"Masuk angin" adalah istilah awam yang sangat populer di Indonesia untuk menggambarkan kondisi ketidaknyamanan tubuh, sering kali disertai rasa tidak enak badan, kembung, atau pegal-pegal. Namun, ketika sensasi tersebut terpusat di area dada, banyak orang mulai bertanya-tanya. Apakah ini benar-benar hanya masuk angin, atau ada kondisi lain yang perlu diwaspadai? Memahami penyebab masuk angin di dada sangat penting untuk penanganan yang tepat.
Secara terminologi medis Barat, "masuk angin" tidak dikenal secara spesifik. Kondisi yang dirasakan biasanya merupakan kumpulan gejala yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan suhu, kelelahan, atau gangguan pencernaan ringan. Ketika gejala ini muncul di dada, seringkali merujuk pada rasa tidak nyaman, berat, atau seperti ada tekanan di area tersebut, yang sering dikaitkan dengan perut kembung atau akumulasi gas.
Penyebab utama yang sering dikaitkan dengan sensasi ini meliputi:
Sensasi "angin" yang terasa menusuk atau mengganjal di dada jarang terjadi tanpa pemicu. Berikut adalah beberapa faktor gaya hidup yang sering memperburuk kondisi ini:
Usus kita memerlukan waktu untuk memproses makanan. Makan terlalu cepat, menelan banyak udara saat makan (aerofagia), atau mengonsumsi makanan yang menghasilkan banyak gas (seperti kacang-kacangan, brokoli, atau minuman bersoda) akan meningkatkan produksi gas dalam sistem pencernaan. Gas yang terperangkap ini dapat memberikan tekanan ke atas menuju diafragma (sekat antara dada dan perut), sehingga menimbulkan sensasi nyeri atau "seperti tertekan" di dada yang kita sebut masuk angin.
Hubungan antara pikiran dan perut sangat erat. Ketika seseorang mengalami stres atau kecemasan tinggi, tubuh melepaskan hormon yang dapat memengaruhi motilitas usus. Beberapa orang menjadi lebih rentan terhadap kembung atau GERD (penyakit asam lambung) saat cemas. Perlu dicatat, rasa nyeri dada akibat GERD seringkali mirip dengan sensasi masuk angin yang parah.
Aktivitas fisik membantu mendorong pergerakan gas dan makanan dalam saluran pencernaan. Gaya hidup yang terlalu banyak duduk atau kurang bergerak dapat membuat gas lebih mudah terperangkap. Ketika Anda bergerak, tekanan gas cenderung dilepaskan melalui sendawa atau buang angin. Tanpa pergerakan, tekanan ini bertahan lebih lama di area dada bagian bawah.
Meskipun sebagian besar kasus rasa tidak nyaman di dada yang dikaitkan dengan masuk angin bersifat sementara dan tidak berbahaya, penting untuk tidak mengabaikannya jika gejala muncul tiba-tiba atau sangat intens. Rasa nyeri dada yang disebabkan oleh gangguan jantung (seperti angina atau serangan jantung) sering kali ditandai dengan gejala yang jauh lebih parah dan disertai gejala penyerta lainnya.
Jika rasa tidak nyaman di dada Anda disertai dengan gejala berikut, segera cari bantuan medis profesional:
Untuk mengatasi penyebab masuk angin di dada yang berasal dari faktor pencernaan ringan atau ketegangan, beberapa langkah mandiri dapat dilakukan: