Pengantar: Jejak Pamarasan di Nusantara
Kata "Pamarasan" mungkin tidak sepopuler istilah lain dalam khazanah budaya Indonesia, namun esensinya meresap dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat tradisional di berbagai penjuru nusantara. Pamarasan, dalam konteks yang luas, dapat diinterpretasikan sebagai sebuah konsep, praktik, atau bahkan penamaan geografis yang erat kaitannya dengan kearifan lokal, pengobatan tradisional, serta interaksi harmonis antara manusia dan alam. Ia merepresentasikan salah satu pilar penting dalam warisan takbenda Indonesia, yang berakar pada pemahaman mendalam akan keseimbangan kosmis dan hubungan antarpribadi.
Secara etimologis, "pamarasan" sering dikaitkan dengan akar kata yang merujuk pada rasa, sentuhan, atau proses pengolahan, yang kemudian berkembang menjadi makna yang lebih spesifik tergantung konteks daerahnya. Di beberapa daerah, "pamarasan" bisa berarti tempat untuk memproses atau meracik sesuatu, khususnya bahan-bahan alami untuk pengobatan. Di tempat lain, ia merujuk pada sebuah praktik penyembuhan tradisional, atau bahkan nama sebuah wilayah yang memiliki karakteristik budaya atau alam tertentu yang khas. Artikel ini akan mencoba menyelami berbagai dimensi Pamarasan, membuka tabir maknanya yang multidimensional, serta menyoroti peran pentingnya dalam menjaga kesejahteraan dan identitas budaya Indonesia.
Etimologi dan Makna Multidimensional Pamarasan
Untuk memahami Pamarasan secara utuh, kita perlu menelusuri akarnya. Dalam beberapa dialek bahasa daerah, khususnya di Jawa dan Sunda, kata "maras" memiliki konotasi dengan "merasakan", "menyentuh", atau "mengamati dengan saksama". Penambahan imbuhan "pa-" dan "-an" seringkali menunjukkan tempat, proses, atau objek yang berkaitan dengan kata dasarnya. Oleh karena itu, "Pamarasan" bisa diartikan sebagai "tempat merasakan", "proses merasakan", atau bahkan "sesuatu yang dirasakan atau diolah".
Pamarasan sebagai Praktik Pengobatan Tradisional
Salah satu makna Pamarasan yang paling dominan di banyak komunitas adalah kaitannya dengan pengobatan tradisional. Di beberapa wilayah, Pamarasan merujuk pada praktik urut atau pijat tradisional yang bertujuan untuk memulihkan kesehatan, meredakan nyeri otot, atau melancarkan peredaran darah. Praktik ini tidak hanya melibatkan sentuhan fisik, tetapi juga transfer energi, penggunaan ramuan minyak urut, dan seringkali disertai dengan doa atau mantra yang diyakini mempercepat proses penyembuhan.
- Pijat dan Urut Tradisional: Teknik Pamarasan ini mengandalkan kepekaan tangan terapis untuk merasakan simpul-simpul otot yang tegang, peredaran darah yang tidak lancar, atau bahkan energi negatif dalam tubuh. Gerakan pijatnya bervariasi, dari tekanan lembut hingga pijatan mendalam, disesuaikan dengan kondisi pasien.
- Ramuan Herbal: Pamarasan juga seringkali melibatkan penggunaan ramuan herbal yang disebut "jamu" atau "loloh" di beberapa daerah. Ramuan ini diracik dari berbagai bahan alami seperti rimpang (kunyit, jahe, kencur, temulawak), daun-daunan, kulit kayu, atau bunga, yang diolah secara tradisional untuk diminum, dioles, atau dikompres.
- Pendekatan Holistik: Praktik Pamarasan memandang manusia sebagai kesatuan utuh dari raga, jiwa, dan roh. Oleh karena itu, penyembuhan tidak hanya fokus pada gejala fisik, tetapi juga pada keseimbangan emosional dan spiritual.
Pamarasan sebagai Lokasi Geografis
Tidak jarang, nama "Pamarasan" juga ditemukan sebagai nama tempat, baik desa, dusun, atau blok di suatu wilayah. Penamaan ini kemungkinan besar memiliki latar belakang historis atau karakteristik unik dari lokasi tersebut.
- Pamarasan, Ciamis: Di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, terdapat beberapa lokasi yang menggunakan nama Pamarasan. Penamaan ini bisa jadi berkaitan dengan keberadaan sumber daya alam tertentu yang digunakan untuk pengobatan, atau merupakan pusat praktik pengobatan tradisional di masa lampau. Daerah-daerah seperti ini seringkali kaya akan tumbuhan obat dan memiliki sejarah panjang dalam kearifan lokal.
- Pamarasan, Lombok: Di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Pamarasan juga bisa ditemukan. Meskipun konteks budayanya berbeda dengan Jawa atau Sunda, esensi Pamarasan sebagai pusat kearifan lokal atau tempat pengolahan sesuatu tetap relevan. Hal ini menunjukkan bahwa konsep Pamarasan memiliki resonansi di berbagai etnis di Indonesia, meskipun dengan manifestasi yang berbeda.
Keberadaan nama tempat ini menjadi bukti bahwa Pamarasan bukan hanya konsep abstrak, melainkan bagian integral dari sejarah dan geografi masyarakat Indonesia. Ia adalah penanda dari sebuah warisan yang hidup, yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Sejarah dan Akar Kearifan Lokal Pamarasan
Praktik-praktik yang berkaitan dengan Pamarasan bukanlah fenomena baru. Akar-akarnya dapat ditelusuri jauh ke masa lampau, bahkan sebelum masuknya pengaruh agama-agama besar. Masyarakat kuno di Nusantara sangat bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk kesehatan. Pengamatan yang cermat terhadap tumbuhan, hewan, dan fenomena alam lainnya melahirkan pengetahuan empiris yang kemudian menjadi dasar bagi pengobatan tradisional.
Pengaruh Hindu-Buddha dan Islam
Masuknya pengaruh Hindu-Buddha dan kemudian Islam membawa serta sistem pengetahuan dan filosofi baru yang memperkaya praktik Pamarasan. Kitab-kitab pengobatan kuno seperti Usada di Bali, yang memuat resep-resep ramuan dan teknik penyembuhan, menunjukkan sinkretisme antara kepercayaan lokal dengan ajaran-ajaran dari India. Demikian pula, masuknya Islam memperkenalkan konsep "thibbun nabawi" atau pengobatan ala Nabi, yang juga mengedepankan penggunaan bahan-bahan alami dan doa.
Dalam konteks Pamarasan, pengaruh ini terlihat dari:
- Sistem Klasifikasi Penyakit: Pengaruh Hindu-Buddha membawa pemahaman tentang keseimbangan elemen (misalnya, tri kaya di Bali) dalam tubuh, yang jika terganggu akan menyebabkan penyakit.
- Ritual dan Mantra: Banyak praktik Pamarasan yang menyertakan ritual, mantra, atau doa, yang diyakini meningkatkan khasiat pengobatan dan memberikan ketenangan batin bagi pasien. Ini merupakan perpaduan antara kepercayaan animisme-dinamisme lokal dengan ajaran agama yang masuk.
- Etika Profesi Penyembuh: Para praktisi Pamarasan, yang sering disebut "dukun pijat", "balian", atau "tabib", memiliki kode etik tersendiri. Mereka dianggap sebagai penjaga kearifan, dengan tanggung jawab moral yang tinggi terhadap pasien dan komunitas.
Transmisi Pengetahuan Secara Lisan
Sebagian besar pengetahuan Pamarasan ditransmisikan secara lisan, dari generasi ke generasi, seringkali dalam lingkup keluarga atau komunitas tertentu. Murid belajar langsung dari guru, mengamati, mempraktikkan, dan menghafal resep serta teknik. Proses ini memastikan bahwa Pamarasan tetap hidup dan relevan dengan kondisi lokal, meskipun rentan terhadap kepunahan jika tidak didokumentasikan dengan baik.
Pentingnya Pamarasan dalam sejarah tidak hanya terletak pada aspek penyembuhan fisik, melainkan juga pada perannya sebagai penjaga memori kolektif masyarakat, penanda identitas budaya, dan manifestasi dari hubungan harmonis dengan alam.
Pamarasan sebagai Fondasi Kesehatan Holistik
Dalam pandangan Pamarasan, kesehatan bukan hanya absennya penyakit fisik, melainkan keadaan seimbang antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Pendekatan holistik ini menjadi ciri khas yang membedakannya dari pengobatan konvensional yang cenderung berfokus pada gejala.
Aspek Fisik: Pijat, Ramuan, dan Diet
Aspek fisik dalam Pamarasan meliputi berbagai metode untuk menjaga dan mengembalikan kebugaran tubuh.
- Teknik Pijat dan Urut: Selain untuk pengobatan, pijat Pamarasan juga sering digunakan untuk relaksasi, menjaga stamina, dan memperlancar sirkulasi darah. Ada teknik pijat untuk bayi, anak-anak, ibu hamil, hingga lansia, masing-masing dengan kekhususan tersendiri.
- Ramuan Preventif dan Kuratif: Jamu-jamuan yang diracik berdasarkan prinsip Pamarasan tidak hanya digunakan saat sakit, tetapi juga sebagai upaya preventif. Contohnya, kunyit asam untuk menjaga daya tahan tubuh, beras kencur untuk menghangatkan badan dan menghilangkan pegal, atau ramuan pahit untuk detoksifikasi.
- Diet dan Gaya Hidup Sehat: Praktisi Pamarasan seringkali memberikan nasihat tentang pola makan seimbang, pantangan makanan tertentu sesuai kondisi tubuh, dan pentingnya istirahat yang cukup serta aktivitas fisik ringan.
Aspek Mental dan Emosional: Ketenangan Batin
Kesejahteraan mental dan emosional adalah komponen vital dalam Pamarasan. Stres, kecemasan, dan emosi negatif diyakini dapat memicu atau memperburuk penyakit fisik.
- Relaksasi Melalui Sentuhan: Proses pijat itu sendiri seringkali memiliki efek menenangkan yang kuat, meredakan ketegangan otot dan pikiran.
- Nasihat dan Konseling: Praktisi Pamarasan seringkali berfungsi sebagai pendengar yang baik dan pemberi nasihat, membantu pasien mengatasi masalah emosional atau spiritual yang mungkin menjadi akar penyakit mereka.
- Penggunaan Aromaterapi Tradisional: Beberapa praktik Pamarasan juga menggunakan minyak esensial dari tumbuhan tertentu yang diyakini memiliki efek menenangkan atau menyegarkan pikiran.
Aspek Spiritual: Harmoni dengan Alam Semesta
Pamarasan sangat menekankan pentingnya harmoni dengan alam semesta dan dimensi spiritual. Keyakinan bahwa penyakit bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan energi, pengaruh gaib, atau pelanggaran terhadap norma-norma adat masih sangat kuat di beberapa komunitas.
- Doa dan Ritual: Praktik Pamarasan sering diawali atau diakhiri dengan doa, persembahan, atau ritual sederhana untuk memohon berkah, membersihkan energi negatif, dan menyelaraskan kembali individu dengan lingkungannya.
- Energi dan Aura: Beberapa praktisi Pamarasan memiliki kemampuan untuk merasakan atau memanipulasi energi vital (prana, chi, dll.) dalam tubuh pasien, yang diyakini dapat membantu proses penyembuhan.
- Ketergantungan pada Alam: Semua bahan Pamarasan berasal dari alam, menegaskan hubungan erat antara manusia dan lingkungan. Mengambil bahan baku dengan cara yang bijaksana dan menghormati alam adalah bagian dari filosofi Pamarasan.
Pendekatan holistik ini menjadikan Pamarasan lebih dari sekadar pengobatan, melainkan sebuah filosofi hidup yang mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan dalam segala aspek demi mencapai kesehatan dan kebahagiaan sejati.
Bahan dan Teknik Khas dalam Pamarasan
Pamarasan sangat bergantung pada kekayaan alam Indonesia. Berbagai jenis tumbuhan, dari rimpang hingga daun-daunan, menjadi bahan baku utama dalam racikan pengobatan tradisional ini. Teknik pengolahan dan aplikasinya pun bervariasi, menunjukkan kearifan lokal yang telah teruji waktu.
Materia Medica Nusantara
Indonesia adalah surga bagi tumbuhan obat. Berikut beberapa bahan umum yang sering digunakan dalam Pamarasan:
- Rimpang:
- Kunyit (Curcuma longa): Anti-inflamasi, antioksidan, baik untuk pencernaan.
- Jahe (Zingiber officinale): Menghangatkan tubuh, meredakan mual, anti-inflamasi.
- Kencur (Kaempferia galanga): Meredakan batuk, penghilang nyeri, menjaga stamina.
- Temulawak (Curcuma xanthorrhiza): Meningkatkan nafsu makan, menjaga fungsi hati, antioksidan.
- Daun-daunan:
- Daun Sirih (Piper betle): Antiseptik, anti-inflamasi, untuk perawatan kulit dan luka.
- Daun Jambu Biji (Psidium guajava): Mengatasi diare.
- Daun Salam (Syzygium polyanthum): Menurunkan tekanan darah, mengatasi diabetes.
- Kulit Kayu dan Batang:
- Kayu Manis (Cinnamomum verum): Antioksidan, mengatur gula darah.
- Pulosari (Alyxia stellata): Untuk demam dan gangguan pencernaan.
- Bahan Lain:
- Madu: Penambah energi, anti-bakteri, mempercepat penyembuhan.
- Minyak Kelapa: Pembawa ramuan, pelembap kulit, anti-mikroba.
- Jeruk Nipis/Lemon: Sumber vitamin C, detoksifikasi.
Teknik Pengolahan dan Aplikasi
Proses pengolahan bahan-bahan Pamarasan dilakukan secara tradisional, dengan metode yang telah diwariskan turun-temurun:
- Rebus (Godok): Bahan herbal direbus dengan air hingga mendidih dan menyisakan sari pati yang kemudian diminum sebagai jamu.
- Tumbuk/Giling: Bahan segar ditumbuk atau digiling hingga halus untuk diambil sarinya, dibuat tapal (kompres), atau dioleskan.
- Parut: Rimpang diparut dan dicampur dengan air untuk diambil sarinya, seperti pada pembuatan kunyit asam.
- Bakar/Panggang: Beberapa bahan tertentu dipanaskan atau dibakar untuk mengeluarkan minyak esensial atau memperkuat khasiatnya, seperti pada pengobatan luka bakar ringan.
- Fermentasi: Beberapa ramuan melibatkan proses fermentasi untuk meningkatkan khasiat dan daya simpan, meskipun ini tidak seumum metode lain.
Aplikasi ramuan Pamarasan juga beragam:
- Minum: Jamu atau loloh diminum untuk pengobatan internal.
- Oles/Balur: Minyak urut atau ramuan topikal dioleskan pada bagian tubuh yang sakit.
- Kompres/Tapal: Ramuan yang dihaluskan ditempelkan pada area tubuh yang membutuhkan.
- Mandi Rempah: Beberapa jenis ramuan digunakan untuk mandi berendam guna relaksasi dan pengobatan kulit.
Pemilihan bahan dan teknik sangat bergantung pada jenis penyakit, kondisi pasien, dan tradisi lokal yang berlaku di tempat praktik Pamarasan.
Peran Praktisi dan Tantangan Pelestarian Pamarasan
Praktisi Pamarasan memegang peranan sentral dalam menjaga kelangsungan tradisi ini. Mereka adalah penjaga pengetahuan, pewaris keterampilan, dan jembatan antara masa lalu dan masa depan. Namun, di era modern ini, Pamarasan menghadapi berbagai tantangan yang mengancam kelestariannya.
Peran Para Praktisi (Dukun, Balian, Tabib Tradisional)
Para praktisi Pamarasan bukanlah sekadar penyembuh. Mereka seringkali juga berfungsi sebagai:
- Penjaga Pengetahuan Alam: Mereka memiliki pemahaman mendalam tentang ekosistem lokal, jenis-jenis tumbuhan obat, serta siklus alam yang memengaruhi khasiat bahan.
- Konselor Komunitas: Selain menyembuhkan fisik, mereka juga memberikan bimbingan moral, spiritual, dan sosial, membantu masyarakat menghadapi masalah hidup.
- Figur Otoritas Lokal: Dalam banyak kasus, praktisi Pamarasan dihormati dan dipercaya oleh komunitas mereka, menjadi rujukan dalam berbagai aspek kehidupan.
- Pendidik Tak Langsung: Melalui praktik sehari-hari dan interaksi dengan masyarakat, mereka secara tidak langsung mendidik generasi muda tentang nilai-nilai kearifan lokal dan pentingnya menjaga warisan budaya.
Proses menjadi praktisi Pamarasan biasanya membutuhkan waktu yang lama, melibatkan magang, observasi, dan praktik langsung di bawah bimbingan seorang guru. Tidak hanya keterampilan teknis, tetapi juga kematangan spiritual dan etika yang dijunjung tinggi.
Tantangan di Era Modern
Pamarasan menghadapi berbagai tantangan signifikan dalam upaya pelestariannya:
- Globalisasi dan Modernisasi: Pengaruh budaya populer dan pengobatan modern seringkali membuat generasi muda kurang tertarik pada praktik tradisional.
- Kurangnya Dokumentasi: Karena sebagian besar pengetahuan ditransmisikan secara lisan, ada risiko besar hilangnya pengetahuan jika tidak didokumentasikan dengan baik.
- Validasi Ilmiah: Banyak praktik Pamarasan belum mendapatkan validasi ilmiah secara ketat, meskipun khasiatnya telah teruji secara empiris selama berabad-abad. Hal ini menyulitkan integrasinya dengan sistem kesehatan modern.
- Regulasi dan Standardisasi: Kurangnya regulasi yang jelas mengenai praktik dan produk Pamarasan bisa menimbulkan masalah keamanan dan kualitas, serta mempersulit upaya promosi dan pengembangannya.
- Degradasi Lingkungan: Kerusakan hutan dan lingkungan mengancam ketersediaan bahan baku herbal yang menjadi inti dari Pamarasan.
- Regenerasi Praktisi: Minat generasi muda untuk meneruskan tradisi ini semakin menurun, mengancam kelangsungan mata rantai pewaris pengetahuan.
Upaya Pelestarian dan Revitalisasi
Meskipun menghadapi tantangan, berbagai upaya pelestarian dan revitalisasi Pamarasan terus dilakukan:
- Dokumentasi dan Penelitian: Peneliti, akademisi, dan lembaga budaya mulai mendokumentasikan praktik Pamarasan, melakukan penelitian etnobotani dan farmakologi untuk memvalidasi khasiatnya.
- Pendidikan dan Pelatihan: Mengadakan lokakarya, kursus, atau sekolah Pamarasan untuk menarik minat generasi muda dan memastikan transmisi pengetahuan yang lebih terstruktur.
- Integrasi dengan Pariwisata: Mengembangkan Pamarasan sebagai bagian dari pariwisata kesehatan atau budaya, seperti spa tradisional atau kunjungan ke kebun herbal.
- Kolaborasi dengan Medis Modern: Mendorong kolaborasi antara praktisi Pamarasan dan tenaga medis modern untuk menciptakan sistem pengobatan komplementer yang aman dan efektif.
- Konservasi Lingkungan: Mendukung program konservasi untuk melindungi hutan dan keanekaragaman hayati, memastikan ketersediaan bahan baku Pamarasan di masa depan.
Pelestarian Pamarasan bukan hanya tentang menjaga sebuah tradisi, tetapi juga tentang mempertahankan identitas bangsa, kekayaan alam, dan sumber daya kesehatan yang tak ternilai harganya.
Pamarasan dan Prospek Masa Depan
Di tengah gempuran modernitas, Pamarasan tetap relevan dan bahkan menunjukkan potensi besar untuk masa depan. Dengan pendekatan yang tepat, Pamarasan dapat berkontribusi signifikan terhadap kesehatan masyarakat, ekonomi kreatif, dan pelestarian budaya.
Integrasi dengan Sistem Kesehatan Modern
Tren global menuju pengobatan komplementer dan alternatif membuka peluang bagi Pamarasan untuk berintegrasi dengan sistem kesehatan modern. Beberapa rumah sakit dan klinik sudah mulai menawarkan layanan pengobatan tradisional yang terstandarisasi. Penelitian ilmiah yang memvalidasi khasiat dan keamanan bahan serta praktik Pamarasan akan menjadi kunci dalam proses integrasi ini. Dengan begitu, masyarakat dapat memperoleh manfaat terbaik dari kedua dunia: kearifan tradisional dan kemajuan ilmiah.
Peluang Ekonomi dan Pariwisata
Pamarasan dapat menjadi daya tarik dalam sektor pariwisata kesehatan dan budaya. Wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, semakin mencari pengalaman otentik yang menyehatkan dan mendekatkan mereka pada budaya lokal. Paket wisata yang menawarkan pengalaman Pamarasan, mulai dari belajar meracik jamu, mencoba pijat tradisional, hingga mengunjungi kebun herbal dan desa-desa yang masih melestarikan praktik ini, memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Hal ini tidak hanya akan menghidupkan kembali ekonomi lokal, tetapi juga memberikan insentif bagi masyarakat untuk terus menjaga tradisi mereka.
Pendidikan dan Generasi Muda
Masa depan Pamarasan sangat bergantung pada minat generasi muda. Mengintegrasikan pengetahuan Pamarasan ke dalam kurikulum pendidikan, baik formal maupun non-formal, dapat menumbuhkan kesadaran dan apresiasi sejak dini. Program magang yang terstruktur, beasiswa penelitian, dan platform digital untuk berbagi pengetahuan Pamarasan juga bisa menjadi cara efektif untuk menarik perhatian dan partisipasi kaum muda. Mereka adalah kunci untuk adaptasi Pamarasan di masa depan, agar tetap relevan tanpa kehilangan esensinya.
Inovasi Produk dan Digitalisasi
Inovasi dalam bentuk produk Pamarasan yang modern, higienis, dan mudah diakses dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Misalnya, pengembangan jamu dalam bentuk minuman siap saji, kapsul herbal, atau kosmetik alami. Pemanfaatan teknologi digital untuk promosi, edukasi, dan bahkan konsultasi jarak jauh dengan praktisi Pamarasan juga dapat membuka dimensi baru bagi pengembangan tradisi ini. Namun, inovasi harus dilakukan dengan tetap menjaga kualitas, keaslian, dan nilai-nilai luhur Pamarasan.
Peran Kebijakan Pemerintah
Dukungan dari pemerintah sangat krusial. Kebijakan yang melindungi hak kekayaan intelektual terkait Pamarasan, memberikan insentif bagi praktisi dan peneliti, serta mengembangkan regulasi yang jelas untuk produk dan praktik Pamarasan, akan menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan dan kelestariannya. Pengakuan resmi Pamarasan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia juga akan meningkatkan statusnya dan menarik lebih banyak perhatian.
Dengan semua potensi ini, Pamarasan bukan hanya warisan masa lalu, melainkan juga harapan untuk masa depan kesehatan dan kebudayaan Indonesia. Kemampuannya untuk beradaptasi sambil tetap memegang teguh nilai-nilai dasarnya adalah kunci keberlanjutannya.
Kesimpulan: Pamarasan sebagai Pusaka Bangsa
Dari pengobatan tradisional yang berakar pada kearifan lokal hingga penamaan geografis yang menyimpan sejarah, "Pamarasan" adalah sebuah konsep yang kaya dan multidimensional. Ia merepresentasikan jalinan erat antara manusia, alam, dan spiritualitas yang telah membentuk peradaban di Nusantara selama berabad-abad. Pamarasan adalah manifestasi dari pemahaman mendalam tentang keseimbangan, harmoni, dan pentingnya menjaga hubungan yang baik dengan semua elemen kehidupan.
Praktik-praktik Pamarasan, baik dalam bentuk pijat, ramuan herbal, maupun ritual, tidak hanya bertujuan menyembuhkan penyakit fisik, tetapi juga memulihkan keseimbangan mental dan spiritual. Ini adalah pendekatan holistik yang memandang manusia sebagai kesatuan utuh, sebuah pandangan yang semakin dihargai di era modern yang serba cepat dan penuh tekanan.
Meskipun dihadapkan pada tantangan globalisasi dan modernisasi, Pamarasan menunjukkan ketahanan dan adaptabilitasnya. Dengan dukungan dari berbagai pihak—pemerintah, akademisi, komunitas, dan generasi muda—Pamarasan memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Lebih dari itu, Pamarasan adalah pusaka bangsa yang tak ternilai harganya, sebuah cermin yang merefleksikan identitas, kearifan, dan kekayaan budaya Indonesia yang tiada banding.
Melestarikan Pamarasan berarti menjaga sepotong jiwa Indonesia, memastikan bahwa generasi mendatang dapat terus merasakan, memahami, dan menghargai warisan luhur yang telah diwariskan oleh para leluhur.