Ilustrasi atlet anggar Korea bertanding.
Olahraga anggar, atau yang secara umum dikenal sebagai eskrima, mungkin tidak langsung terpikirkan ketika membicarakan olahraga populer Korea Selatan seperti sepak bola, e-sports, atau panahan tradisional. Namun, anggar telah mengalami peningkatan popularitas yang signifikan di negara tersebut, terutama sejak Korea Selatan mulai menunjukkan dominasinya di panggung internasional, khususnya dalam ajang Olimpiade dan Kejuaraan Dunia. Anggar Korea berhasil memadukan disiplin militer yang kuat dengan ketangkasan atletis khas Asia Timur.
Pengenalan resmi anggar di Korea terjadi pada pertengahan abad ke-20. Namun, akar historisnya dapat ditelusuri kembali melalui praktik seni bela diri kuno yang menekankan pada ketangkasan senjata dan kecepatan reaksi. Meskipun demikian, format modern yang kita kenal saat ini—dengan tiga disiplin (foil, epee, dan sabel)—diadopsi sepenuhnya dari standar olahraga internasional. Korea Selatan melihat anggar bukan hanya sebagai kegiatan fisik, tetapi sebagai sarana untuk menanamkan disiplin mental pada generasi mudanya.
Sama seperti di negara lain, anggar di Korea Selatan terbagi menjadi tiga senjata: Foil, Epee, dan Sabel. Setiap senjata menuntut gaya bertarung dan strategi yang berbeda. Namun, satu disiplin yang benar-benar menjadi spesialisasi dan sumber kebanggaan Korea adalah Sabel (Sabre).
Sabel adalah senjata yang mengandalkan serangan tebasan (memotong) maupun tusukan, dengan area sasaran yang meliputi seluruh tubuh di atas pinggang. Atlet anggar Korea, terutama dalam kategori sabel putra, dikenal karena kecepatan kilat dan serangan balik (riposte) yang mematikan. Kecepatan reaksi mereka sering kali membuat lawan dari Eropa atau Amerika kesulitan membaca ritme pertarungan. Mereka sering menggunakan taktik agresif, memanfaatkan momentum lawan untuk melancarkan serangan mendadak.
Kesuksesan ini didukung oleh program pelatihan yang sangat terstruktur. Pelatih Korea dikenal sangat menuntut dan fokus pada analisis video yang mendalam. Atlet tidak hanya berlatih fisik, tetapi juga membedah setiap gerakan lawan untuk mencari celah sekecil apapun. Ini menghasilkan atlet yang cerdas secara taktis, bukan hanya kuat secara fisik.
Gelombang popularitas anggar Korea melonjak drastis seiring dengan keberhasilan para atletnya di kancah dunia. Ketika atlet-atlet seperti Gu Dong-uk atau Kim Ji-yeon meraih medali emas di Olimpiade atau Kejuaraan Dunia, liputan media domestik menjadi sangat besar. Hal ini memberikan citra positif bahwa anggar adalah olahraga yang modern, elegan, dan kompetitif.
Di sekolah-sekolah menengah dan universitas, klub anggar semakin banyak diminati. Orang tua melihat anggar sebagai alternatif yang baik dari olahraga kontak fisik berat lainnya, karena anggar membutuhkan fokus tinggi, kecepatan berpikir, dan kontrol emosi. Meskipun peralatan anggar bisa jadi relatif mahal dibandingkan beberapa olahraga lain, dukungan dari asosiasi olahraga nasional dan sponsor telah membantu mengurangi hambatan masuk bagi talenta muda.
Selain kompetisi resmi, anggar Korea juga mulai ditampilkan dalam drama televisi atau film sebagai simbol keanggunan atletik. Hal ini semakin memperkuat citra bahwa menjadi seorang atlet anggar adalah sesuatu yang membanggakan dan bergengsi. Anggar Korea terus membuktikan bahwa mereka bukan hanya pengikut, tetapi kini menjadi salah satu pemimpin global dalam olahraga anggar internasional. Tantangan ke depan adalah mempertahankan standar tinggi ini sambil terus mengembangkan disiplin Foil dan Epee agar sejajar dengan dominasi mereka di Sabel.