Keberhasilan budidaya anggrek sangat bergantung pada medium dan wadah tanamnya. Pemilihan pot anggrek adalah langkah fundamental yang seringkali diremehkan oleh pemula. Anggrek, terutama jenis epifit seperti Phalaenopsis atau Dendrobium, tidak menyukai media yang menahan air terlalu lama. Akar mereka membutuhkan sirkulasi udara yang baik agar tidak cepat membusuk.
Secara tradisional, pot anggrek terbuat dari tanah liat atau keramik. Pot tanah liat memiliki keunggulan karena sifatnya yang berpori, memungkinkannya menyerap kelebihan air dan membantu menjaga akar tetap sejuk. Namun, pot jenis ini juga cepat kering, sehingga memerlukan frekuensi penyiraman yang lebih sering. Di sisi lain, pot plastik lebih ringan dan mempertahankan kelembaban lebih lama. Untuk anggrek, kuncinya adalah memastikan pot memiliki lubang drainase yang memadai di bagian bawah, bahkan jika Anda menggunakan pot dekoratif, pastikan ada pot di dalamnya yang dapat dikeluarkan untuk penyiraman.
Ilustrasi pot anggrek dengan sirkulasi udara yang baik.
Anggrek bukanlah tanaman yang tumbuh di tanah biasa. Mayoritas anggrek yang dijual adalah epifit, artinya mereka tumbuh menempel pada pohon di alam liar dan akarnya terpapar udara. Oleh karena itu, pot anggrek harus diisi dengan media yang sangat porous. Media tanam yang umum meliputi potongan kulit kayu (bark), sabut kelapa (cocopeat dalam jumlah minimal), perlite, atau sphagnum moss.
Pemilihan media sangat mempengaruhi jadwal penyiraman. Jika Anda menggunakan media berbasis kulit kayu besar, air akan cepat mengalir, dan Anda mungkin perlu menyiram setiap 3-5 hari. Sebaliknya, jika media Anda dominan sphagnum moss, media akan menahan kelembaban jauh lebih lama; penyiraman mungkin hanya diperlukan setiap 7-10 hari, tergantung kondisi lingkungan. Kesalahan fatal adalah menyiram saat media masih terasa basah. Selalu cek kelembaban dengan memasukkan jari atau tusuk sate ke dalam media. Jika masih ada kelembaban di kedalaman 2-3 cm, tunda penyiraman.
Setiap pot anggrek memiliki masa pakai. Setelah 1 hingga 3 tahun, media tanam akan mulai terdegradasi, memadat, dan menahan terlalu banyak air atau justru terlalu cepat lapuk. Ketika ini terjadi, akar anggrek akan kekurangan oksigen, yang memicu pembusukan akar (root rot).
Kapan saatnya mengganti pot?
Saat melakukan repotting, selalu gunakan pot baru atau bersihkan pot lama secara menyeluruh. Bersihkan semua media lama dari akar dengan lembut. Jika ada akar yang busuk (berwarna coklat gelap atau hitam dan lembek), potong bagian tersebut dengan pisau steril. Setelah repotting, jangan langsung menyiram; tunggu sekitar seminggu agar luka pada akar sempat mengering dan menutup.
Akar adalah indikator kesehatan utama tanaman anggrek Anda. Akar yang sehat biasanya berwarna hijau muda atau keperakan (ketika kering) dan tampak berisi. Akar yang terlalu sering kekurangan air akan terlihat keriput dan mengempis. Sebaliknya, jika akar terlalu basah dalam pot anggrek yang buruk, ia akan menjadi coklat atau hitam dan lunak.
Pastikan sinar matahari yang diterima cukup (namun tidak langsung terik) agar proses penguapan air di dalam pot berjalan optimal. Kombinasi antara pot anggrek yang ventilasinya baik, media yang tepat, dan jadwal penyiraman yang konsisten akan memastikan anggrek Anda mampu berbunga indah secara rutin. Merawat anggrek adalah tentang meniru kondisi alami mereka semirip mungkin di dalam wadah tanam tersebut.