi juga untuk isim. Contoh wazan untuk isim fa'il (pelaku): فَاعِلٌ (fa'ilun). Dari akar ك-ت-ب, mauzun-nya adalah كَاتِبٌ (katibun - penulis).
3.3. Tasrif (التَّصْرِيفُ - Derivasi/Konjugasi)
Tasrif adalah proses perubahan bentuk kata. Ada dua jenis tasrif:
3.3.1. Tasrif Lughowi (التَّصْرِيفُ اللُّغَوِيُّ)
Perubahan bentuk kata berdasarkan dhamir (kata ganti) yang menjadi fa'ilnya. Ini adalah konjugasi kata kerja. Contoh untuk fi'il madhi كَتَبَ (menulis):
كَتَبَ(dia [lk] telah menulis)كَتَبَا(mereka berdua [lk] telah menulis)كَتَبُوْا(mereka [lk] telah menulis)كَتَبَتْ(dia [pr] telah menulis)كَتَبَتَا(mereka berdua [pr] telah menulis)كَتَبْنَ(mereka [pr] telah menulis)كَتَبْتَ(kamu [lk] telah menulis)كَتَبْتُمَا(kalian berdua [lk] telah menulis)كَتَبْتُمْ(kalian [lk] telah menulis)كَتَبْتِ(kamu [pr] telah menulis)كَتَبْتُمَا(kalian berdua [pr] telah menulis)كَتَبْتُنَّ(kalian [pr] telah menulis)كَتَبْتُ(saya telah menulis)كَتَبْنَا(kami telah menulis)
Tasrif lughawi ini berlaku untuk fi'il madhi, fi'il mudhari', dan fi'il amr.
3.3.2. Tasrif Istilahi (التَّصْرِيفُ الاصْطِلاَحِيُّ)
Perubahan bentuk kata dari satu akar kata menjadi bentuk-bentuk yang berbeda untuk menghasilkan makna gramatikal yang berbeda. Ini adalah derivasi kata. Contoh dari akar kata ك-ت-ب:
كَتَبَ(Fi'il Madhi - Dia telah menulis)يَكْتُبُ(Fi'il Mudhari' - Dia sedang/akan menulis)كِتَابَةٌ(Mashdar - Penulisan)كَاتِبٌ(Isim Fa'il - Penulis)مَكْتُوبٌ(Isim Maf'ul - Yang ditulis)اكْتُبْ(Fi'il Amr - Tulislah!)مَكْتَبٌ(Isim Makan - Kantor/Meja tulis)مِكْتَبٌ(Isim Alat - Alat tulis)
3.4. Pembagian Fi'il (الْفِعْلُ - Verba) dalam Saraf
Fi'il dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan karakteristiknya, yang sangat penting dalam Saraf:
3.4.1. Berdasarkan Zaman
- Fi'il Madhi (فِعْلٌ مَاضٍ): Kata kerja lampau. Selalu mabni. Contoh:
فَعَلَ,قَرَأَ,شَرِبَ. - Fi'il Mudhari' (فِعْلٌ مُضَارِعٌ): Kata kerja sekarang atau akan datang. Mu'rab kecuali jika bersambung dengan nun niswah (نُوْنُ النِّسْوَةِ) atau nun taukid (نُوْنُ التَّوْكِيْدِ). Contoh:
يَفْعَلُ,يَقْرَأُ,يَشْرَبُ. - Fi'il Amr (فِعْلُ الأَمْرِ): Kata kerja perintah. Selalu mabni. Contoh:
اِفْعَلْ,اِقْرَأْ,اِشْرَبْ.
3.4.2. Berdasarkan Keberadaan Huruf Illat (الفِعْلُ الصَّحِيْحُ وَالْمُعْتَلُّ)
Huruf illat (huruf penyakit) adalah alif (ا), wawu (و), ya' (ي).
- Fi'il Shahih (الْفِعْلُ الصَّحِيْحُ): Fi'il yang huruf-huruf asalnya tidak mengandung huruf illat.
- Salim (سَالِمٌ): Shahih yang tidak ada hamzah dan tidak ada huruf ganda. Contoh:
كَتَبَ(kataba). - Mahmuz (مَهْمُوْزٌ): Shahih yang salah satu huruf asalnya adalah hamzah. Contoh:
قَرَأَ(qara'a),أَكَلَ(akala),سَأَلَ(sa'ala). - Mudho'af (مُضَاعَفٌ): Shahih yang dua huruf asalnya sejenis atau kembar.
- Tsulatsi Mudho'af: Huruf kedua dan ketiga sejenis. Contoh:
مَدَّ(madda),فَرَّ(farra). - Rubai'i Mudho'af: Huruf pertama sejenis dengan ketiga, kedua sejenis dengan keempat. Contoh:
زَلْزَلَ(zalzala).
- Tsulatsi Mudho'af: Huruf kedua dan ketiga sejenis. Contoh:
- Salim (سَالِمٌ): Shahih yang tidak ada hamzah dan tidak ada huruf ganda. Contoh:
- Fi'il Mu'tal (الْفِعْلُ الْمُعْتَلُّ): Fi'il yang salah satu atau lebih huruf asalnya adalah huruf illat.
- Mitsal (مِثَالٌ): Huruf illat berada di awal (fa' fi'il). Contoh:
وَعَدَ(wa'ada),يَسَرَ(yasara). - Ajwaf (أَجْوَفٌ): Huruf illat berada di tengah (ain fi'il). Contoh:
قَالَ(qala),بَاعَ(ba'a),سَارَ(sara). - Naqish (نَاقِصٌ): Huruf illat berada di akhir (lam fi'il). Contoh:
دَعَا(da'a),رَمَى(rama),بَنَى(bana). - Lafif (لَفِيْفٌ): Ada dua huruf illat dalam fi'il.
- Mafruq (مَفْرُوقٌ): Dua huruf illat terpisah oleh huruf shahih. Contoh:
وَقَى(waqa - 'wawu' dan 'ya' terpisah oleh 'qaf'). - Maqrun (مَقْرُوْنٌ): Dua huruf illat berdekatan. Contoh:
طَوَى(tawa - 'wawu' dan 'ya' berdekatan).
- Mafruq (مَفْرُوقٌ): Dua huruf illat terpisah oleh huruf shahih. Contoh:
- Mitsal (مِثَالٌ): Huruf illat berada di awal (fa' fi'il). Contoh:
3.4.3. Berdasarkan Jumlah Huruf Asal (الْفِعْلُ الْمُجَرَّدُ وَالْمَزِيْدُ)
- Fi'il Mujarrad (الْفِعْلُ الْمُجَرَّدُ): Fi'il yang semua hurufnya adalah huruf asal, tidak ada tambahan.
- Tsulatsi Mujarrad (تُلاَثِيٌّ مُجَرَّدٌ): Memiliki tiga huruf asal. Ini adalah bentuk paling dasar (contoh:
كَتَبَ). Memiliki 6 bab/wazan utama. - Rubai'i Mujarrad (رُبَاعِيٌّ مُجَرَّدٌ): Memiliki empat huruf asal. Hanya ada satu wazan utama:
فَعْلَلَ. Contoh:دَحْرَجَ(dahraja - menggelindingkan).
- Tsulatsi Mujarrad (تُلاَثِيٌّ مُجَرَّدٌ): Memiliki tiga huruf asal. Ini adalah bentuk paling dasar (contoh:
- Fi'il Mazid (الْفِعْلُ الْمَزِيْدُ): Fi'il yang ditambahkan satu atau lebih huruf pada huruf asalnya untuk menciptakan makna baru.
- Tsulatsi Mazid (تُلاَثِيٌّ مَزِيْدٌ): Fi'il tiga huruf asal yang ditambahkan huruf. Ada banyak wazan, misalnya:
- Mazid bi Harfin Wahid (tambahan satu huruf):
أَفْعَلَ(contoh:أَكْرَمَ- memuliakan),فَعَّلَ(contoh:عَلَّمَ- mengajar),فَاعَلَ(contoh:قَاتَلَ- berperang). - Mazid bi Harfaini (tambahan dua huruf):
اِفْتَعَلَ(contoh:اِجْتَمَعَ- berkumpul),اِنْفَعَلَ(contoh:اِنْكَسَرَ- pecah),تَفَعَّلَ(contoh:تَعَلَّمَ- belajar),تَفَاعَلَ(contoh:تَقَاتَلَ- saling berperang),اِفْعَلَّ(contoh:اِحْمَرَّ- memerah). - Mazid bi Tsalatsati Ahruf (tambahan tiga huruf):
اِسْتَفْعَلَ(contoh:اِسْتَغْفَرَ- memohon ampun).
- Mazid bi Harfin Wahid (tambahan satu huruf):
- Rubai'i Mazid (رُبَاعِيٌّ مَزِيْدٌ): Fi'il empat huruf asal yang ditambahkan huruf. Contoh:
تَفَعْلَلَ(contoh:تَدَحْرَجَ- menggelinding sendiri).
- Tsulatsi Mazid (تُلاَثِيٌّ مَزِيْدٌ): Fi'il tiga huruf asal yang ditambahkan huruf. Ada banyak wazan, misalnya:
3.4.4. Fi'il Mabni Ma'lum (مَبْنِيٌّ لِلْمَعْلُومِ) dan Mabni Majhul (مَبْنِيٌّ لِلْمَجْهُولِ)
- Mabni Ma'lum (Aktif): Fi'il yang fa'ilnya (pelakunya) diketahui atau disebutkan. Contoh:
كَتَبَ زيدٌ الرِّسَالَةَ.(Zaid menulis surat itu.) - Mabni Majhul (Pasif): Fi'il yang fa'ilnya tidak diketahui atau tidak disebutkan, dan maf'ul bih (objek) mengambil posisinya sebagai na'ibul fa'il (pengganti fa'il). Contoh:
كُتِبَتِ الرِّسَالَةُ.(Surat itu ditulis.) Perhatikan perubahan harakat pada fi'il madhi: huruf pertama di-dhammah, huruf sebelum akhir di-kasrah. Untuk mudhari': huruf awal di-dhammah, huruf sebelum akhir di-fathah. Contoh:يُكْتَبُ.
3.5. Pembagian Isim (الاسْمُ - Nomina) dalam Saraf
Isim juga memiliki berbagai pembagian yang dipelajari dalam Saraf, berkaitan dengan asal-usul dan bentuknya:
- Isim Mashdar (اِسْمُ الْمَصْدَرِ): Bentuk dasar dari sebuah fi'il yang menunjukkan pekerjaan tanpa terikat waktu. Contoh:
كِتَابَةٌ(penulisan),فَهْمٌ(pemahaman),جُلُوسٌ(duduk). Mashdar adalah "induk" dari mana banyak isim dan fi'il diturunkan. - Isim Fa'il (اِسْمُ الْفَاعِلِ): Isim yang menunjukkan pelaku dari suatu pekerjaan. Berwazan
فَاعِلٌuntuk tsulatsi mujarrad (contoh:كَاتِبٌ- penulis) atau dengan awalan mim dhommah dan kasrah sebelum akhir untuk ghairu tsulatsi (contoh:مُكْرِمٌ- orang yang memuliakan). - Isim Maf'ul (اِسْمُ الْمَفْعُولِ): Isim yang menunjukkan sesuatu yang dikenai pekerjaan. Berwazan
مَفْعُولٌuntuk tsulatsi mujarrad (contoh:مَكْتُوبٌ- yang ditulis) atau dengan awalan mim dhommah dan fathah sebelum akhir untuk ghairu tsulatsi (contoh:مُكْرَمٌ- yang dimuliakan). - Isim Zaman (اِسْمُ الزَّمَانِ) dan Isim Makan (اِسْمُ الْمَكَانِ): Isim yang menunjukkan waktu atau tempat terjadinya suatu pekerjaan. Umumnya berwazan
مَفْعَلٌatauمَفْعِلٌ. Contoh:مَكْتَبٌ(tempat menulis/kantor),مَسْجِدٌ(tempat sujud/masjid),مَوْعِدٌ(waktu janji/tempat janji). - Isim Alat (اِسْمُ الْآلَةِ): Isim yang menunjukkan alat yang digunakan untuk melakukan suatu pekerjaan. Memiliki beberapa wazan:
مِفْعَالٌ,مِفْعَلَةٌ,مِفْعَلٌ. Contoh:مِفْتَاحٌ(kunci),مِسْطَرَةٌ(penggaris),مِقَصٌّ(gunting). - Isim Tashghir (اِسْمُ التَّصْغِيرِ): Isim yang menunjukkan makna kecil, sedikit, sayang, atau meremehkan. Berwazan
فُعَيْلٌ,فُعَيْعِلٌ, atauفُعَيْعِيلٌ. Contoh:كُتَيِّبٌ(buku kecil dariكتاب),قُلَيْمٌ(pena kecil dariقلم). - Isim Nisbah (اِسْمُ النِّسْبَةِ): Isim yang menunjukkan asal-usul atau keterkaitan dengan sesuatu, dibentuk dengan menambahkan
ـِيٌّpada akhirnya. Contoh:إسلامِيٌّ(Islam/keislaman),مصْرِيٌّ(Mesir/orang Mesir). - Isim Tafdhil (اِسْمُ التَّفْضِيلِ): Isim yang menunjukkan perbandingan lebih atau paling, berwazan
أَفْعَلُuntuk laki-laki danفُعْلَىuntuk perempuan. Contoh:أَكْبَرُ(lebih besar/paling besar),أَجْمَلُ(lebih indah/paling indah). - Isim Musytaq (اِسْمٌ مُشْتَقٌّ) dan Isim Jamid (اِسْمٌ جَامِدٌ):
- Musytaq: Isim yang diturunkan dari fi'il atau mashdar (seperti isim fa'il, maf'ul, zaman, makan, alat, tafdhil).
- Jamid: Isim yang tidak diturunkan dari fi'il atau mashdar lain, ia adalah asal kata. Contoh:
رَجُلٌ(laki-laki),قَلَمٌ(pena).
4. Keterkaitan Nahu dan Saraf
Nahu dan Saraf adalah dua ilmu yang tak terpisahkan, bagaikan arsitek dan tukang batu dalam membangun sebuah bangunan. Ilmu Saraf menyiapkan "batu bata" yang benar (kata-kata yang terbentuk dengan tepat), sementara Ilmu Nahu menunjukkan bagaimana "batu bata" tersebut disusun menjadi sebuah "bangunan" (kalimat) yang kokoh dan bermakna.
Sebuah kata yang salah bentuknya karena tidak sesuai kaidah Saraf akan menyebabkan kesalahan Nahu, karena Nahu tidak dapat menentukan posisi gramatikal kata yang cacat. Sebaliknya, kata yang sudah benar bentuk Saraf-nya namun salah diletakkan atau salah harakat akhirnya (Nahu) akan merusak makna kalimat.
"الصرف أم العلوم، والنحو أبوها" (Saraf adalah ibu dari segala ilmu, dan Nahu adalah ayahnya).
Pepatah Arab ini menggambarkan posisi sentral Saraf dalam membentuk kata dan Nahu dalam mengatur kalimat. Tanpa Saraf, kita tidak akan memiliki kata-kata yang valid untuk diatur. Tanpa Nahu, kata-kata yang valid akan menjadi kumpulan yang tidak beraturan.
Contoh keterkaitan:
- Kata
الْكَاتِبُ(penulis) adalah isim fa'il yang dibentuk sesuai kaidah Saraf. Nahu kemudian menentukan apakahالْكَاتِبُini menjadi fa'il (marfu'), maf'ul bih (manshub), atau mudhaf ilaih (majrur) dalam kalimat. - Fi'il
يَكْتُبُ(sedang menulis) adalah fi'il mudhari' yang terbentuk dari akar kataك-ت-بsesuai kaidah Saraf. Nahu akan menentukan apakahيَكْتُبُtetap marfu' (يَكْتُبُ), menjadi manshub (لَنْ يَكْتُبَ) karena didahului huruf nashab, atau majzum (لَمْ يَكْتُبْ) karena didahului huruf jazm.
5. Pentingnya Menguasai Nahu dan Saraf
Menguasai Nahu dan Saraf bukan sekadar kegiatan akademik, melainkan sebuah kebutuhan fundamental bagi siapa saja yang ingin memiliki pemahaman mendalam tentang Bahasa Arab, khususnya konteks keislaman. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kedua ilmu ini sangat penting:
5.1. Memahami Al-Qur'an dan Hadis
Al-Qur'an dan Hadis adalah dua sumber utama ajaran Islam, yang keduanya berbahasa Arab. Kesalahan dalam memahami Nahu dan Saraf dapat menyebabkan interpretasi yang keliru terhadap ayat atau hadis, yang berpotensi fatal dalam masalah akidah dan syariat. Misalnya:
- Perubahan harakat akhir satu huruf saja bisa mengubah makna secara drastis. Contoh:
إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ.(Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama). Jikaاللهَ(manshub) dibacaاللهُ(marfu'), maka maknanya berubah menjadi "Sesungguhnya Allah takut kepada ulama". Ini adalah kesalahan Nahu yang fatal. - Memahami perbedaan bentuk kata (derivasi Saraf) sangat penting. Contoh:
خَالِقٌ(pencipta, isim fa'il) danمَخْلُوقٌ(yang diciptakan, isim maf'ul). Tanpa Saraf, bisa terjadi kekeliruan dalam menentukan siapa yang mencipta dan siapa yang diciptakan.
5.2. Memahami Kitab Kuning (Turats Islam)
Jutaan karya tulis ulama klasik dalam berbagai disiplin ilmu Islam (fikih, tafsir, hadis, tasawuf, sejarah) ditulis dalam Bahasa Arab klasik. Untuk dapat menggali permata ilmu dari khazanah ini, penguasaan Nahu dan Saraf adalah prasyarat mutlak. Tanpa kedua ilmu ini, seseorang hanya akan terpaku pada terjemahan, yang seringkali tidak mampu menangkap nuansa asli bahasa aslinya.
5.3. Berbicara dan Menulis Bahasa Arab dengan Benar
Bagi mereka yang ingin berkomunikasi secara aktif dalam Bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan, Nahu dan Saraf adalah fondasi kebenaran. Penggunaan harakat yang tepat, pemilihan bentuk kata yang sesuai, dan penyusunan kalimat yang gramatikal adalah ciri penutur Bahasa Arab yang fasih dan benar.
5.4. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam
Para peneliti, cendekiawan, dan akademisi di bidang studi Islam sangat membutuhkan Nahu dan Saraf untuk melakukan riset mendalam, menerjemahkan, mengedit, atau menulis karya baru dalam Bahasa Arab yang akurat dan berbobot.
6. Metode Mempelajari Nahu dan Saraf
Mempelajari Nahu dan Saraf memerlukan kesabaran dan ketekunan. Beberapa metode yang terbukti efektif antara lain:
- Mulai dari Dasar: Pelajari kaidah-kaidah paling dasar terlebih dahulu (Isim, Fi'il, Harf, I'rab, Bina', wazan tsulatsi mujarrad).
- Bertahap dan Berjenjang: Ikuti kurikulum yang sistematis, mulai dari kitab-kitab dasar seperti Jurumiyah atau Matan Bina', kemudian naik ke kitab-kitab yang lebih lanjut.
- Banyak Latihan: Praktekkan kaidah Nahu Saraf dengan menganalisis (i'rab) kalimat-kalimat Arab, membaca teks Arab, dan mencoba menulis kalimat sederhana.
- Menghafal Matan dan Contoh: Mengingat matan (teks ringkas kaidah) dan contoh-contohnya akan sangat membantu.
- Belajar dari Guru: Memiliki guru atau pembimbing yang kompeten sangat dianjurkan untuk mendapatkan penjelasan yang jelas dan koreksi langsung.
- Mengulang dan Mengulang: Ilmu ini membutuhkan pengulangan terus-menerus agar kaidah-kaidah melekat kuat dalam ingatan.
- Praktik Membaca Al-Qur'an: Terapkan pengetahuan Nahu Saraf saat membaca Al-Qur'an untuk semakin menguatkan pemahaman.
7. Kesimpulan
Ilmu Nahu dan Saraf adalah fondasi utama dalam memahami Bahasa Arab secara utuh dan mendalam. Nahu mengupas struktur kalimat dan perubahan harakat akhir kata, sementara Saraf fokus pada struktur internal kata dan derivasinya. Keduanya bekerja sama untuk menghasilkan makna yang presisi dan akurat.
Menguasai Nahu dan Saraf bukan hanya investasi intelektual, tetapi juga spiritual, karena ia membuka gerbang pemahaman yang lebih kaya terhadap wahyu ilahi dan warisan intelektual Islam yang agung. Dengan ketekunan dan metode yang tepat, siapa pun dapat menaklukkan dua ilmu agung ini dan menikmati keindahan Bahasa Arab seutuhnya.
Semoga artikel ini menjadi pemicu semangat bagi Anda untuk terus mendalami Nahu Saraf dan menggapai pemahaman Bahasa Arab yang komprehensif.