Surat An Nisa Ayat 31-40: Pedoman Hidup Mukmin dalam Kebaikan dan Keadilan

Qur'an Pedoman Abadi

Ilustrasi: Simbol Kitab Suci Al-Qur'an sebagai sumber kebaikan.

Surat An-Nisa, yang berarti "Wanita", merupakan salah satu surat terpanjang dalam Al-Qur'an. Surat ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari hukum keluarga, hak-hak sosial, hingga pedoman moral bagi umat Islam. Di dalam rentang ayat 31 hingga 40, terkandung pelajaran penting yang menggarisbawahi pentingnya menjauhi dosa-dosa besar, menjaga hubungan baik, dan meraih kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Ayat-ayat ini bukan sekadar larangan, melainkan seruan untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menegakkan keadilan dalam setiap lini kehidupan.

Menjauhi Dosa Besar dan Meraih Keberuntungan

Ayat 31 dari Surat An-Nisa dengan tegas menyatakan janji Allah SWT kepada orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang kepada mereka, yaitu dosa-dosa yang jika dihindari, akan menghapus dosa-dosa kecil mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga.

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami akan menutupi kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosa kecilmu) dan Kami akan memasukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)."

Ayat ini memberikan sebuah motivasi yang luar biasa. Allah SWT menjanjikan pengampunan atas dosa-dosa kecil dan balasan berupa surga yang mulia bagi siapa saja yang mampu menjauhi larangan-larangan dosa besar. Ini menunjukkan betapa besar rahmat dan kemurahan Allah SWT. Namun, kunci utamanya terletak pada usaha sungguh-sungguh untuk menjauhi maksiat-maksiat yang berat. Dosa-dosa besar ini mencakup syirik (menyekutukan Allah), membunuh jiwa yang diharamkan, zina, mencuri, berbohong atas nama Allah, dan lain sebagainya. Menghindari hal-hal ini adalah fondasi utama bagi seorang mukmin untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ayat 32 kemudian melanjutkan dengan menjelaskan konsekuensi dari perbuatan baik dan buruk, serta mengingatkan agar tidak berangan-angan untuk mendapatkan keutamaan dengan cara yang tidak dibenarkan.

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ بِهِ بَعْضُكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۚ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

"Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa (harta) yang mereka usahakan, dan bagi perempuanpun ada bahagian dari apa (harta) yang mereka usahakan, dan bertanyalah kepada Allah akan karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu."

Dalam ayat ini, kita diajarkan untuk tidak iri dengki terhadap pencapaian atau kelebihan yang dimiliki orang lain, baik itu harta, kedudukan, maupun bakat. Setiap individu telah diberikan porsi rezeki dan kemampuan yang berbeda oleh Allah, dan masing-masing akan mendapatkan balasan sesuai dengan usaha dan amal perbuatannya. Pria dan wanita memiliki hak yang sama dalam memperoleh dan mengelola hasil usahanya. Pesan utamanya adalah untuk fokus pada usaha diri sendiri dan memohon tambahan karunia hanya kepada Allah SWT, karena Dialah sumber segala kebaikan dan Dia Maha Mengetahui kebutuhan serta usaha setiap hamba-Nya.

Tanggung Jawab dalam Keluarga dan Harta

Memasuki ayat 33 dan 34, fokus bergeser pada tanggung jawab yang melekat pada diri setiap individu, khususnya dalam konteks keluarga dan pengelolaan harta.

وَلِكُلٍّ جَعَلْنَا مَوَالِيَ مِمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ ۚ وَالَّذِينَ عَقَدَتْ أَيْمَانُكُمْ فَآتُوهُمْ نَصِيبَهُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدًا

"Dan bagi tiap-tiap (hukum) Kami jadikan ahli waris dari apa yang ditinggalkan oleh ibu bapa dan kerabat, dan orang-orang yang kamu telah mengikat janji dengan sumpah (mu), maka berikanlah kepada mereka bahagiannya. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu."

Ayat ini menjelaskan tentang pengaturan warisan dan kewajiban terhadap orang-orang yang memiliki hubungan atau janji. Allah menetapkan adanya ahli waris dari harta peninggalan orang tua dan kerabat. Selain itu, jika ada ikatan janji atau sumpah yang telah dibuat, maka orang-orang yang terlibat dalam janji tersebut berhak mendapatkan bagiannya. Ini menekankan pentingnya menepati janji dan menjaga hak-hak orang lain.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ ۚ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

"Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum perempuan, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (perempuan), dan oleh karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu perempuan yang saleh adalah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khuwatirkan akan nusyuz (tidak taat), maka hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka (di situ), tinggalkanlah mereka di tempat tidur (mereka), dan pukullah mereka. Jika mereka taat kepadamu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar."

Ayat yang sering dibahas ini menegaskan peran laki-laki sebagai pelindung dan penanggung jawab dalam keluarga, baik secara moral maupun finansial. Hal ini didasarkan pada perbedaan fitrah dan tanggung jawab yang Allah berikan. Namun, ayat ini juga menekankan bahwa perempuan yang salehah adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga kehormatan diri serta harta suaminya saat suami tidak berada di rumah. Jika terjadi ketidaktaatan dari pihak istri (nusyuz), Allah memberikan tahapan penyelesaian: nasihat, memisahkan tempat tidur, hingga pukulan ringan yang tidak menyakiti. Namun, setelah masalah terselesaikan, suami tidak boleh mencari-cari kesalahan lain. Penting untuk dicatat bahwa pemahaman dan penerapan ayat ini memerlukan konteks dan kebijaksanaan, serta selalu mengutamakan kasih sayang dan keadilan, sebagaimana diajarkan dalam ajaran Islam secara keseluruhan.

Menjaga Persatuan dan Keadilan

Selanjutnya, ayat 35 hingga 40 menekankan pentingnya musyawarah, keadilan, dan menjaga persatuan dalam menghadapi perselisihan.

وَإِنْ خِفْتُمْ شِقَاقَ بَيْنِهِمَا فَابْعَثُوا حَكَمًا مِنْ أَهْلِهِ وَحَكَمًا مِنْ أَهْلِهَا ۚ إِنْ يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

"Dan jika kamu khawatir terjadi perselisihan antara keduanya (suami isteri), maka kirimlah seorang hakim dari keluarga laki-laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi petunjuk kepada kedua suami isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Ayat ini memberikan solusi konkret apabila terjadi keretakan rumah tangga yang tidak dapat diselesaikan oleh suami istri. Dengan melibatkan pihak keluarga dari kedua belah pihak melalui hakim-hakim perwakilan, diharapkan masalah dapat diselesaikan dengan bijaksana. Jika kedua perwakilan tersebut memiliki niat baik untuk mendamaikan, Allah akan memberikan kemudahan dan petunjuk.

Ayat 36 menyerukan agar beribadah hanya kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan berbuat baik kepada orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta budak-budak yang dimiliki. Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.

Ayat 37, 38, 39, dan 40 menguraikan lebih lanjut tentang sifat-sifat orang yang beriman sejati, ciri-ciri orang munafik, dan bahaya dari menyembunyikan karunia Allah atau berinfak karena ria. Allah tidak akan melihat, membersihkan, atau memberikan balasan setimpal kepada mereka, bahkan akan mendatangkan siksa yang pedih. Sebaliknya, orang yang beriman dan beramal saleh akan mendapatkan pahala yang tiada putus-putusnya.

Secara keseluruhan, rentang ayat 31-40 Surat An-Nisa memberikan panduan komprehensif bagi umat Islam. Dari menjaga diri dari dosa besar, mengelola hubungan dengan sesama, hingga menegakkan keadilan dalam keluarga dan masyarakat. Pesan utamanya adalah untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Allah, berbuat kebaikan, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan, agar meraih kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.

🏠 Homepage