Pengantar: Mengurai Makna Pemenggalan Kata
Dalam dunia kebahasaan dan tata tulis, istilah "pemenggalan" memiliki spektrum makna yang luas dan penting. Namun, dalam konteks penulisan yang rapi dan komunikatif, khususnya dalam Bahasa Indonesia, pemenggalan kata merujuk pada proses pemisahan atau pembagian suatu kata menjadi suku-suku kata penyusunnya. Aktivitas ini bukan sekadar tugas mekanis, melainkan sebuah seni sekaligus ilmu yang fundamental untuk mencapai keterbacaan optimal dan estetika visual dalam setiap teks, baik cetak maupun digital.
Pemenggalan kata adalah praktik linguistik yang krusial, terutama ketika sebuah kata terlalu panjang untuk dimuat pada satu baris teks dan harus dilanjutkan ke baris berikutnya. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pemisahan kata tersebut dilakukan pada titik yang tepat, sesuai dengan kaidah kebahasaan, sehingga tidak mengubah makna, tidak mengganggu irama baca, dan tetap menjaga keindahan tata letak. Tanpa pemahaman yang benar tentang pemenggalan kata, sebuah tulisan dapat terlihat berantakan, sulit dibaca, bahkan dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Artikel komprehensif ini akan mengulas secara mendalam segala aspek terkait pemenggalan kata dalam Bahasa Indonesia. Kita akan menelusuri sejarahnya, memahami kaidah-kaidah dasarnya yang termaktub dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), mengeksplorasi mengapa pemenggalan ini begitu penting dalam berbagai konteks, membahas tantangan umum, hingga melihat penerapannya di era digital. Selain itu, kita juga akan menyinggung secara singkat makna "pemenggalan" dalam konteks lain untuk memberikan pemahaman yang holistik terhadap kata kunci ini, meskipun fokus utama kita adalah pada aspek linguistik yang vital untuk setiap penulis, editor, dan pembaca.
Gambar di atas mengilustrasikan konsep dasar pemenggalan kata, di mana kata "komputer" dipisahkan menjadi suku-suku katanya yang benar: "kom-pu-ter". Ini adalah inti dari pemenggalan kata linguistik yang akan kita bahas secara rinci.
Sejarah dan Evolusi Pemenggalan Kata dalam Bahasa Indonesia
Pemenggalan kata bukanlah inovasi baru dalam praktik penulisan; ia memiliki akar sejarah yang panjang, beriringan dengan perkembangan sistem tulisan dan teknologi percetakan. Kebutuhan untuk memenggal kata muncul pertama kali dari keterbatasan fisik media tulis. Pada masa sebelum mesin cetak, ketika naskah ditulis tangan pada perkamen atau kertas, ruang adalah komoditas berharga. Juru tulis sering kali harus memecah kata di akhir baris untuk menghemat ruang dan mempertahankan penampilan kolom teks yang rapi.
Dengan penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15, dan kemudian revolusi percetakan, masalah penanganan kata di akhir baris menjadi lebih sistematis. Percetakan menghadirkan tantangan baru dalam tata letak (typesetting). Untuk mencapai blok teks yang rata (justified text) dan menghindari celah-celah yang terlalu lebar antar kata (rivers of white space), pemenggalan kata menjadi alat yang esensial. Setiap bahasa mengembangkan seperangkat aturannya sendiri, seringkali berdasarkan fonologi dan morfologinya.
Perkembangan Aturan dalam Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia, sebagai bahasa yang terus berkembang, juga mengalami evolusi dalam kaidah pemenggalan katanya. Sejak masa ejaan Van Ophuijsen, hingga Soewandi, dan akhirnya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), pedoman pemenggalan kata telah diperbarui dan distandarisasi untuk memenuhi kebutuhan penutur dan penulis.
- Ejaan Van Ophuijsen (1901): Ejaan ini masih sangat dipengaruhi oleh kaidah bahasa Belanda, yang memiliki aturan pemenggalan kata yang berbeda. Banyak penyesuaian dilakukan berdasarkan bunyi dan suku kata yang dirasakan pada saat itu.
- Ejaan Soewandi (1947): Dengan semangat kemerdekaan, ejaan ini berusaha menyederhanakan beberapa aturan, termasuk dalam pemenggalan. Namun, standarisasi yang lebih rinci masih diperlukan.
- Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015): EYD merupakan tonggak penting dalam standarisasi Bahasa Indonesia. Aturan pemenggalan kata distandarisasi secara lebih ketat, mengacu pada prinsip-prinsip fonologis dan morfologis bahasa. Pedoman ini secara eksplisit mengatur pemenggalan berdasarkan suku kata, diftong, gabungan huruf konsonan, dan imbuhan. EYD memberikan kejelasan yang sangat dibutuhkan bagi penulis dan penerbit.
- Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) (2015-sekarang): PUEBI adalah pemutakhiran dari EYD, yang tidak mengubah secara drastis aturan pemenggalan kata yang sudah ada, melainkan lebih banyak memperjelas, menyempurnakan, dan menambahkan beberapa kaidah baru yang relevan dengan perkembangan bahasa. PUEBI menegaskan kembali prinsip-prinsip dasar pemenggalan berdasarkan struktur suku kata, gabungan huruf, dan imbuhan, serta memberikan panduan yang lebih terperinci untuk kasus-kasus khusus seperti kata serapan. PUEBI menjadi acuan utama kita saat ini dalam praktik pemenggalan kata yang benar dan baku.
Perjalanan ini menunjukkan betapa pentingnya pemenggalan kata dianggap dalam menjaga integritas dan konsistensi bahasa tulis. Setiap perubahan ejaan selalu menyertakan pembaruan pada kaidah pemenggalan, menandakan bahwa aspek ini bukanlah masalah sepele, melainkan elemen krusial dalam tata bahasa yang baik.
Aturan Dasar Pemenggalan Kata dalam Bahasa Indonesia (Menurut PUEBI)
Memahami aturan pemenggalan kata yang benar adalah kunci untuk menulis dengan rapi dan mudah dibaca. PUEBI memberikan panduan yang jelas dan sistematis mengenai bagaimana sebuah kata harus dipenggal. Inti dari semua aturan ini adalah pemisahan kata berdasarkan suku kata, dengan beberapa ketentuan khusus untuk gabungan huruf, imbuhan, dan kata serapan.
1. Pemenggalan Berdasarkan Suku Kata
Prinsip paling fundamental dalam pemenggalan kata adalah memisahkan kata pada akhir suku kata. Sebuah suku kata adalah unit bunyi terkecil dalam sebuah kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas. Bahasa Indonesia umumnya memiliki struktur suku kata yang relatif sederhana, yang memudahkan proses pemenggalan ini.
- Jika di tengah kata ada dua vokal berurutan: Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
- Jika di tengah kata ada huruf konsonan di antara dua huruf vokal: Pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
- Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan berurutan: Pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
- Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih berurutan: Pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan pertama dan kedua.
Contoh: bu-ah, ma-in, ni-at, ke-ju, i-de-al
Penting untuk diingat bahwa aturan ini berlaku jika kedua vokal tersebut merupakan suku kata yang terpisah, bukan diftong.
Contoh: a-nak, ba-pak, su-su, ba-rang, me-rah
Aturan ini berlaku untuk konsonan tunggal. Jika ada lebih dari satu konsonan, aturannya sedikit berbeda.
Contoh: man-di, sam-pai, lem-bab, bang-sa, ten-tu
Ini memastikan bahwa setiap suku kata memiliki setidaknya satu vokal dan menjaga struktur fonologis kata.
Contoh: in-stru-men, ul-tra, in-duk-si, bang-krut, pem-prov
PUEBI secara spesifik menyatakan bahwa dua huruf konsonan terakhir biasanya berada dalam satu suku kata. Perhatikan bahwa ini adalah aturan umum, dan kasus khusus dapat muncul, terutama dengan kata serapan.
2. Pemenggalan Diftong dan Gabungan Huruf Vokal/Konsonan
Bahasa Indonesia memiliki beberapa gabungan huruf yang tidak boleh dipenggal karena mereka melambangkan satu bunyi (satu fonem) atau merupakan bagian tak terpisahkan dari satu suku kata.
- Diftong: Diftong adalah gabungan dua huruf vokal yang melambangkan satu bunyi, seperti ai, au, dan oi. Diftong tidak boleh dipenggal.
- Gabungan Huruf Konsonan: Gabungan huruf konsonan seperti kh, ng, ny, dan sy juga melambangkan satu bunyi konsonan dan tidak boleh dipenggal.
Contoh: pan-dai (bukan pan-da-i), ker-bau (bukan ker-ba-u), am-boi (bukan am-bo-i), sur-vei (bukan sur-ve-i).
Kesalahan umum sering terjadi pada diftong, memisahkannya seolah-olah dua vokal yang berbeda. Ingat, diftong adalah satu kesatuan bunyi.
Contoh: khu-sus (bukan k-hu-sus), nga-ra (bukan n-ga-ra), nya-ta (bukan n-ya-ta), syu-kur (bukan s-yu-kur).
Gabungan konsonan ini seringkali menjadi perangkap bagi pemula. Selalu perlakukan mereka sebagai satu unit yang tak terpisahkan.
3. Pemenggalan Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan (kata dasar yang mendapat awalan, sisipan, atau akhiran) memiliki aturan pemenggalan khusus yang mengutamakan pemisahan antara imbuhan dan kata dasar, serta pemenggalan di dalam kata dasar itu sendiri sesuai aturan suku kata.
- Awalan atau Akhiran: Awalan atau akhiran dipenggal sebagai satu kesatuan. Pemenggalan dilakukan di antara imbuhan dan kata dasarnya, atau di antara kata dasar dan imbuhannya.
- Sisipan: Sisipan (-el-, -em-, -er-) dipenggal sebagai bagian dari suku kata di mana ia berada.
- Imbuhan yang Berubah Bentuk (Morfofonemik): Beberapa imbuhan, seperti me- yang berubah menjadi mem-, men-, meng-, atau meny-, tetap dianggap sebagai satu kesatuan imbuhan. Pemenggalan dilakukan di antara imbuhan yang sudah berubah dan kata dasarnya.
Contoh: me-ma-kan (bukan mem-a-kan), ber-ja-lan (bukan ber-ja-lan), pen-di-dik-an (bukan pen-di-di-kan), ter-ba-ngun (bukan ter-ba-ngun), ke-ra-jin-an (bukan ke-ra-ji-nan).
Jika ada lebih dari satu imbuhan, setiap imbuhan diperlakukan sebagai unit terpisah, dan pemenggalan di dalam kata dasar tetap mengikuti aturan suku kata.
Contoh: me-nge-lu-ar-kan (me- + -ng- + ke-luar + -kan), per-ta-ngung-ja-wab-an (per- + ta-ngung + ja-wab + -an).
Contoh: ge-li-gi (dari gigi), ge-mu-rung (dari gemuruh), se-ne-rut (dari serut).
Karena sisipan terintegrasi dalam kata dasar, pemenggalannya mengikuti kaidah suku kata biasa dari kata yang sudah bersisipan.
Contoh: mem-ban-tu (bukan me-mem-ban-tu), men-cu-ci (bukan me-men-cu-ci), meng-ga-li (bukan me-meng-ga-li), meny-a-pu (bukan me-meny-a-pu).
Ini penting untuk mempertahankan identitas imbuhan tersebut, meskipun bentuknya telah menyesuaikan dengan fonem awal kata dasar.
4. Pemenggalan Kata Ulang
Kata ulang, baik sebagian maupun seluruhnya, diperlakukan sebagai kata tunggal dalam hal pemenggalan, namun tetap mengikuti kaidah suku kata. Yang penting adalah bagian yang diulang tidak boleh dipenggal di tengah-tengah pengulangan itu sendiri, kecuali jika pengulangan tersebut juga perlu dipenggal sesuai kaidah suku kata.
- Kata ulang murni (seluruhnya): Pemenggalan mengikuti aturan suku kata biasa pada setiap bagian yang diulang.
- Kata ulang sebagian: Bagian yang diulang dipenggal sesuai suku kata.
- Kata ulang berimbuhan: Imbuhan dan pengulangan dipenggal terpisah dari kata dasar, lalu bagian kata dasar yang diulang dipenggal sesuai aturan suku kata.
Contoh: bu-ku-bu-ku, ka-mi-ka-mi, ma-kan-ma-kan.
Dalam kasus ini, "buku" dipenggal "bu-ku", dan ketika diulang menjadi "buku-buku", pemenggalannya tetap "bu-ku-bu-ku".
Contoh: le-la-ki (dari laki), se-si-rih (dari sirih).
Sama seperti sisipan, pemenggalan terjadi pada kata yang sudah mengalami pengulangan.
Contoh: ber-ma-in-ma-in, ke-o-rang-o-rang-an.
Prioritas diberikan pada pemisahan imbuhan, kemudian pada struktur suku kata dari kata yang diulang.
5. Pemenggalan Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk satu makna baru. Dalam pemenggalan, kata majemuk diperlakukan sebagai gabungan kata terpisah, tetapi pemenggalan hanya boleh dilakukan di antara unsur-unsur pembentuknya, atau di dalam setiap unsur sesuai aturan suku kata.
- Antar Unsur Kata Majemuk: Pemenggalan dapat dilakukan di antara unsur-unsur pembentuk kata majemuk.
- Di dalam Unsur Kata Majemuk: Jika unsur pembentuk kata majemuk terlalu panjang, pemenggalan dapat dilakukan di dalam unsur tersebut, mengikuti aturan suku kata.
- Kata Majemuk Berimbuhan: Jika kata majemuk mendapat imbuhan, pemenggalan dilakukan di antara imbuhan dan kata majemuk, atau di dalam unsur kata majemuk jika diperlukan.
Contoh: rumah-sakit (dapat dipenggal "rumah-sakit"), duta-besar (dapat dipenggal "duta-besar"), mata-hari (dapat dipenggal "mata-hari").
Ini menjaga integritas setiap kata pembentuknya.
Contoh: ru-mah-sa-kit, du-ta-be-sar, ma-ta-ha-ri.
Namun, sangat disarankan untuk tidak memenggal di tengah unsur jika memungkinkan, karena bisa mengurangi kejelasan sebagai kata majemuk.
Contoh: ber-te-pu-tang-an (ber- + tepu tangan), me-ngem-bang-bi-ak-kan (me- + kembang biak + -kan).
Prioritas adalah memisahkan imbuhan terlebih dahulu, kemudian memenggal di dalam unsur kata majemuk sesuai kaidah.
6. Pemenggalan Kata Serapan
Kata serapan adalah kata-kata dari bahasa asing yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Pemenggalan kata serapan mengikuti kaidah pemenggalan Bahasa Indonesia sebisa mungkin. Namun, ada beberapa pengecualian atau penyesuaian untuk mempertahankan bunyi aslinya atau untuk menghindari pemenggalan yang janggal.
- Mengikuti Kaidah Bahasa Indonesia: Umumnya, kata serapan dipenggal seperti kata asli Bahasa Indonesia, berdasarkan suku kata.
- Konsonan Rangkap Asing: Beberapa konsonan rangkap dari bahasa asing, seperti str, pr, kl, kr, gr, dan tr, yang biasanya tidak dipisah dalam bahasa asalnya, di Bahasa Indonesia tetap dipenggal sesuai aturan suku kata jika tidak membentuk satu bunyi. Namun, seringkali diperlakukan sebagai satu kesatuan jika berada di awal suku kata yang tak terpisahkan.
- Akhiran Asing: Akhiran dari bahasa asing, seperti -isme, -isasi, -or, -asi, -logi, dan -grafi, seringkali dipenggal sebagai satu kesatuan.
Contoh: kom-pu-ter (dari Inggris "computer"), ak-ti-vi-tas (dari Inggris "activity"), pro-gra-ma (dari Inggris "program").
Contoh: in-stru-men (bukan ins-tru-men), op-ti-mal (bukan op-tim-al), kom-pleks (bukan kom-ple-ks).
PUEBI cenderung mengutamakan pemenggalan fonologis sesuai bunyi Bahasa Indonesia, namun tetap memperhatikan bentuk kata asal untuk menghindari pemenggalan yang aneh.
Contoh: na-sio-na-lis-me, or-ga-ni-sa-si, pro-fek-tor, kom-mu-ni-ka-si, bio-lo-gi, fo-to-gra-fi.
Hal ini dilakukan untuk menjaga kejelasan morfem asing tersebut.
Fleksibilitas dalam pemenggalan kata serapan adalah tantangan tersendiri. Ketika ragu, selalu lebih baik mengacu pada kamus atau pedoman baku yang telah menyertakan contoh-contoh pemenggalan untuk kata serapan umum.
7. Kata yang Tidak Boleh Dipenggal
Ada beberapa jenis kata atau bagian dari teks yang tidak boleh dipenggal sama sekali, demi menjaga kejelasan dan konsistensi:
- Singkatan dan Akronim: Singkatan seperti ABRI, PBB, PT, dan akronim seperti radar, tilang tidak boleh dipenggal.
- Angka dan Simbol: Angka (baik ditulis dalam digit maupun huruf) dan simbol tidak boleh dipenggal.
- Nama Diri: Nama orang, tempat, atau organisasi tidak boleh dipenggal jika penulisan tersebut akan memisahkan nama dari bagian lain yang membentuk kesatuan.
Contoh: PBB (bukan P-BB), PT (bukan P-T), radar (bukan ra-dar).
Ini untuk menjaga integritas unit makna atau nama tersebut.
Contoh: 1.000 (bukan 1.-000), Rp100.000,00 (bukan Rp100.-000,00), 20% (bukan 2-0%).
Memenggal angka atau simbol akan merusak format dan makna yang intended.
Contoh: Joko Widodo (bukan Joko Wi-dodo), Jakarta Selatan (bukan Jakarta Se-latan).
Nama diri harus tetap utuh untuk menghindari ambiguitas atau ketidakbakuan.
Dengan menguasai aturan-aturan ini, seorang penulis dapat memastikan bahwa teksnya tidak hanya benar secara gramatikal tetapi juga nyaman dibaca dan tampak profesional.
Mengapa Pemenggalan Kata itu Penting?
Pemenggalan kata seringkali dianggap sepele, hanya detail kecil dalam proses penulisan. Namun, kepentingannya jauh melampaui sekadar aspek teknis. Pemenggalan kata yang benar memiliki dampak signifikan pada berbagai aspek teks, mulai dari keterbacaan hingga persepsi profesionalisme.
1. Keterbacaan dan Kelancaran Membaca (Readability)
Tujuan utama pemenggalan kata adalah untuk meningkatkan keterbacaan teks. Ketika sebuah kata panjang harus dipindahkan ke baris berikutnya, pemenggalan yang tepat membantu pembaca untuk mengenali bagian kata yang terpotong dan dengan mudah melanjutkannya di baris selanjutnya tanpa jeda kognitif yang berarti. Pemenggalan yang salah dapat mengganggu alur baca, membuat pembaca harus berhenti sejenak untuk memahami kata yang terpecah, sehingga mengurangi kecepatan dan efisiensi membaca.
Misalnya, memenggal kom-pu-ter jauh lebih intuitif daripada komput-er atau kom-puter. Pemisahan yang tidak sesuai dengan suku kata alami atau fonetik bahasa akan terasa janggal dan menghambat pemahaman. Ini seperti ketika kita tersandung saat berjalan; pemenggalan yang salah membuat pembaca 'tersandung' saat membaca, mengurangi pengalaman membaca yang mulus.
2. Estetika Tata Letak (Layout Aesthetics)
Dalam desain grafis dan tata letak publikasi, baik cetak maupun digital, kerapian visual adalah segalanya. Teks yang rapi, dengan kolom yang rata (justified) dan spasi antar kata yang konsisten, jauh lebih menarik dan profesional. Pemenggalan kata adalah alat vital untuk mencapai tujuan ini.
- Menghindari "Sungai" Putih: Tanpa pemenggalan kata, ketika teks dirata kiri-kanan (justified), perangkat lunak tata letak akan memaksakan spasi yang sangat lebar di antara kata-kata untuk mengisi baris. Ini menciptakan "sungai" putih yang mengalir secara vertikal atau diagonal melalui teks, sangat mengganggu estetika dan keterbacaan. Pemenggalan memungkinkan kata-kata panjang dipecah, sehingga spasi antar kata dapat tetap seragam dan tidak terlalu lebar.
- Konsistensi Kolom: Untuk media cetak seperti koran, majalah, atau buku, di mana ruang sangat terbatas, pemenggalan kata memungkinkan teks mengisi kolom secara efisien tanpa mengorbankan keterbacaan. Ini juga memastikan bahwa tepi kolom terlihat bersih dan rapi.
- Profesionalisme Desain: Tata letak yang cermat, termasuk penggunaan pemenggalan kata yang benar, mencerminkan perhatian terhadap detail dan standar profesionalisme yang tinggi. Ini membangun kredibilitas bagi publikasi atau penulis.
3. Penghematan Ruang (Space Efficiency)
Meski tidak sejelas dulu di era cetak, penghematan ruang tetap relevan. Dalam format cetak, memenggal kata dapat mengurangi kebutuhan untuk baris baru yang tidak perlu, sehingga menghemat kertas dan ruang fisik. Dalam konteks digital, meskipun ruang virtual tak terbatas, penggunaan ruang yang efisien pada layar kecil (misalnya di ponsel) tetap penting. Pemenggalan kata membantu menjaga agar teks tidak terlalu sering pindah baris secara tiba-tiba atau menciptakan baris-baris yang sangat pendek yang tidak enak dipandang.
4. Menghindari Ambiguitas dan Kesalahpahaman
Pemenggalan yang salah dapat secara tidak sengaja mengubah makna kata, atau setidaknya membuat pembaca kebingungan. Meskipun ini jarang terjadi dengan kata-kata umum, dalam beberapa kasus, pemisahan yang tidak tepat dapat menciptakan persepsi kata yang berbeda atau memutus suatu frasa idiomatik. Misalnya, memenggal pe-nga-wit (awetan) menjadi peng-awit (orang yang mengawit) dapat membingungkan, meskipun kasus seperti ini biasanya ditangani oleh aturan pemenggalan imbuhan.
PUEBI dirancang untuk mencegah ambiguitas semacam ini dengan menetapkan aturan yang jelas, terutama dalam pemisahan imbuhan dan kata dasar.
5. Konsistensi dalam Publikasi
Setiap publikasi atau media massa memiliki standar editorialnya sendiri. Mematuhi aturan pemenggalan kata yang baku adalah bagian dari upaya menjaga konsistensi gaya penulisan di seluruh materi yang diterbitkan. Konsistensi ini membangun identitas merek dan profesionalisme media tersebut.
Baik itu koran, majalah, situs web berita, atau buku, standar pemenggalan kata yang jelas memastikan bahwa semua konten yang diterbitkan memiliki kualitas tata bahasa dan tata letak yang seragam, memberikan pengalaman membaca yang andal kepada audiens.
6. Pentingnya di Era Digital dan Desain Responsif
Di era digital, di mana teks harus ditampilkan dengan rapi di berbagai ukuran layar—dari desktop lebar hingga ponsel kecil—pemenggalan kata menjadi semakin relevan. Fitur CSS hyphenation (yang akan kita bahas lebih lanjut) memungkinkan peramban web memenggal kata secara otomatis. Namun, efektivitas fitur ini sangat bergantung pada kamus pemenggalan yang akurat dan implementasi yang benar pada tingkat bahasa.
Tanpa pemenggalan otomatis yang efektif, teks pada layar kecil dapat terlihat sangat buruk, dengan kata-kata panjang yang membuat baris terlalu pendek atau justru terlalu panjang meluber keluar dari kontainer teks. Pemenggalan yang tepat adalah bagian integral dari desain responsif yang baik, memastikan teks tetap terbaca dan estetik di mana pun ia ditampilkan.
Singkatnya, pemenggalan kata bukan hanya soal memotong kata; ini adalah tentang menjaga integritas bahasa, memastikan komunikasi yang efektif, dan menghadirkan pengalaman membaca yang menyenangkan dan profesional. Mengabaikan aturan ini sama dengan mengabaikan salah satu pilar dasar dari tata tulis yang baik.
Tantangan dan Kesalahan Umum dalam Pemenggalan Kata
Meskipun aturan pemenggalan kata dalam Bahasa Indonesia sudah cukup jelas dan terstandarisasi melalui PUEBI, praktiknya seringkali menghadapi tantangan dan kesalahan umum. Kompleksitas bahasa, kata serapan, dan kebiasaan menulis dapat menjadi faktor penyebabnya.
1. Kebingungan dengan Diftong dan Vokal Berurutan
Salah satu kesalahan paling sering adalah memenggal diftong (seperti ai, au, oi) seolah-olah mereka adalah dua huruf vokal terpisah. Padahal, diftong adalah satu kesatuan bunyi yang tidak boleh dipisahkan.
Salah: ker-a-bau (harusnya ker-bau), sur-ve-i (harusnya sur-vei)
Benar: ker-bau, sur-vei
Sebaliknya, ada juga vokal berurutan yang memang harus dipenggal, misalnya buah menjadi bu-ah, bukan buah (tanpa pemenggalan). Membedakan antara diftong dan vokal berurutan memerlukan pemahaman fonologi dasar Bahasa Indonesia.
2. Pemenggalan Imbuhan yang Tidak Tepat
Imbuhan seringkali menjadi sumber kesalahan, terutama imbuhan yang mengalami perubahan bentuk (mem-, men-, meng-, meny-). Kadang-kadang penulis mencoba memisahkan awalan dasar me- dari perubahan bentuknya.
Salah: me-mam-baca (harusnya mem-ba-ca), me-ng-ambil (harusnya me-ngam-bil)
Benar: mem-ba-ca, me-ngam-bil
Aturan PUEBI jelas: imbuhan adalah satu kesatuan, termasuk bentuk-bentuk perubahan morfofonemiknya. Pemenggalan terjadi di antara imbuhan dan kata dasar, atau di dalam kata dasar itu sendiri.
3. Perlakuan Kata Serapan yang Inkonsisten
Kata-kata serapan seringkali membawa struktur fonologis dari bahasa asalnya yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan aturan pemenggalan Bahasa Indonesia. Kecenderungan untuk memenggal sesuai kebiasaan bahasa asal atau justru terlalu kaku mengikuti aturan Bahasa Indonesia bisa menimbulkan masalah.
Salah: in-strumen (harusnya in-stru-men), psy-chology (harusnya psi-ko-lo-gi)
Benar: in-stru-men, psi-ko-lo-gi
PUEBI menganjurkan agar kata serapan dipenggal mengikuti kaidah Bahasa Indonesia sejauh mungkin, kecuali jika pemenggalan tersebut sangat mengganggu identitas kata serapan itu sendiri. Konsultasi kamus seringkali menjadi jalan keluar terbaik di sini.
4. Pemenggalan yang Mengakibatkan Ambiguitas Makna (Jarang Tapi Mungkin)
Meskipun tidak terlalu sering, pemenggalan yang salah kadang-kadang dapat menghasilkan pembacaan ganda atau ambiguitas. Misalnya, jika sebuah kata bisa dipenggal menjadi dua kata yang berbeda maknanya.
Contoh yang sering disebut adalah kata tera-pi (terapi) versus te-rapi (tidak rapi). Walaupun dalam praktiknya konteks kalimat biasanya menghilangkan ambiguitas ini, kaidah pemenggalan baku bertujuan untuk mencegahnya sejak awal.
Pemenggalan yang tepat akan selalu mengutamakan pemisahan suku kata yang paling alami dan tidak berpotensi menimbulkan makna lain.
5. Terlalu Bergantung pada Alat Otomatis
Di era digital, banyak aplikasi pengolah kata dan peramban web memiliki fitur pemenggalan otomatis. Namun, alat-alat ini tidak selalu sempurna, terutama untuk Bahasa Indonesia yang kompleks dan kaya akan kata serapan serta imbuhan. Ketergantungan penuh pada fitur otomatis tanpa pemeriksaan manual bisa menghasilkan pemenggalan yang keliru.
Sebagai contoh, beberapa perangkat lunak mungkin memenggal kata berdasarkan kamus bahasa Inggris, yang tentu saja tidak sesuai dengan PUEBI. Oleh karena itu, verifikasi manual oleh penulis atau editor tetap penting.
6. Kurangnya Pemahaman tentang Struktur Suku Kata
Dasar dari semua pemenggalan adalah pemahaman tentang suku kata. Jika penulis tidak familiar dengan bagaimana kata-kata Bahasa Indonesia terbagi menjadi suku kata, kesalahan pemenggalan akan mudah terjadi.
Salah: ka-m-pung (harusnya kam-pung), per-m-ain-an (harusnya per-ma-in-an)
Benar: kam-pung, per-ma-in-an
Memahami bahwa setiap suku kata harus memiliki setidaknya satu vokal dan bagaimana konsonan berinteraksi dengan vokal adalah fundamental.
Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan latihan, kehati-hatian, dan kemauan untuk selalu mengacu pada pedoman baku seperti PUEBI. Dengan begitu, kualitas tulisan tidak hanya terjaga, tetapi juga menunjukkan profesionalisme penulis dalam berbahasa.
Pemenggalan Kata dalam Konteks Digital
Era digital telah mengubah banyak aspek penulisan dan publikasi. Teks kini harus ditampilkan secara fleksibel di berbagai perangkat dengan ukuran layar yang berbeda. Dalam konteks ini, pemenggalan kata memainkan peran krusial dalam menjaga keterbacaan dan estetika, terutama untuk desain responsif.
1. CSS `hyphens` Property
Dalam pengembangan web, CSS (Cascading Style Sheets) menyediakan properti hyphens yang memungkinkan peramban web untuk secara otomatis memenggal kata di akhir baris. Properti ini dapat memiliki tiga nilai:
none: Pemenggalan kata dinonaktifkan. Kata-kata panjang akan meluber keluar dari kontainer atau memaksa baris baru tanpa pemenggalan.manual: Pemenggalan hanya terjadi pada tanda hubung (-) atau karakter ­ (soft hyphen) yang dimasukkan secara manual oleh penulis.auto: Peramban web secara otomatis memenggal kata di akhir baris sesuai dengan kamus bahasa yang ditetapkan untuk elemen tersebut (melalui atribut lang pada HTML).
p {
text-align: justify;
-webkit-hyphens: auto; /* Untuk kompatibilitas browser lama Safari/Chrome */
-moz-hyphens: auto; /* Untuk kompatibilitas browser lama Firefox */
hyphens: auto;
lang: id; /* Penting untuk menentukan bahasa */
}
Tantangan dan Dukungan Browser: Meskipun properti `hyphens` sangat berguna, implementasinya bervariasi antar peramban. Tidak semua peramban memiliki kamus pemenggalan yang lengkap dan akurat untuk setiap bahasa, termasuk Bahasa Indonesia. Beberapa peramban mungkin memenggal dengan benar, sementara yang lain mungkin melakukan kesalahan atau tidak memenggal sama sekali. Oleh karena itu, pengujian lintas peramban sangat dianjurkan.
Pentingnya atribut lang="id" pada elemen HTML adalah untuk memberi tahu peramban bahwa teks tersebut adalah Bahasa Indonesia, sehingga peramban dapat memilih kamus pemenggalan yang sesuai jika tersedia.
2. Perangkat Lunak Pengolah Kata
Aplikasi seperti Microsoft Word, Google Docs, dan LibreOffice Writer juga memiliki fitur pemenggalan kata otomatis. Pengguna dapat mengaktifkan fitur ini dan, dalam beberapa kasus, menyesuaikan preferensi pemenggalan:
- Otomatis: Perangkat lunak akan memenggal kata secara otomatis di seluruh dokumen.
- Manual: Perangkat lunak akan meminta konfirmasi pengguna untuk setiap pemenggalan yang disarankan.
- Zona Pemenggalan: Pengguna dapat menentukan "zona pemenggalan," yaitu seberapa jauh dari margin sebuah kata dapat dimulai sebelum dipenggal.
Seperti halnya peramban web, akurasi pemenggalan otomatis di perangkat lunak ini bergantung pada kamus bahasa yang terinstal dan kualitas algoritmanya. Disarankan untuk selalu memeriksa kembali hasil pemenggalan otomatis, terutama pada dokumen-dokumen formal atau yang memerlukan ketelitian tinggi.
3. Editor Kode dan Pengatur Pemenggalan Baris
Bagi programmer atau penulis yang menggunakan editor kode atau teks polos, pemenggalan kata dalam arti pemisahan baris (line wrapping) juga penting. Fitur soft wrap atau word wrap di editor kode membantu agar baris kode atau teks panjang tidak meluber ke samping dan tetap terlihat di dalam jendela editor tanpa perlu menggulir horizontal. Meskipun ini bukan pemenggalan kata linguistik dengan tanda hubung, prinsip dasarnya sama: menjaga keterbacaan dalam batasan ruang visual.
Editor modern seringkali dapat dikonfigurasi untuk memecah baris pada batas kata, sehingga kata tidak terpotong di tengah.
4. Dampak pada SEO dan Pencarian
Dalam konteks SEO (Search Engine Optimization), pemenggalan kata yang benar pada konten web mungkin tidak secara langsung memengaruhi peringkat. Mesin pencari biasanya cukup pintar untuk memahami kata-kata yang dipenggal atau dipisah dengan tanda hubung. Namun, kualitas teks secara keseluruhan, termasuk keterbacaan yang ditingkatkan oleh pemenggalan yang benar, dapat memengaruhi metrik pengalaman pengguna seperti waktu di halaman (time on page) dan tingkat pentalan (bounce rate), yang secara tidak langsung dapat memengaruhi SEO.
Menjaga teks tetap rapi dan mudah dibaca adalah investasi jangka panjang untuk pengalaman pengguna yang positif dan, pada akhirnya, kesuksesan digital.
Secara keseluruhan, pemenggalan kata di era digital bukan lagi hanya tugas manual desainer tata letak, tetapi menjadi bagian dari algoritma dan properti perangkat lunak. Namun, pemahaman manusia tentang aturan dasar tetap esensial untuk memverifikasi dan mengoptimalkan hasil otomatisasi ini.
Perbandingan dengan Pemenggalan Kata dalam Bahasa Lain
Aturan pemenggalan kata tidak bersifat universal; setiap bahasa memiliki kaidah dan kekhasannya sendiri, yang seringkali mencerminkan struktur fonologis dan morfologis bahasa tersebut. Membandingkan pemenggalan dalam Bahasa Indonesia dengan bahasa lain dapat memberikan perspektif yang lebih dalam tentang keunikan PUEBI dan tantangan dalam penerjemahan atau adaptasi.
1. Bahasa Inggris
Bahasa Inggris memiliki aturan pemenggalan yang cukup kompleks dan seringkali tidak seintuitif Bahasa Indonesia yang sebagian besar berdasarkan suku kata. Beberapa karakteristik pemenggalan Bahasa Inggris:
- Berdasarkan Morfologi: Prioritas utama adalah memisahkan awalan dan akhiran dari akar kata (misalnya, un-happy, walk-ing).
- Suku Kata dan Bunyi: Pemenggalan juga mengikuti suku kata, tetapi dengan banyak pengecualian dan perhatian pada bunyi vokal. Sebuah konsonan sering dipindahkan ke suku kata berikutnya jika ia memulai suku kata tersebut (misalnya, com-pu-ter).
- Ejaan Tidak Konsisten: Karena ejaan Bahasa Inggris yang tidak selalu fonetik, pemenggalan kadang tidak bisa diprediksi hanya dari ejaan.
- Penggunaan Kamus: Penutur asli sering mengandalkan kamus untuk pemenggalan yang benar karena keragaman kata dan pengecualian.
Contoh: hy-phen-a-tion, knowl-edge, syn-chro-nize
Dibandingkan Bahasa Indonesia, di mana vokal dan konsonan sering dipisah secara lebih langsung (ko-mo-do), Bahasa Inggris sering memisahkan vokal dan konsonan dengan cara yang kadang terlihat tidak langsung dari sudut pandang Bahasa Indonesia.
2. Bahasa Jerman
Bahasa Jerman dikenal dengan kata-kata majemuknya yang sangat panjang. Aturan pemenggalan kata mereka relatif ketat dan logis:
- Berdasarkan Suku Kata: Pemenggalan sebagian besar mengikuti suku kata.
- Memisahkan Kata Majemuk: Kata majemuk selalu dapat dipenggal di antara unsur-unsur pembentuknya (misalnya, Haus-tür dari Haustür "pintu rumah").
- Konsonan Rangkap: Gabungan konsonan tertentu (misalnya ck, ch, sch, ph, rh, th) tidak boleh dipisah. Namun, konsonan rangkap yang sama (nn, mm) dipisah di antara keduanya (misalnya, Som-mer).
Contoh: Was-ser (air), Fens-ter (jendela), Sprach-kurs (kursus bahasa)
Kekakuannya dalam memisahkan kata majemuk adalah perbedaan mencolok dari Bahasa Indonesia yang cenderung lebih fleksibel dalam memenggal di dalam unsur kata majemuk.
3. Bahasa Jepang
Bahasa Jepang, yang menggunakan sistem penulisan Hiragana, Katakana, dan Kanji, memiliki pendekatan yang sangat berbeda terhadap pemenggalan kata.
- Unit Kana: Pemenggalan (dalam konteks pemindahan baris) umumnya terjadi pada unit-unit mora atau kana. Setiap karakter Hiragana/Katakana mewakili satu suku kata atau mora, dan pemisahan biasanya terjadi antar unit-unit ini.
- Tidak Ada Tanda Hubung: Secara tradisional, Bahasa Jepang tidak menggunakan tanda hubung untuk memenggal kata. Ketika sebuah kata terlalu panjang, ia hanya dipindahkan ke baris berikutnya pada batas karakter atau suku kata terdekat yang tidak mengganggu.
- Kanji: Kata-kata yang ditulis dengan Kanji biasanya dipecah di antara karakter Kanji atau antara Kanji dan Hiragana.
Contoh: こ-ん-に-ち-は (kon-ni-chi-wa - halo)
Perbedaan paling signifikan adalah tidak adanya tanda hubung fisik. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pemenggalan visual dengan tanda hubung sangat terkait dengan sistem penulisan alfabetis.
4. Bahasa Arab
Sama seperti Jepang, Bahasa Arab memiliki sistem penulisan yang tidak menggunakan tanda hubung untuk pemenggalan kata di akhir baris. Teks Arab biasanya dirata kiri-kanan dengan meregangkan garis-garis penghubung antar huruf (teknik kashida) atau dengan menyesuaikan spasi huruf, bukan dengan memenggal kata.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa aturan pemenggalan sangat terikat pada struktur fonologis, morfologis, dan bahkan sistem penulisan suatu bahasa. Bahasa Indonesia, dengan sistem alfabetis dan struktur suku kata yang relatif konsisten, memiliki aturan yang cukup logis dan dapat dipelajari, meskipun tetap memerlukan perhatian terhadap detail untuk menghindari kesalahan umum.
Tips dan Praktik Terbaik dalam Pemenggalan Kata
Untuk memastikan tulisan Anda selalu rapi, mudah dibaca, dan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, ada beberapa tips dan praktik terbaik yang dapat Anda terapkan dalam pemenggalan kata.
1. Prioritaskan Keterbacaan
Selalu tempatkan keterbacaan sebagai prioritas utama. Pemenggalan yang benar adalah yang membantu pembaca memproses informasi dengan mulus. Jika sebuah pemenggalan, meskipun secara teknis benar, terasa janggal atau mengganggu alur baca, pertimbangkan untuk menyusun ulang kalimat atau mencari titik pemenggalan alternatif (jika ada).
Hindari pemenggalan yang menghasilkan suku kata yang sangat pendek di akhir baris atau di awal baris berikutnya, karena ini bisa mengganggu. Misalnya, jika hanya satu huruf vokal yang tersisa di akhir baris, atau satu huruf di awal baris, sebaiknya hindari.
Hindari: pen-ja-min-a (jika 'a' adalah satu-satunya huruf di baris berikutnya)
Lebih baik: pen-ja-min-an (jika memungkinkan)
2. Gunakan PUEBI sebagai Acuan Utama
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah standar baku untuk penulisan dalam Bahasa Indonesia. Ketika Anda ragu, selalu kembali ke PUEBI. Banyak situs web dan aplikasi juga menyediakan versi digital PUEBI yang mudah diakses.
Bacalah bagian tentang pemenggalan kata secara berkala untuk menyegarkan ingatan Anda tentang aturan-aturan, terutama yang berkaitan dengan diftong, gabungan konsonan, dan imbuhan.
3. Konsultasi Kamus dan Sumber Tepercaya
Untuk kata-kata yang kompleks atau kata serapan yang jarang, kamus (terutama Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI) dapat menjadi sumber yang sangat baik. KBBI seringkali menyertakan pemenggalan suku kata untuk setiap entri, yang bisa sangat membantu.
Selain KBBI, ada banyak panduan tata bahasa dan situs web kebahasaan terkemuka yang dapat Anda manfaatkan. Pastikan sumber yang Anda gunakan adalah sumber yang tepercaya dan mengacu pada PUEBI.
4. Latih Sensitivitas Fonologis
Pemenggalan kata pada dasarnya adalah tentang memecah kata berdasarkan bunyi atau suku kata. Latihlah kemampuan Anda untuk "mendengar" bagaimana sebuah kata dipenggal secara alami. Ucapkan kata dengan keras dan perhatikan di mana jeda alami terjadi. Ini dapat sangat membantu, terutama untuk kata-kata yang tidak berimbuhan atau kata serapan yang sudah umum.
Misalnya, saat mengucapkan "universitas," Anda akan secara alami merasakan jeda di "u-ni-ver-si-tas," bukan "uni-ver-sit-as."
5. Gunakan Alat Otomatis dengan Hati-hati
Fitur pemenggalan otomatis di perangkat lunak pengolah kata atau web (CSS `hyphens`) adalah alat yang hebat untuk menghemat waktu. Namun, jangan pernah mengandalkan sepenuhnya. Selalu lakukan pemeriksaan akhir pada dokumen Anda untuk memastikan tidak ada pemenggalan yang salah atau janggal.
Jika Anda menggunakan CSS `hyphens`, pastikan atribut lang="id" telah diatur dengan benar pada elemen HTML yang relevan agar peramban dapat menggunakan kamus Bahasa Indonesia yang sesuai.
6. Revisi dan Sunting (Proofread)
Setelah Anda selesai menulis, luangkan waktu untuk merevisi dan menyunting. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan saat proofreading adalah pemenggalan kata. Perhatikan akhir setiap baris, terutama pada paragraf yang dirata kiri-kanan, dan periksa apakah pemenggalan terlihat benar dan tidak mengganggu.
Membaca teks dari bawah ke atas atau dalam urutan terbalik dapat membantu Anda fokus pada kata-kata individu dan menemukan kesalahan yang mungkin terlewat jika membaca secara normal.
7. Pahami Konteks Publikasi
Terkadang, ada sedikit perbedaan dalam "gaya" pemenggalan yang diadopsi oleh publikasi tertentu (misalnya, koran vs. jurnal ilmiah). Selalu periksa panduan gaya (style guide) dari publikasi atau platform tempat Anda menulis, jika ada. Meskipun PUEBI adalah standar baku, ada kalanya publikasi memiliki preferensi minor dalam implementasinya.
Dengan menerapkan tips dan praktik terbaik ini, Anda tidak hanya akan meningkatkan kualitas teknis tulisan Anda tetapi juga membangun reputasi sebagai penulis yang cermat dan profesional.
Pemenggalan dalam Konteks Non-Linguistik: Sebuah Tinjaun Singkat
Meskipun fokus utama artikel ini adalah pemenggalan kata dalam kaidah linguistik, kata "pemenggalan" itu sendiri memiliki makna yang lebih luas dalam Bahasa Indonesia, yang mencakup konteks non-linguistik. Penting untuk mengakui variasi makna ini untuk pemahaman yang komprehensif terhadap kata kunci kita.
1. Pemenggalan sebagai Tindakan Memisahkan Kepala dari Tubuh
Secara harfiah, pemenggalan dapat merujuk pada tindakan memisahkan kepala dari tubuh, baik itu sebagai bentuk hukuman mati atau tindakan kekerasan brutal. Konteks ini, meskipun jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari dan sangat sensitif, merupakan makna historis dan literal yang tidak dapat diabaikan.
Dalam sejarah peradaban, praktik pemenggalan sebagai bentuk hukuman telah ada di berbagai budaya dan kerajaan, dari zaman kuno hingga periode modern awal. Metode ini seringkali dianggap sebagai bentuk eksekusi yang cepat dan efektif, meskipun tetap kejam. Namun, pembahasan lebih lanjut mengenai aspek ini berada di luar cakupan artikel linguistik ini, dan hanya disebutkan untuk kelengkapan definisi kata.
2. Pemenggalan dalam Arti Figuratif
Selain makna harfiah yang mengerikan, "pemenggalan" juga sering digunakan dalam arti figuratif atau metaforis untuk menggambarkan tindakan memotong, mengurangi secara drastis, atau menghilangkan bagian penting dari sesuatu. Konteks ini jauh lebih umum dalam wacana publik dan media.
- Pemenggalan Anggaran: Istilah ini sering muncul dalam berita ekonomi atau politik, mengacu pada pemotongan atau pengurangan signifikan terhadap alokasi dana untuk suatu program atau departemen.
- Pemenggalan Cerita/Narasi: Dalam kritik sastra atau film, istilah ini bisa digunakan untuk menggambarkan penghilangan bagian krusial dari sebuah cerita, yang dapat mengubah alur atau makna keseluruhan.
- Pemenggalan Wewenang/Struktur: Kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan pengurangan drastis wewenang atau perampingan struktur organisasi, yang dapat "memenggal" kekuatan atau fungsi tertentu.
Contoh: "Pemerintah melakukan pemenggalan anggaran untuk proyek infrastruktur yang dinilai tidak prioritas."
Dalam konteks ini, 'pemenggalan' menyiratkan pengurangan yang tajam dan mungkin menyakitkan.
Contoh: "Penulis dituduh melakukan pemenggalan cerita yang vital, meninggalkan banyak pertanyaan tak terjawab di benak pembaca."
Di sini, pemenggalan berarti pemotongan yang merusak keutuhan atau koherensi.
Contoh: "Reformasi tersebut mengakibatkan pemenggalan wewenang dari beberapa kementerian."
Dalam semua contoh figuratif ini, makna dasar "memotong" atau "mengurangi" tetap ada, tetapi diterapkan pada objek non-fisik seperti anggaran, cerita, atau wewenang. Ini menunjukkan kekayaan Bahasa Indonesia dalam menggunakan metafora untuk menyampaikan konsep-konsep kompleks.
Meskipun makna-makna non-linguistik ini penting untuk memahami cakupan penuh dari kata "pemenggalan," inti dari artikel ini tetap berpusat pada perannya yang krusial dalam tata tulis dan komunikasi yang efektif melalui pemisahan kata yang benar.
Kesimpulan: Keutamaan Pemenggalan Kata yang Benar
Pemenggalan kata, sebuah praktik yang sering luput dari perhatian, ternyata memegang peranan vital dalam menjaga kualitas dan profesionalisme sebuah tulisan. Dari keterbacaan yang mulus, estetika tata letak yang menarik, hingga kejelasan makna, setiap aspek ini sangat bergantung pada pemahaman dan penerapan aturan pemenggalan kata yang benar.
Melalui perjalanan kita menelusuri sejarah, memahami kaidah PUEBI yang rinci—mulai dari pemisahan suku kata, penanganan diftong dan imbuhan, hingga aturan untuk kata majemuk dan serapan—jelas bahwa pemenggalan kata bukan sekadar tanda hubung di akhir baris. Ini adalah sebuah sistem yang terstruktur, dirancang untuk mengoptimalkan interaksi pembaca dengan teks.
Di era digital, di mana teks harus beradaptasi dengan beragam platform dan ukuran layar, pemenggalan kata menjadi semakin relevan, bahkan ketika fitur otomatis mengambil alih sebagian tugas ini. Namun, kemampuan kritis dan intervensi manusia tetap tak tergantikan untuk memastikan akurasi dan konteks.
Dengan menguasai seni dan ilmu pemenggalan kata, seorang penulis tidak hanya menunjukkan kepatuhan pada kaidah kebahasaan tetapi juga komitmen terhadap komunikasi yang efektif dan pengalaman membaca yang superior. Mari kita jadikan pemenggalan kata yang benar sebagai standar dalam setiap karya tulis kita, sebagai bentuk penghargaan terhadap keindahan dan ketertiban Bahasa Indonesia.