Dalam lanskap ritel modern Indonesia yang didominasi oleh gerai-gerai minimarket modern, kehadiran Indomaret sudah menjadi pemandangan yang akrab di hampir setiap sudut perkotaan dan pedesaan yang ramai. Dengan strategi ekspansi yang agresif, jaringan minimarket ini telah menjangkau hampir seluruh wilayah nusantara, menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi jutaan masyarakat. Namun, luasnya negara kepulauan Indonesia, dengan tantangan geografis dan demografisnya, menciptakan situasi di mana beberapa provinsi mungkin masih memiliki tingkat penetrasi Indomaret yang relatif rendah, atau bahkan belum sepenuhnya tersentuh oleh jaringan mereka.
Pertanyaan mengenai provinsi mana saja di Indonesia yang tidak memiliki Indomaret, atau memiliki jangkauan yang sangat terbatas, seringkali memunculkan diskusi menarik. Secara umum, Indomaret memang telah berusaha keras untuk menjangkau berbagai daerah. Namun, fokus utama mereka cenderung pada area dengan kepadatan penduduk yang memadai dan potensi ekonomi yang dianggap lebih tinggi. Hal ini wajar dalam strategi bisnis ritel. Ketiadaan gerai Indomaret di suatu wilayah bukan berarti sepenuhnya tertutup dari pasokan barang kebutuhan, melainkan masyarakatnya mungkin masih mengandalkan pasar tradisional, warung kelontong milik pribadi, atau bentuk usaha ritel lokal lainnya yang telah lama berdiri dan berakar kuat di komunitas tersebut.
Beberapa faktor kunci berperan dalam menentukan apakah suatu provinsi akan menjadi target ekspansi Indomaret atau tidak:
Berdasarkan tren umum dan diskusi yang sering muncul, beberapa provinsi yang secara historis atau geografis memiliki tantangan lebih besar dalam menjangkau gerai Indomaret adalah yang berada di wilayah timur Indonesia atau kepulauan terluar. Wilayah seperti Papua dan beberapa pulau di Nusa Tenggara, misalnya, memiliki tantangan geografis yang signifikan. Medannya yang kompleks, jarak yang jauh antar pemukiman, serta biaya logistik yang tinggi dapat membuat pendirian dan operasionalisasi gerai Indomaret menjadi kurang ekonomis dibandingkan dengan wilayah lain di Jawa, Sumatera, atau Kalimantan.
Misalnya, di Papua, meskipun beberapa kota besar seperti Jayapura mungkin sudah memiliki gerai, menjangkau daerah-daerah pedalaman atau pulau-pulau kecil di sekitarnya akan sangat sulit. Penduduk di sana kemungkinan besar masih sangat mengandalkan sistem perdagangan tradisional yang lebih adaptif terhadap kondisi lokal. Demikian pula, di beberapa pulau di Nusa Tenggara Barat (NTB) atau Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tidak berbatasan langsung dengan Pulau Jawa atau memiliki pelabuhan besar, tingkat kehadiran Indomaret mungkin masih sangat minim.
Penting untuk dicatat bahwa lanskap ritel terus berkembang. Perusahaan seperti Indomaret terus melakukan evaluasi dan terkadang melakukan ekspansi ke area baru seiring dengan perbaikan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi lokal, dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, data mengenai provinsi tanpa Indomaret bisa saja berubah dari waktu ke waktu. Kehadiran minimarket modern seperti Indomaret memang memberikan kemudahan, namun keberlanjutan sistem perdagangan lokal juga memegang peranan penting dalam memastikan ketersediaan barang dan roda ekonomi di berbagai pelosok Indonesia.
Pada akhirnya, keberadaan atau ketiadaan Indomaret di suatu provinsi adalah cerminan dari kompleksitas distribusi, ekonomi, dan demografi di Indonesia. Meskipun jaringan minimarket ini telah menjadi simbol kemudahan modern, kekayaan ritel lokal dan adaptasi masyarakat terhadap kondisi geografis tetap menjadi pilar penting dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari di seluruh nusantara.