Surah An Nisa Ayat 164: Pesan Kenabian dan Hidayah Ilahi

Dalam lautan hikmah Al-Qur'an, setiap ayat memancarkan cahaya petunjuk bagi umat manusia. Salah satu ayat yang sarat makna dan menjadi sumber inspirasi mendalam adalah Surah An Nisa ayat 164. Ayat ini tidak hanya menceritakan kisah penting dalam sejarah kenabian, tetapi juga menegaskan kembali esensi dari kerasulan dan peran para nabi dalam menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umatnya. Memahami ayat ini berarti membuka jendela pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana Allah SWT membimbing hamba-Nya melalui para utusan-Nya.

Surah An Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan surah Madaniyah yang membahas berbagai aspek hukum dan muamalah dalam kehidupan seorang Muslim. Ayat ke-164 dari surah ini menjadi salah satu pilar penting dalam memahami hubungan antara Allah, para nabi, dan umat manusia. Ayat ini secara ringkas namun padat menyampaikan beberapa poin krusial yang perlu direnungkan.

HIDAYAH

Simbol Hidayah dan Petunjuk Ilahi

Ayat 164 Surah An Nisa ini berbunyi dalam bahasa Arab:

وَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِيرًا

Wa qad âtainâ Mûsal kitâba wa ja'alnâ ma'ahu akhâhu Hârûna Wazîrâ.

Terjemahan ayat ini adalah: "Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami jadikan saudaranya Harun, seorang juru bicara (menyertainya)."

Dari terjemahan di atas, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting. Pertama, ayat ini menegaskan kembali pemberian kitab suci. "Kitab" dalam konteks ini merujuk pada Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa 'alaihissalam. Ini adalah bukti konkret dari bagaimana Allah SWT senantiasa memberikan panduan tertulis kepada para utusan-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia. Pemberian kitab ini bukan sekadar tradisi, melainkan merupakan bagian integral dari misi kenabian untuk membawa kebenaran dan petunjuk.

Kedua, ayat ini menyoroti pentingnya dukungan dalam menjalankan tugas dakwah. Allah SWT tidak hanya mengutus Musa 'alaihissalam sendirian, tetapi juga menyertainya dengan saudaranya, Harun 'alaihissalam, sebagai "wazira" (menteri atau pendukung). Ini menunjukkan bahwa dakwah dan penyampaian risalah Allah adalah tugas yang berat, yang seringkali membutuhkan kerja sama dan dukungan dari orang-orang terdekat yang memiliki pemahaman dan tujuan yang sama. Kehadiran Harun 'alaihissalam memberikan kekuatan moral dan praktis bagi Musa 'alaihissalam dalam menghadapi tantangan dari Bani Israil.

Para ulama tafsir menjelaskan bahwa peran Harun 'alaihissalam sebagai "wazir" atau juru bicara sangatlah vital. Beliau membantu Musa 'alaihissalam dalam menyampaikan ajaran, menjelaskan perintah Allah, serta menjadi perantara komunikasi yang lebih halus ketika Musa 'alaihissalam menghadapi kesulitan dalam berbicara atau ketika berhadapan dengan kaumnya yang keras kepala. Ini mengajarkan kita bahwa dalam setiap perjuangan menegakkan kebenaran, memiliki tim yang solid dan saling mendukung adalah kunci keberhasilan.

Lebih luas lagi, ayat ini dapat dipahami sebagai sebuah pengingat bahwa Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya dalam kegelapan tanpa petunjuk. Sejarah para nabi, termasuk kisah Musa dan Harun 'alaihissalam, adalah bukti nyata dari kasih sayang dan perhatian Allah terhadap umat manusia. Allah mengutus nabi-nabi, menurunkan kitab-kitab suci, dan memberikan berbagai bentuk hidayah untuk membimbing manusia menuju jalan kebenaran dan keselamatan.

Dalam konteks Islam, Surah An Nisa ayat 164 juga menjadi penguat bagi keyakinan bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah nabi terakhir yang membawa risalah penyempurna. Seperti para nabi sebelumnya yang menerima wahyu dan dibantu oleh para pengikutnya, Nabi Muhammad SAW juga menerima Al-Qur'an sebagai kitab suci terakhir dan dibantu oleh para sahabatnya dalam menyebarkan Islam. Ayat ini memberikan perspektif historis tentang bagaimana risalah ilahi disampaikan dari generasi ke generasi.

Oleh karena itu, merenungkan Surah An Nisa ayat 164 adalah sebuah undangan untuk terus belajar, berpegang teguh pada petunjuk Allah, dan senantiasa berusaha menjadi bagian dari orang-orang yang saling mendukung dalam kebaikan. Ini adalah pesan abadi yang mengingatkan kita akan pentingnya wahyu, peran para utusan Allah, dan nilai kolaborasi dalam menegakkan kebenaran di muka bumi. Dengan memahami ayat ini, semoga hati kita semakin tergerak untuk lebih dekat kepada Allah dan menjalankan syariat-Nya dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.

🏠 Homepage