Dalam dunia penomoran, angka memiliki sejarah dan makna yang kaya. Salah satu sistem penomoran yang paling dikenal dan bertahan lama adalah sistem angka Romawi. Meskipun seringkali kita familiar dengan angka Romawi seperti I, V, X, L, C, D, dan M, ada satu angka yang seringkali menimbulkan kebingungan dan perdebatan: angka romawi 4. Biasanya ditulis sebagai IV, namun terkadang juga ditemui sebagai IIII. Keberadaan kedua bentuk ini menyimpan kisah menarik tentang evolusi dan praktik dalam penggunaan angka Romawi.
Perbandingan visual antara angka romawi 4 (IV) dan bentuk alternatifnya (IIII).
Sistem angka Romawi berasal dari Kekaisaran Romawi Kuno. Awalnya, sistem ini digunakan untuk keperluan administrasi, perdagangan, dan penandaan. Prinsip dasar penomoran Romawi adalah penjumlahan dan pengurangan nilai simbol. Simbol-simbol utama dan nilainya adalah:
Aturan penulisan angka Romawi yang paling umum kita kenal adalah sebagai berikut:
Seperti yang disebutkan sebelumnya, angka romawi 4 seringkali menimbulkan pertanyaan karena adanya dua bentuk penulisan: IV dan IIII. Mengapa ada dua cara untuk menuliskan angka yang sama?
Bentuk IV adalah bentuk yang paling umum dan dianggap "benar" menurut aturan pengurangan yang berlaku. Dalam aturan ini, I (1) ditempatkan di depan V (5) untuk menunjukkan 5 - 1 = 4. Aturan pengurangan ini membantu membuat penulisan angka menjadi lebih ringkas.
Namun, bentuk IIII juga memiliki sejarah penggunaannya sendiri. Bentuk ini mengikuti prinsip penulisan berdasarkan penjumlahan, di mana empat simbol I dijumlahkan: 1 + 1 + 1 + 1 = 4.
Beberapa alasan mengapa bentuk IIII masih ditemukan dan digunakan antara lain:
Saat ini, penulisan angka romawi 4 sebagai IV telah menjadi standar yang paling umum diterima dalam sebagian besar konteks, seperti dalam buku, dokumen, penomoran bab, dan penulisan tahun. Namun, tradisi penggunaan IIII tetap lestari, terutama pada jam-jam mewah atau klasik, serta pada beberapa tugu peringatan atau bangunan bersejarah yang sengaja mempertahankan estetika lama.
Keberadaan kedua bentuk ini mengingatkan kita bahwa bahasa, termasuk sistem penomoran, bukanlah sesuatu yang statis. Ia berkembang, memiliki pengecualian, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk estetika, kemudahan penggunaan, dan kebiasaan yang terbentuk dari waktu ke waktu. Angka romawi 4, dalam kedua variannya, adalah saksi bisu dari evolusi tersebut. Memahami perbedaan antara IV dan IIII tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah, tetapi juga apresiasi terhadap keunikan sistem angka Romawi yang telah memberikan kontribusi besar bagi peradaban.