Representasi visual rumput laut latoh di dasar laut.
Di tengah kekayaan biodiversitas perairan Indonesia, terdapat jenis rumput laut yang semakin dikenal karena tekstur unik dan manfaat kesehatannya: rumput laut latoh. Dikenal secara ilmiah sebagai spesies dari genus *Caulerpa*, latoh seringkali disebut sebagai "anggur laut" karena bentuknya yang menyerupai untaian butiran kecil yang menggantung.
Latoh bukan sekadar biota laut biasa; ia adalah bahan pangan fungsional yang telah lama dikonsumsi oleh masyarakat pesisir, terutama di wilayah seperti Sulawesi Utara dan beberapa pulau di Nusa Tenggara. Daya tariknya terletak pada sensasi "meletup" saat dikunyah, menjadikannya primadona dalam hidangan segar.
Rumput laut latoh (Caulerpa lentillifera) adalah alga makro hijau yang tumbuh subur di perairan laut dangkal yang jernih dan kaya cahaya matahari. Berbeda dengan jenis rumput laut lain yang berbentuk lembaran datar, ciri khas latoh adalah strukturnya yang tersusun dari tangkai-tangkai kecil yang berisi bulir-bulir bulat (disebut "stolon").
Keunikan teksturnya ini berasal dari kandungan air dan polisakarida tinggi di dalam setiap bulirnya. Ketika segar, latoh menawarkan kerenyahan yang khas, menjadikannya populer sebagai lalapan atau tambahan dalam salad. Namun, penting untuk memastikan bahwa latoh yang dikonsumsi berasal dari sumber perairan yang bersih dan bebas dari polusi.
Sebagai produk alami dari laut, rumput laut latoh kaya akan nutrisi esensial. Kandungan utamanya adalah air, namun ia juga menyediakan serat pangan yang signifikan, mineral penting, serta senyawa bioaktif lainnya. Beberapa manfaat utama yang dikaitkan dengan konsumsi latoh antara lain:
Meskipun mudah ditemukan, cara pengolahan latoh harus dilakukan dengan hati-hati agar tekstur "meletup" dan kesegarannya tetap terjaga. Pengolahan yang salah bisa menyebabkan latoh menjadi layu dan kehilangan kerenyahannya.
Setelah dipanen, latoh harus segera dicuci bersih menggunakan air laut atau air bersih mengalir untuk menghilangkan kotoran, pasir, dan biota kecil yang mungkin menempel. Proses pencucian ini biasanya diulang beberapa kali.
Kunci utama kelezatan latoh terletak pada teknik perendamannya. Untuk mengembalikan kekenyalan dan membuat bulirnya kembali "berisi", latoh segar biasanya direndam dalam air bersih yang sangat dingin (bisa ditambahkan sedikit es batu) selama beberapa menit. Air es akan membuat struktur selulosa menjadi lebih kaku, mempertahankan tekstur renyah saat disajikan.
Di Indonesia, rumput laut latoh paling sering diolah menjadi:
Meskipun memiliki nilai ekonomis dan gizi tinggi, budidaya rumput laut latoh masih menghadapi tantangan, terutama terkait dengan stabilitas pasokan dan masa simpan. Latoh sangat sensitif terhadap perubahan suhu dan kualitas air. Oleh karena itu, penelitian terus dilakukan untuk mengembangkan metode budidaya yang lebih efisien di luar habitat alaminya, seperti melalui teknik akuakultur terkontrol.
Dengan peningkatan kesadaran akan makanan sehat dan potensi kearifan lokal, rumput laut latoh diprediksi akan semakin mendunia, tidak hanya sebagai kuliner khas Indonesia, tetapi juga sebagai sumber nutrisi laut yang berharga.