Kegelapan adalah fenomena alami yang menjadi bagian tak terpisahkan dari siklus harian kita. Bagi sebagian besar orang, kegelapan mungkin hanya menandakan akhir hari, waktu untuk beristirahat, atau sekadar kondisi minim cahaya. Namun, bagi sebagian individu, kegelapan bukanlah sekadar ketiadaan cahaya, melainkan sumber ketakutan yang mendalam, intens, dan melumpuhkan. Kondisi ini dikenal sebagai niktofobia, atau dalam beberapa konteks disebut skotofobia atau ligirofobia, yaitu ketakutan irasional dan berlebihan terhadap kegelapan.
Niktofobia jauh melampaui rasa tidak nyaman yang wajar ketika berada di tempat yang gelap. Ini adalah jenis fobia spesifik yang dapat memengaruhi kualitas hidup penderitanya secara signifikan, menghambat aktivitas sehari-hari, dan bahkan memicu gejala fisik dan psikologis yang parah. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang niktofobia, mulai dari definisinya, penyebab-penyebab yang mendasarinya, gejala-gejala yang muncul, dampaknya terhadap kehidupan, proses diagnostik, hingga berbagai strategi pengobatan dan penanganan yang efektif.
Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai niktofobia, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik, mengurangi stigma, dan mendorong individu yang mengalaminya untuk mencari bantuan profesional. Mengatasi niktofobia adalah perjalanan yang mungkin menantang, namun dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang memadai, penderita dapat menemukan kembali kedamaian dalam gelap dan menjalani hidup yang lebih bebas dari ketakutan.
Memahami Niktofobia: Definisi dan Konteks
Istilah "niktofobia" berasal dari bahasa Yunani, di mana "nycto" berarti malam atau kegelapan, dan "phobos" berarti ketakutan. Secara harfiah, niktofobia adalah ketakutan akan kegelapan. Namun, definisi klinisnya lebih kompleks. Niktofobia bukanlah sekadar rasa enggan atau tidak suka terhadap kegelapan, melainkan sebuah fobia spesifik yang ditandai oleh respons kecemasan atau panik yang ekstrem dan tidak proporsional ketika dihadapkan pada kegelapan atau antisipasi kegelapan. Ketakutan ini seringkali bersifat irasional, karena penderita menyadari bahwa kegelapan itu sendiri tidak berbahaya, namun mereka tidak dapat mengendalikan respons emosional dan fisiknya.
Penting untuk membedakan niktofobia dengan ketakutan normal akan kegelapan, terutama pada anak-anak. Sebagian besar anak kecil merasakan ketakutan tertentu terhadap kegelapan, yang merupakan bagian normal dari perkembangan mereka. Ketakutan ini biasanya mereda seiring bertambahnya usia, saat mereka belajar membedakan antara imajinasi dan kenyataan. Namun, pada individu dengan niktofobia, ketakutan ini menetap hingga dewasa, menjadi semakin parah, dan mulai mengganggu fungsi sehari-hari.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), niktofobia dikategorikan sebagai fobia spesifik, yaitu ketakutan yang nyata dan persisten terhadap objek atau situasi tertentu. Dalam kasus niktofobia, objek atau situasi pemicunya adalah kegelapan. Fobia spesifik lainnya dapat meliputi ketakutan akan ketinggian (akrofobia), laba-laba (arachnofobia), ruang tertutup (klaustrofobia), atau jarum (tripofobia).
Niktofobia dapat bervariasi tingkat keparahannya, dari ketakutan yang dapat dikelola hingga kondisi yang sangat melumpuhkan. Beberapa penderita mungkin hanya merasa cemas saat berada di ruangan gelap total, sementara yang lain mungkin mengalami serangan panik hanya dengan memikirkan kegelapan yang akan datang atau melihat tanda-tanda senja. Reaksi ini seringkali melibatkan kombinasi gejala fisik, psikologis, dan perilaku yang dapat sangat mengganggu kualitas hidup.
Penyebab Niktofobia
Seperti banyak fobia lainnya, niktofobia jarang disebabkan oleh satu faktor tunggal. Sebaliknya, ia seringkali merupakan hasil interaksi kompleks antara pengalaman pribadi, faktor genetik, lingkungan, dan pola pikir. Memahami penyebab potensial ini adalah langkah pertama menuju penanganan yang efektif.
Pengalaman Traumatis (Masa Kecil atau Insiden Spesifik)
Salah satu penyebab paling umum dari fobia spesifik, termasuk niktofobia, adalah pengalaman traumatis atau menakutkan yang terkait dengan objek atau situasi pemicu. Bagi niktofobia, ini bisa berarti:
- Pengalaman Negatif di Masa Kecil: Banyak orang dewasa dengan niktofobia mengingat insiden menakutkan yang terjadi di masa kecil saat mereka sendirian dalam kegelapan. Ini bisa berupa dikurung di ruangan gelap sebagai hukuman, ditinggalkan sendirian di malam hari, menyaksikan adegan menakutkan di televisi atau film saat gelap, atau bahkan hanya terbangun di tengah malam dalam kondisi gelap gulita tanpa pendamping. Otak anak-anak masih dalam tahap perkembangan dan sangat rentan terhadap pembentukan asosiasi negatif. Sebuah pengalaman menakutkan yang terjadi dalam kegelapan dapat menciptakan "jejak" yang kuat di otak, mengaitkan kegelapan dengan ancaman atau bahaya.
- Insiden Spesifik yang Mengancam: Tidak hanya pengalaman masa kecil, tetapi insiden traumatis yang terjadi pada usia berapa pun saat gelap juga dapat memicu niktofobia. Contohnya, seseorang yang mengalami perampokan, kekerasan, kecelakaan, atau bahkan tersesat di hutan saat gelap dapat mengembangkan ketakutan yang mendalam terhadap kegelapan. Dalam kasus seperti ini, kegelapan tidak hanya dilihat sebagai ketiadaan cahaya, tetapi sebagai simbol ketidakberdayaan, kerentanan, atau bahaya yang akan terulang.
- Melihat Reaksi Orang Lain: Terkadang, fobia dapat dipelajari secara observasional. Jika seorang anak sering melihat orang tua atau pengasuh mereka menunjukkan ketakutan yang ekstrem terhadap kegelapan, mereka mungkin secara tidak sadar menginternalisasi ketakutan tersebut sebagai respons yang "normal" atau bahkan penting untuk bertahan hidup. Fenomena ini dikenal sebagai vicarious learning.
Dalam situasi ini, otak membentuk asosiasi yang kuat antara kegelapan dan bahaya. Bahkan setelah insiden berlalu dan bahaya tidak lagi ada, asosiasi tersebut tetap ada, memicu respons kecemasan otomatis setiap kali dihadapkan pada kegelapan.
Faktor Genetik dan Biologis
Penelitian menunjukkan bahwa ada komponen genetik dan biologis dalam perkembangan fobia. Individu mungkin memiliki predisposisi genetik untuk mengembangkan kecemasan atau fobia secara umum. Ini berarti bahwa jika ada anggota keluarga dekat yang menderita fobia atau gangguan kecemasan, kemungkinan seseorang mengembangkan niktofobia mungkin lebih tinggi. Namun, penting untuk dicatat bahwa genetik bukan satu-satunya penentu; ia hanya meningkatkan kerentanan.
Dari segi biologis, beberapa teori menunjukkan bahwa perbedaan dalam struktur atau fungsi otak dapat berkontribusi pada fobia. Misalnya, aktivitas berlebihan di amigdala (pusat emosi dan ketakutan di otak) ketika dihadapkan pada stimulus pemicu, atau ketidakseimbangan neurotransmitter seperti serotonin dan norepinefrin, dapat berperan dalam respons ketakutan yang berlebihan. Otak fobia mungkin memiliki respons "fight or flight" yang terlalu sensitif terhadap stimulus yang sebenarnya tidak mengancam.
Selain itu, evolusi manusia mungkin juga memainkan peran. Nenek moyang kita hidup di lingkungan yang penuh bahaya, dan kegelapan memang seringkali berarti peningkatan risiko predator atau ancaman lainnya. Ketakutan terhadap kegelapan mungkin merupakan mekanisme bertahan hidup yang dulunya adaptif, namun pada beberapa individu, mekanisme ini menjadi terlalu aktif atau salah arah.
Pengaruh Budaya dan Media
Narasi budaya dan penggambaran media juga dapat membentuk persepsi kita tentang kegelapan. Banyak cerita rakyat, mitos, film horor, dan cerita anak-anak seringkali mengaitkan kegelapan dengan kejahatan, monster, hantu, atau peristiwa menakutkan lainnya. Penggambaran ini, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan atau pada usia yang rentan, dapat memperkuat gagasan bahwa kegelapan adalah tempat yang berbahaya dan penuh ancaman.
- Film Horor: Adegan horor yang sering berlatar di malam hari atau di ruangan gelap dapat menciptakan asosiasi negatif yang kuat antara kegelapan dan bahaya atau kengerian.
- Mitos dan Legenda: Banyak budaya memiliki cerita tentang makhluk malam atau roh jahat yang aktif di kegelapan, yang dapat menanamkan rasa takut bawah sadar terhadap malam.
- Permainan Video: Beberapa permainan video dengan tema menakutkan yang berlatar di lingkungan gelap juga dapat berkontribusi pada pembentukan ketakutan.
Meskipun sebagian besar orang dapat membedakan antara fiksi dan kenyataan, individu yang rentan atau yang memiliki pengalaman negatif sebelumnya mungkin lebih mudah dipengaruhi oleh narasi semacam ini, memperkuat ketakutan mereka terhadap kegelapan.
Kecemasan Umum dan Fobia Lain
Niktofobia seringkali tidak berdiri sendiri. Ini bisa menjadi salah satu manifestasi dari gangguan kecemasan umum (GAD), di mana individu merasa cemas dan khawatir tentang berbagai hal secara berlebihan dan terus-menerus. Jika seseorang sudah memiliki tingkat kecemasan dasar yang tinggi, fobia terhadap kegelapan mungkin lebih mudah berkembang atau menjadi lebih parah.
Selain itu, niktofobia dapat tumpang tindih dengan fobia lain. Misalnya, seseorang mungkin takut akan kegelapan (niktofobia) karena ia juga takut akan kesendirian (monofobia) atau takut akan sesuatu yang tidak diketahui yang mungkin bersembunyi di kegelapan. Ketakutan akan kehilangan kontrol, yang sering terkait dengan kecemasan, juga dapat diperparah dalam kegelapan di mana indra penglihatan tidak berfungsi.
Ketiadaan Kontrol dan Rasa Tidak Aman
Kegelapan secara inheren mengurangi kemampuan kita untuk melihat dan menavigasi lingkungan. Bagi sebagian orang, hilangnya kontrol visual ini dapat memicu perasaan tidak berdaya dan rentan. Otak kita sangat bergantung pada informasi visual untuk memproses lingkungan, mengidentifikasi potensi ancaman, dan merasakan keamanan. Ketika informasi ini hilang, imajinasi dapat mengambil alih, mengisi kekosongan dengan skenario yang paling menakutkan.
Rasa tidak aman ini diperkuat oleh fakta bahwa banyak bahaya, baik nyata maupun yang dipersepsikan, memang lebih sulit dideteksi atau dihindari dalam gelap. Ini bukan berarti kegelapan itu sendiri adalah bahaya, tetapi hilangnya kemampuan untuk mendeteksi bahaya membuat seseorang merasa sangat tidak terlindungi.
Imajinasi Aktif dan Mekanisme Otak
Individu dengan niktofobia seringkali memiliki imajinasi yang sangat aktif. Dalam kegelapan, di mana rangsangan visual minim, pikiran mereka mungkin mulai menciptakan gambaran-gambaran menakutkan tentang apa yang mungkin ada di sekitar mereka. Otak cenderung mengisi kekosongan informasi dengan skenario terburuk, yang kemudian memicu respons ketakutan seolah-olah skenario tersebut nyata.
Mekanisme otak yang terlibat meliputi:
- Amigdala: Bagian otak ini bertanggung jawab untuk memproses emosi, terutama ketakutan. Pada penderita fobia, amigdala mungkin menjadi terlalu aktif saat dihadapkan pada pemicu fobia.
- Korteks Prefrontal: Bagian ini bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan rasional. Pada penderita fobia, korteks prefrontal mungkin gagal menekan respons ketakutan irasional yang berasal dari amigdala.
- Neurotransmitter: Ketidakseimbangan zat kimia otak seperti serotonin, dopamin, dan GABA juga dapat berkontribusi pada kerentanan terhadap kecemasan dan fobia.
Gabungan dari faktor-faktor ini menciptakan kondisi di mana individu menjadi sangat sensitif terhadap kegelapan, meresponsnya dengan ketakutan yang intens dan melumpuhkan.
Gejala Niktofobia
Gejala niktofobia sangat bervariasi antar individu, tetapi umumnya melibatkan respons fisik, psikologis, dan perilaku yang intens ketika dihadapkan pada kegelapan atau prospek kegelapan. Penting untuk diingat bahwa gejala-gejala ini tidak hanya sekadar "sedikit gelisah"; ini adalah reaksi panik atau kecemasan yang ekstrem dan seringkali sulit dikendalikan.
Gejala Fisik
Ketika seseorang dengan niktofobia dihadapkan pada kegelapan, tubuh mereka bereaksi seolah-olah sedang menghadapi ancaman fisik yang nyata, mengaktifkan respons "lawan atau lari" (fight-or-flight). Gejala fisik ini seringkali muncul dengan cepat dan bisa sangat mengganggu:
- Jantung Berdebar Kencang (Palpitasi): Detak jantung meningkat drastis, seringkali terasa seperti jantung melompat keluar dari dada atau berdetak tidak beraturan. Ini adalah respons alami tubuh untuk memompa lebih banyak darah ke otot, mempersiapkan diri untuk bertindak.
- Berkeringat Berlebihan: Tubuh mulai mengeluarkan keringat dingin, bahkan dalam kondisi ruangan yang sejuk. Ini adalah bagian dari upaya tubuh untuk mendinginkan diri saat metabolisme meningkat.
- Sesak Napas atau Hiperventilasi: Penderita mungkin merasa sulit bernapas, napas menjadi dangkal dan cepat (hiperventilasi). Ini dapat menyebabkan sensasi tercekik atau dada terasa tertekan, yang memperburuk kepanikan.
- Gemetar atau Tremor: Tubuh mungkin mulai gemetar tak terkendali, terutama tangan dan kaki. Ini disebabkan oleh pelepasan adrenalin dan ketegangan otot.
- Pusing atau Vertigo: Sensasi pusing, kepala ringan, atau bahkan merasa seperti akan pingsan adalah hal yang umum. Hal ini bisa terjadi karena perubahan aliran darah atau hiperventilasi.
- Mual atau Gangguan Perut: Beberapa penderita melaporkan merasa mual, sakit perut, atau bahkan diare. Respons stres dapat memengaruhi sistem pencernaan.
- Otot Tegang: Otot-otot tubuh, terutama di leher, bahu, dan punggung, bisa menjadi sangat tegang, menyebabkan rasa sakit atau kaku. Ini adalah bagian dari persiapan tubuh untuk respons fisik.
- Mati Rasa atau Kesemutan: Sensasi mati rasa atau kesemutan (paresthesia) di ekstremitas, seperti tangan dan kaki, juga dapat terjadi akibat perubahan aliran darah dan hiperventilasi.
- Menggigil atau Merasa Panas: Perubahan suhu tubuh yang tiba-tiba, seperti menggigil kedinginan atau merasa sangat panas, dapat menyertai serangan panik.
Gejala Psikologis
Selain reaksi fisik, niktofobia juga melibatkan spektrum gejala psikologis yang kuat, memengaruhi pikiran dan emosi penderitanya:
- Serangan Panik atau Kecemasan Intens: Ini adalah inti dari niktofobia. Penderita merasakan gelombang ketakutan dan kepanikan yang mendalam, seringkali disertai dengan rasa kehilangan kendali atau ancaman yang akan datang. Perasaan ini bisa datang secara tiba-tiba dan puncaknya dalam hitungan menit.
- Rasa Tidak Berdaya atau Terjebak: Dalam kegelapan, penderita mungkin merasa sangat rentan dan tidak mampu melindungi diri sendiri, bahkan jika tidak ada ancaman nyata. Mereka mungkin merasa terjebak dalam situasi yang tidak dapat mereka lepaskan.
- Pikiran Negatif Berulang: Pikiran tentang bahaya yang mungkin ada di kegelapan (misalnya, monster, perampok, kecelakaan) menjadi sangat dominan dan sulit dihilangkan, meskipun secara rasional mereka tahu itu tidak mungkin. Pikiran ini seringkali bersifat katastrofik.
- Sulit Berkonsentrasi: Tingkat kecemasan yang tinggi membuat sulit untuk fokus pada tugas lain atau bahkan berpikir jernih. Semua perhatian terkonsentrasi pada ketakutan.
- Merasa Terlepas dari Realitas (Derealization/Depersonalization): Beberapa penderita mungkin merasa seperti lingkungan sekitar tidak nyata (derealization) atau diri mereka sendiri tidak nyata atau terpisah dari tubuh mereka (depersonalization). Ini adalah respons terhadap stres ekstrem.
- Ketakutan akan Kematian atau Kegilaan: Selama serangan panik, penderita mungkin merasa seperti akan mati, kehilangan akal sehat, atau mengalami serangan jantung.
- Kecemasan Antisipatif: Hanya dengan memikirkan atau mengantisipasi berada dalam kegelapan (misalnya, saat senja tiba atau merencanakan untuk tidur) sudah dapat memicu kecemasan yang signifikan.
Gejala Perilaku
Gejala-gejala fisik dan psikologis ini pada akhirnya mengarah pada perubahan perilaku yang bertujuan untuk menghindari atau meminimalkan paparan terhadap kegelapan. Perilaku ini dapat sangat mengganggu kehidupan sehari-hari:
- Menghindari Kegelapan Secara Total: Ini adalah perilaku yang paling jelas. Penderita akan melakukan segala cara untuk menghindari ruangan gelap, berjalan di malam hari, atau berada di tempat tanpa penerangan yang memadai.
- Selalu Mencari Sumber Cahaya: Kebutuhan untuk selalu ada cahaya. Ini bisa berarti tidur dengan lampu menyala, TV menyala, atau lampu malam (nightlight). Mereka mungkin bahkan enggan memasuki ruangan yang sedikit gelap sekalipun.
- Tidak Mau Tidur Sendiri atau Menggunakan Pendamping: Banyak penderita, terutama anak-anak tetapi juga orang dewasa, mungkin tidak mau tidur sendiri di kamar gelap dan membutuhkan kehadiran orang lain, hewan peliharaan, atau bahkan teman khayalan untuk merasa aman.
- Membatasi Aktivitas Malam Hari: Kehidupan sosial dan profesional dapat terganggu karena penderita menghindari acara malam hari, perjalanan setelah gelap, atau pekerjaan yang melibatkan jam malam. Mereka mungkin menolak pergi ke bioskop, konser, atau makan malam.
- Menghindari Tempat-tempat Tertentu: Ini bisa meliputi ruang bawah tanah, gudang, lorong yang gelap, atau area luar ruangan yang tidak memiliki penerangan jalan.
- Ketergantungan pada Orang Lain: Penderita mungkin menjadi sangat bergantung pada pasangan, keluarga, atau teman untuk menemani mereka ke tempat gelap atau sekadar menemani mereka di rumah saat malam.
- Pemeriksaan Berulang: Beberapa penderita mungkin berulang kali memeriksa kunci pintu, jendela, atau sudut ruangan untuk memastikan tidak ada bahaya yang mengintai, terutama sebelum tidur.
Gejala-gejala ini dapat sangat menghabiskan energi dan membatasi kualitas hidup penderitanya, membuat mereka merasa terisolasi dan putus asa. Penting untuk diingat bahwa perilaku ini bukan pilihan, melainkan respons otomatis terhadap ketakutan yang mendalam.
Dampak Niktofobia dalam Kehidupan Sehari-hari
Niktofobia, jika tidak ditangani, dapat memiliki dampak yang luas dan merusak pada berbagai aspek kehidupan penderitanya. Ini bukan hanya tentang merasa takut, tetapi tentang bagaimana ketakutan itu membatasi kebebasan, mengganggu fungsi sosial, dan mengikis kesejahteraan mental serta fisik.
Kualitas Tidur dan Kesehatan Fisik
Salah satu dampak paling langsung dan signifikan dari niktofobia adalah gangguan tidur. Individu dengan niktofobia seringkali kesulitan untuk tertidur dalam kegelapan total, atau bahkan dalam kondisi minim cahaya. Mereka mungkin merasa perlu tidur dengan lampu menyala, TV menyala, atau lampu malam, yang pada gilirannya dapat mengganggu siklus tidur alami tubuh (ritme sirkadian).
- Insomnia: Kesulitan memulai atau mempertahankan tidur karena kecemasan terkait kegelapan adalah hal yang umum. Pikiran yang berpacu tentang bahaya di kegelapan dapat mencegah relaksasi yang diperlukan untuk tidur.
- Kualitas Tidur yang Buruk: Meskipun berhasil tidur dengan bantuan cahaya, kualitas tidur mungkin rendah. Cahaya buatan dapat menekan produksi melatonin, hormon yang membantu mengatur tidur, sehingga tidur menjadi tidak nyenyak dan restoratif.
- Kelelahan Kronis: Akibat kurang tidur atau tidur yang tidak berkualitas, penderita sering mengalami kelelahan kronis di siang hari, yang memengaruhi konsentrasi, produktivitas, dan suasana hati.
- Masalah Kesehatan Fisik Lain: Kurang tidur yang kronis telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan fisik, termasuk melemahnya sistem kekebalan tubuh, peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan masalah pencernaan.
- Peningkatan Tingkat Stres: Kondisi waspada terus-menerus dan kurangnya istirahat yang memadai membuat tubuh berada dalam keadaan stres kronis, yang dapat memperburuk kondisi fisik dan mental lainnya.
Gangguan Kehidupan Sosial dan Profesional
Kebutuhan untuk menghindari kegelapan dapat secara serius membatasi kemampuan seseorang untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial dan memenuhi tuntutan profesional:
- Penarikan Diri dari Sosial: Banyak acara sosial, seperti makan malam di luar, menonton film di bioskop, konser, atau pertemuan dengan teman-teman, seringkali berlangsung di malam hari atau di tempat dengan penerangan redup. Penderita niktofobia mungkin menolak undangan-undangan ini, yang mengarah pada isolasi sosial dan kesepian.
- Masalah Profesional: Jika pekerjaan seseorang memerlukan perjalanan malam, bekerja shift malam, atau berada di lingkungan dengan penerangan minim, niktofobia dapat menjadi hambatan serius. Hal ini dapat membatasi pilihan karier, menghambat kemajuan, atau bahkan menyebabkan kehilangan pekerjaan.
- Pendidikan Terganggu: Bagi siswa, ketakutan akan kegelapan dapat mengganggu kegiatan belajar kelompok malam, ekstrakurikuler, atau bahkan kemampuan untuk belajar di kamar yang redup di malam hari.
Pembatasan ini dapat menyebabkan perasaan frustrasi, malu, dan penurunan harga diri, karena penderita merasa tidak mampu menjalani hidup yang normal.
Hubungan Pribadi dan Ketergantungan
Niktofobia juga dapat membebani hubungan pribadi, terutama dengan pasangan, keluarga, atau teman dekat:
- Ketergantungan Berlebihan: Penderita seringkali menjadi sangat bergantung pada orang lain untuk menemani mereka, menyalakan lampu, atau memastikan keamanan mereka di malam hari. Meskipun orang yang dicintai mungkin ingin membantu, ketergantungan ekstrem ini dapat menciptakan ketegangan dan kelelahan bagi kedua belah pihak.
- Kesalahpahaman: Pasangan atau anggota keluarga mungkin kesulitan memahami intensitas fobia tersebut, menganggapnya sebagai "kekanak-kanakan" atau "drama". Kesalahpahaman ini dapat menyebabkan konflik dan perasaan tidak didukung.
- Intimasi Terganggu: Aspek intim dari hubungan, seperti tidur bersama di ruangan gelap, dapat menjadi sulit atau mustahil bagi penderita niktofobia, yang dapat memengaruhi keintiman emosional dan fisik.
- Perasaan Bersalah: Penderita mungkin merasa bersalah karena beban yang mereka timbulkan pada orang yang dicintai, yang dapat memperburuk kecemasan dan depresi mereka.
Kesehatan Mental Lainnya (Depresi, Kecemasan Umum)
Jika tidak diobati, niktofobia dapat menjadi pintu gerbang bagi masalah kesehatan mental yang lebih luas:
- Depresi: Isolasi sosial, frustrasi atas keterbatasan, dan kelelahan kronis dapat berkontribusi pada pengembangan depresi. Penderita mungkin merasa putus asa tentang masa depan dan kemampuan mereka untuk mengatasi ketakutan.
- Gangguan Kecemasan Umum (GAD): Kecemasan yang terus-menerus dan antisipatif terhadap kegelapan dapat meluas menjadi kecemasan umum tentang berbagai aspek kehidupan, menyebabkan kekhawatiran yang tidak terkontrol.
- Fobia Sosial: Jika niktofobia menyebabkan penarikan diri dari kegiatan sosial, hal ini dapat meningkatkan risiko pengembangan fobia sosial, yaitu ketakutan akan situasi sosial.
- Penggunaan Zat: Beberapa individu mungkin mencoba mengelola kecemasan mereka dengan alkohol atau obat-obatan lain, yang dapat menyebabkan masalah kecanduan dan memperburuk kondisi kesehatan mental mereka.
Pembatasan Gaya Hidup dan Hilangnya Kesempatan
Secara keseluruhan, niktofobia secara drastis membatasi pilihan hidup seseorang. Mereka mungkin melewatkan kesempatan untuk bepergian, menikmati alam terbuka di malam hari (seperti berkemah atau melihat bintang), atau bahkan hal-hal sederhana seperti berjalan-jalan santai setelah gelap.
Penderita mungkin merasa "terkurung" di rumah mereka sendiri setelah matahari terbenam, menciptakan rasa kehilangan kebebasan dan otonomi. Hidup mereka didikte oleh ketakutan, bukan oleh keinginan atau kebutuhan mereka.
Mengingat dampak yang begitu luas dan mendalam, jelas bahwa niktofobia bukan hanya "rasa takut yang konyol" tetapi merupakan kondisi serius yang memerlukan perhatian dan intervensi profesional untuk membantu penderitanya mendapatkan kembali kendali atas hidup mereka.
Diagnosis Niktofobia
Mendapatkan diagnosis yang tepat adalah langkah krusial dalam mengatasi niktofobia. Seringkali, individu yang mengalami ketakutan ekstrem terhadap kegelapan mungkin enggan mencari bantuan karena rasa malu atau berpikir bahwa masalah mereka tidak serius. Namun, niktofobia adalah kondisi medis yang valid dan dapat diobati. Diagnosis biasanya dilakukan oleh profesional kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog, berdasarkan kriteria diagnostik yang ditetapkan.
Kriteria Diagnostik (DSM-5)
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association, adalah panduan standar yang digunakan oleh profesional kesehatan mental untuk mendiagnosis gangguan mental. Untuk mendiagnosis fobia spesifik, termasuk niktofobia, kriteria berikut harus dipenuhi:
- Ketakutan atau Kecemasan yang Jelas dan Persisten: Ada ketakutan atau kecemasan yang ditandai dan berkelanjutan tentang objek atau situasi spesifik (dalam hal ini, kegelapan). Ketakutan ini harus lebih dari sekadar rasa tidak nyaman biasa.
- Respons Kecemasan yang Segera: Ketika dihadapkan pada stimulus fobia (kegelapan), individu hampir selalu merespons dengan kecemasan atau serangan panik yang intens dan segera. Ini bukan respons yang lambat atau bertahap.
- Ketakutan Tidak Proporsional: Ketakutan atau kecemasan yang dialami tidak sebanding dengan bahaya nyata yang ditimbulkan oleh objek atau situasi tersebut dan konteks sosiokulturalnya. Penderita seringkali menyadari bahwa ketakutannya irasional, namun tidak bisa mengendalikannya.
- Penghindaran atau Ketahanan dengan Kecemasan Intens: Individu secara aktif menghindari situasi fobia, atau menahannya dengan penderitaan yang intens dan kecemasan yang signifikan. Misalnya, selalu tidur dengan lampu menyala, atau menolak keluar rumah setelah gelap.
- Distress atau Gangguan Signifikan: Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran menyebabkan penderitaan yang signifikan secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau area penting lainnya dalam hidup. Ini membedakan fobia dari ketakutan ringan yang tidak mengganggu hidup secara substansial.
- Durasi: Ketakutan, kecemasan, atau penghindaran biasanya berlangsung selama 6 bulan atau lebih. Ini membantu membedakan fobia dari ketakutan sementara.
- Bukan Disebabkan oleh Gangguan Lain: Ketakutan atau kecemasan tersebut tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD), gangguan stres pascatrauma (PTSD), gangguan kecemasan perpisahan, atau agorafobia.
Proses Evaluasi Klinis
Proses diagnosis biasanya melibatkan beberapa langkah:
- Wawancara Klinis Mendalam: Profesional kesehatan mental akan melakukan wawancara menyeluruh untuk memahami riwayat gejala, kapan mulai muncul, seberapa sering terjadi, intensitasnya, dan bagaimana gejala tersebut memengaruhi kehidupan sehari-hari penderita. Mereka akan bertanya tentang pengalaman masa lalu, riwayat keluarga terkait gangguan kecemasan, dan faktor-faktor pemicu.
- Peninjauan Riwayat Medis: Untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab fisik atau medis lain yang mungkin menyebabkan gejala serupa (misalnya, masalah tiroid atau kondisi jantung yang dapat meniru gejala panik).
- Kuesioner dan Skala Penilaian: Seringkali digunakan kuesioner standar untuk mengukur tingkat kecemasan, fobia, dan gejala terkait lainnya. Contohnya seperti Fear Questionnaire atau Beck Anxiety Inventory. Ini membantu dalam mengukur keparahan fobia dan melacak kemajuan selama pengobatan.
- Observasi Perilaku (jika memungkinkan): Meskipun tidak selalu dilakukan untuk niktofobia, dalam beberapa kasus, terapis mungkin mengamati reaksi penderita terhadap stimulus yang lebih ringan atau membahas respons mereka secara rinci.
- Mengeksplorasi Perkiraan Bahaya: Terapis akan membantu individu mengidentifikasi pikiran-pikiran irasional yang terkait dengan kegelapan dan bagaimana mereka memprediksi bahaya yang tidak realistis.
Penting untuk bersikap jujur dan terbuka selama proses diagnosis, karena informasi yang akurat sangat membantu terapis dalam membuat diagnosis yang tepat dan merencanakan strategi pengobatan yang paling sesuai. Diagnosis yang benar adalah fondasi untuk pemulihan yang sukses dari niktofobia.
Strategi Pengobatan dan Penanganan Niktofobia
Kabar baiknya adalah niktofobia sangat dapat diobati. Dengan pendekatan yang tepat, banyak penderita dapat secara signifikan mengurangi ketakutan mereka dan mendapatkan kembali kualitas hidup mereka. Pengobatan biasanya melibatkan kombinasi terapi psikologis, strategi mandiri, dan terkadang obat-obatan. Kunci keberhasilan terletak pada kesediaan penderita untuk menghadapi ketakutan mereka secara bertahap dan konsisten.
Terapi Profesional
Mencari bantuan dari profesional kesehatan mental adalah langkah pertama dan paling efektif untuk mengatasi niktofobia.
Terapi Kognitif Perilaku (CBT - Cognitive Behavioral Therapy)
CBT adalah salah satu bentuk terapi yang paling direkomendasikan untuk fobia. Ini berfokus pada perubahan pola pikir dan perilaku yang berkontribusi pada ketakutan. Komponen-komponen utamanya meliputi:
- Desensitisasi Sistematis (Systematic Desensitization): Ini adalah teknik kunci dalam CBT. Penderita secara bertahap dan berulang-ulang dihadapkan pada stimulus yang memicu fobia, dimulai dari yang paling tidak menakutkan hingga yang paling menakutkan, sambil melakukan teknik relaksasi.
- Hirarki Ketakutan: Bersama terapis, penderita akan membuat daftar situasi terkait kegelapan, diurutkan dari yang paling tidak menakutkan (misalnya, membayangkan kegelapan, melihat gambar ruangan gelap) hingga yang paling menakutkan (misalnya, sendirian di ruangan gelap gulita selama berjam-jam).
- Teknik Relaksasi: Sebelum dan selama setiap sesi paparan, penderita diajarkan teknik relaksasi seperti pernapasan diafragma, relaksasi otot progresif, atau meditasi. Ini membantu mereka mengelola respons kecemasan fisiologis.
- Paparan Bertahap: Terapis akan membimbing penderita melalui setiap langkah dalam hirarki. Misalnya, awalnya mungkin hanya membayangkan kegelapan, lalu melihat ruangan gelap melalui celah pintu, kemudian berada di ruangan gelap dengan lampu malam, lalu mematikan lampu selama beberapa detik, dan seterusnya. Setiap langkah dilakukan sampai kecemasan berkurang secara signifikan sebelum pindah ke langkah berikutnya.
- Restrukturisasi Kognitif: Ini melibatkan identifikasi dan tantangan terhadap pikiran negatif dan irasional yang terkait dengan kegelapan. Terapis membantu penderita mengenali bahwa pikiran mereka seringkali didasarkan pada asumsi yang tidak realistis (misalnya, "ada monster di bawah tempat tidur," "saya akan diserang jika gelap"). Mereka diajarkan untuk mengganti pikiran-pikiran ini dengan pikiran yang lebih realistis dan positif.
- Terapi Relaksasi: Selain digunakan selama paparan, teknik relaksasi juga diajarkan sebagai keterampilan sehari-hari untuk mengelola kecemasan umum. Ini dapat mencakup meditasi mindfulness, yoga, atau biofeedback.
Terapi Paparan (Exposure Therapy)
Terapi paparan adalah inti dari desensitisasi sistematis dan dianggap sebagai pengobatan paling efektif untuk fobia. Ini secara spesifik melibatkan paparan langsung atau tidak langsung terhadap stimulus fobia.
- Paparan *In Vivo* (Langsung): Penderita secara fisik menghadapi situasi gelap dalam kehidupan nyata. Ini dilakukan secara bertahap, misalnya, mulai dari berada di ruangan yang sedikit gelap selama beberapa menit, kemudian di ruangan yang lebih gelap, dan durasi yang lebih lama, selalu dengan dukungan terapis.
- Paparan *In Vitro* (Imajinasi): Jika paparan langsung terlalu menakutkan pada awalnya, penderita dapat diminta untuk membayangkan diri mereka dalam situasi gelap. Ini membantu mereka membiasakan diri dengan gagasan kegelapan tanpa paparan fisik langsung.
- Virtual Reality Exposure Therapy (VRET): Dengan kemajuan teknologi, VRET menjadi pilihan yang menjanjikan. Penderita mengenakan headset VR dan "masuk" ke lingkungan virtual yang gelap, memungkinkan mereka untuk menghadapi fobia mereka dalam lingkungan yang aman dan terkontrol. Ini menjembatani kesenjangan antara paparan imajinasi dan in vivo.
Obat-obatan
Meskipun terapi psikologis adalah pengobatan lini pertama untuk fobia, obat-obatan dapat digunakan dalam kombinasi dengan terapi, terutama untuk membantu mengelola gejala kecemasan parah selama fase awal pengobatan atau jika ada gangguan kecemasan lain yang menyertai.
- Antidepresan (SSRIs): Inhibitor Reuptake Serotonin Selektif (SSRIs) seperti escitalopram atau sertraline sering diresepkan untuk mengelola gangguan kecemasan dan depresi yang mungkin menyertai fobia. Mereka bekerja dengan menyeimbangkan kadar serotonin di otak.
- Anxiolitik (Benzodiazepine): Obat-obatan seperti alprazolam atau lorazepam dapat diresepkan untuk penggunaan jangka pendek guna meredakan serangan panik akut atau kecemasan yang sangat parah. Namun, obat ini memiliki potensi ketergantungan dan biasanya tidak direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang.
- Beta-blocker: Obat ini dapat membantu mengurangi gejala fisik kecemasan seperti jantung berdebar dan gemetar, seringkali digunakan sebelum paparan situasi pemicu tertentu.
Penting untuk mendiskusikan semua opsi obat dengan dokter atau psikiater, karena mereka dapat memiliki efek samping dan interaksi dengan obat lain.
Strategi Mandiri dan Dukungan Diri
Selain terapi profesional, ada banyak strategi yang dapat dilakukan penderita untuk mendukung proses pemulihan mereka dan mengelola niktofobia dalam kehidupan sehari-hari.
- Pencahayaan Bertahap dan Lingkungan Aman: Mulailah dengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Gunakan lampu malam yang redup, lampu LED dengan pengatur intensitas, atau lilin (dengan hati-hati) untuk secara bertahap mengurangi ketergantungan pada cahaya terang. Ini membantu otak untuk perlahan-lahan beradaptasi dengan kondisi cahaya yang lebih rendah. Pastikan ruangan terasa aman dengan memeriksa semua sudut.
- Menciptakan Rutinitas Tidur Sehat: Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting. Tetapkan jadwal tidur yang konsisten, hindari kafein dan layar elektronik sebelum tidur, dan ciptakan ritual relaksasi sebelum tidur, seperti membaca buku atau mandi air hangat. Ini membantu tubuh dan pikiran untuk bersiap menghadapi malam.
- Teknik Relaksasi dan Mindfulness: Latih teknik pernapasan dalam, meditasi mindfulness, atau relaksasi otot progresif secara teratur. Teknik-teknik ini membantu menenangkan sistem saraf dan mengurangi respons "lawan atau lari" saat kecemasan muncul. Aplikasi meditasi dapat sangat membantu.
- Olahraga Teratur dan Nutrisi: Aktivitas fisik yang teratur adalah pereda stres alami dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Pastikan juga untuk mengonsumsi makanan bergizi dan seimbang untuk mendukung kesehatan mental secara keseluruhan.
- Mencari Dukungan Sosial: Berbicara tentang fobia Anda dengan teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat memberikan validasi dan mengurangi perasaan isolasi. Dukungan emosional dari orang-orang terdekat sangat berharga.
- Edukasi Diri dan Pemahaman: Mempelajari lebih banyak tentang niktofobia, apa penyebabnya, dan bagaimana ia memengaruhi tubuh dan pikiran Anda dapat memberdayakan Anda. Pemahaman membantu mendisrapsi pola pikir irasional dan mengurangi stigma internal.
- Journaling dan Refleksi: Menuliskan pikiran, perasaan, dan pengalaman Anda terkait kegelapan dapat membantu Anda mengidentifikasi pola, pemicu, dan kemajuan Anda. Ini juga berfungsi sebagai outlet emosional yang sehat.
- Menggunakan Stimuli Positif (Audio, Aroma): Dalam kegelapan, indra lain dapat diperkuat. Gunakan ini untuk keuntungan Anda. Dengarkan musik yang menenangkan, podcast, atau audio cerita sebelum tidur. Nyalakan lilin aromaterapi (dengan hati-hati) atau gunakan diffuser dengan minyak esensial yang menenangkan seperti lavender.
- Menjaga Lingkungan Aman: Pastikan Anda merasa aman di rumah. Kunci pintu, tutup jendela, dan pastikan tidak ada hal-hal yang dapat memicu imajinasi menakutkan di kamar Anda. Terkadang, memiliki alarm keamanan atau hewan peliharaan juga dapat memberikan rasa aman.
- Ubah Perspektif tentang Kegelapan: Coba latih diri Anda untuk melihat kegelapan bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai kesempatan untuk istirahat, refleksi, atau melihat keindahan bintang. Ini adalah proses bertahap, tetapi perubahan kognitif sangat penting.
- Terapi Seni atau Ekspresif: Bagi sebagian orang, mengekspresikan ketakutan mereka melalui seni, menulis kreatif, atau musik dapat menjadi cara yang katarsis dan membantu mereka memproses emosi yang sulit.
- Hadiah dan Penguatan Positif: Berikan diri Anda hadiah kecil setiap kali Anda berhasil mengatasi sedikit ketakutan (misalnya, tidur dengan lampu yang sedikit lebih redup). Ini memperkuat perilaku positif.
Peran Keluarga dan Lingkungan
Dukungan dari orang-orang terdekat sangat penting dalam proses pemulihan. Keluarga dan teman dapat memainkan peran kunci dalam membantu penderita niktofobia.
- Dukungan Empatis: Pahami bahwa fobia adalah kondisi medis yang serius dan bukan "drama" atau "kekanak-kanakan." Hindari menghakimi atau meremehkan ketakutan penderita. Dengarkan tanpa menghakimi dan berikan dukungan emosional.
- Penciptaan Lingkungan Aman: Bantu penderita menciptakan lingkungan rumah yang terasa aman dan nyaman di malam hari. Ini mungkin berarti memasang lampu malam, memastikan pintu terkunci, atau memberikan jaminan.
- Mendorong Pengobatan: Dukung penderita untuk mencari dan melanjutkan terapi profesional. Tawarkan untuk menemani mereka ke sesi terapi jika diperlukan.
- Edukasi Keluarga: Pelajari tentang niktofobia untuk memahami apa yang dialami orang yang Anda cintai. Ini akan membantu Anda merespons dengan cara yang lebih konstruktif dan suportif.
- Sabar dan Konsisten: Proses pemulihan membutuhkan waktu. Bersabarlah dan konsisten dalam memberikan dukungan, bahkan jika ada kemunduran.
- Jangan Memaksa: Hindari memaksa penderita untuk menghadapi kegelapan sebelum mereka siap, karena ini dapat memperparah trauma dan ketakutan mereka. Terapi paparan harus selalu dilakukan secara bertahap dan sukarela.
Dengan kombinasi terapi profesional yang efektif, strategi mandiri yang konsisten, dan dukungan yang kuat dari lingkungan, individu dengan niktofobia memiliki peluang besar untuk mengatasi ketakutan mereka dan menjalani hidup yang lebih bebas dan memuaskan.
Mitos dan Fakta tentang Niktofobia
Banyak kesalahpahaman seputar fobia, termasuk niktofobia, yang dapat menghambat individu mencari bantuan. Membedakan antara mitos dan fakta adalah penting untuk mendukung penderita dan meningkatkan kesadaran.
Mitos 1: Niktofobia Hanya Dialami oleh Anak-anak
Fakta: Meskipun ketakutan akan kegelapan seringkali dimulai di masa kanak-kanak, niktofobia dapat bertahan hingga dewasa atau bahkan berkembang pada usia dewasa. Fobia ini dapat memengaruhi siapa saja, tanpa memandang usia. Bagi orang dewasa, ketakutan ini bisa menjadi lebih kompleks karena seringkali dikaitkan dengan trauma masa lalu atau kecemasan yang mendalam, bukan sekadar imajinasi anak-anak.
Mitos 2: Niktofobia adalah Tanda Kelemahan atau Kekurangan Keberanian
Fakta: Niktofobia adalah kondisi kesehatan mental yang sah, bukan indikasi kelemahan karakter atau kurangnya keberanian. Ini adalah respons otomatis dan irasional dari otak terhadap pemicu tertentu, yang berada di luar kendali sadar penderita. Sama seperti gangguan kecemasan lainnya, fobia memerlukan pemahaman, empati, dan penanganan, bukan penghakiman.
Mitos 3: Penderita Niktofobia Hanya Perlu "Mengatasinya" atau "Menjadi Lebih Berani"
Fakta: Mengatakan kepada seseorang untuk "mengatasinya" atau "berani" sama tidak efektifnya dengan mengatakan kepada seseorang dengan patah kaki untuk "berjalan saja". Niktofobia melibatkan respons fisiologis dan psikologis yang intens yang tidak dapat dihilangkan hanya dengan kekuatan kemauan. Ini membutuhkan intervensi terapeutik yang terstruktur, seperti CBT dan terapi paparan, yang secara bertahap membantu otak mempelajari respons baru terhadap kegelapan.
Mitos 4: Kegelapan Itu Sendiri yang Menakutkan
Fakta: Sebenarnya, sebagian besar penderita niktofobia tidak takut pada kegelapan itu sendiri, melainkan pada apa yang mungkin ada atau terjadi dalam kegelapan. Ini bisa berupa ketakutan akan hal yang tidak diketahui, imajinasi akan bahaya, perasaan tidak berdaya, atau ingatan akan trauma masa lalu yang terkait dengan kegelapan. Kegelapan hanyalah pemicu yang mengaktifkan kecemasan mendalam ini.
Mitos 5: Tidak Ada Obat untuk Niktofobia
Fakta: Ini adalah mitos yang sangat merugikan. Niktofobia adalah salah satu fobia yang paling dapat diobati. Dengan terapi yang tepat, seperti Terapi Kognitif Perilaku (CBT) dan Terapi Paparan, serta strategi dukungan diri, sebagian besar penderita dapat belajar mengelola dan bahkan sepenuhnya mengatasi ketakutan mereka. Banyak yang berhasil tidur nyenyak di ruangan gelap setelah menjalani pengobatan.
Mitos 6: Lampu Malam Adalah Solusi Jangka Panjang
Fakta: Meskipun lampu malam dapat memberikan kenyamanan sementara dan membantu dalam proses adaptasi awal, mengandalkan lampu malam sebagai solusi jangka panjang dapat mencegah seseorang dari menghadapi dan mengatasi akar ketakutannya. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi ketergantungan pada cahaya buatan dan memungkinkan penderita merasa aman dalam kegelapan alami. Lampu malam bisa menjadi bagian dari paparan bertahap, bukan pengganti penanganan.
Memahami perbedaan antara mitos dan fakta ini sangat penting untuk memberikan dukungan yang tepat kepada individu dengan niktofobia dan untuk mendorong mereka mencari bantuan profesional yang diperlukan.
Kesimpulan
Niktofobia, atau ketakutan yang intens dan irasional terhadap kegelapan, adalah kondisi kesehatan mental yang serius namun dapat diobati. Lebih dari sekadar rasa tidak nyaman, fobia ini dapat secara signifikan memengaruhi kualitas hidup seseorang, mengganggu tidur, membatasi interaksi sosial, menghambat karier, dan bahkan memicu masalah kesehatan mental lainnya seperti depresi dan kecemasan umum. Penyebabnya bervariasi, mulai dari pengalaman traumatis di masa lalu, faktor genetik, hingga pengaruh budaya dan media yang mengasosiasikan kegelapan dengan bahaya.
Gejala niktofobia sangat nyata dan seringkali melibatkan respons fisik yang parah seperti jantung berdebar, sesak napas, berkeringat, dan gemetar, di samping gejala psikologis seperti serangan panik, pikiran negatif, dan rasa tidak berdaya. Gejala-gejala ini mendorong perilaku penghindaran yang ekstrim, seperti selalu mencari cahaya atau menolak berada sendirian di tempat gelap.
Kabar baiknya adalah ada harapan yang kuat untuk pemulihan. Dengan diagnosis yang tepat berdasarkan kriteria klinis dan pendekatan pengobatan yang komprehensif, individu dengan niktofobia dapat belajar mengelola dan mengatasi ketakutan mereka. Terapi Kognitif Perilaku (CBT), khususnya melalui teknik desensitisasi sistematis dan terapi paparan, terbukti sangat efektif dalam membantu penderita secara bertahap menghadapi dan mengubah respons mereka terhadap kegelapan. Dalam beberapa kasus, obat-obatan juga dapat digunakan sebagai pendukung untuk mengelola gejala kecemasan yang parah.
Selain intervensi profesional, strategi dukungan diri seperti menciptakan rutinitas tidur yang sehat, berlatih teknik relaksasi, mencari dukungan sosial, dan mengedukasi diri sendiri tentang fobia ini, memainkan peran vital dalam proses pemulihan. Dukungan yang empatik dari keluarga dan teman juga sangat penting, karena mereka dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan mendorong penderita untuk terus maju.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami niktofobia, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Mengakui adanya masalah adalah langkah pertama menuju kesembuhan. Dengan dedikasi, kesabaran, dan dukungan yang tepat, kegelapan tidak lagi harus menjadi sumber ketakutan, melainkan menjadi bagian alami dari hari yang dapat diterima dengan damai dan tenang. Hidup bebas dari belenggu niktofobia adalah tujuan yang dapat dicapai.