Dalam dunia riset, baik itu akademis, bisnis, maupun sosial, memahami audiens atau subjek penelitian adalah kunci keberhasilan. Dua metode pengumpulan data yang paling fundamental dan efektif untuk mencapai pemahaman mendalam ini adalah wawancara dan angket. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, serta cocok digunakan dalam berbagai skenario penelitian. Memilih antara keduanya, atau bahkan mengkombinasikannya, akan sangat memengaruhi kualitas dan kedalaman informasi yang Anda peroleh. Artikel ini akan mengupas tuntas kedua metode ini, membantu Anda memahami kapan dan bagaimana menggunakannya secara optimal.
Wawancara adalah percakapan terstruktur atau semi-terstruktur antara pewawancara dan narasumber. Tujuannya adalah untuk menggali informasi, opini, pengalaman, dan pandangan dari subjek penelitian secara mendalam. Keunggulan utama wawancara terletak pada kemampuannya untuk mendapatkan data kualitatif yang kaya. Pewawancara dapat:
Jenis wawancara bervariasi, mulai dari yang sangat terstruktur (dengan daftar pertanyaan yang kaku) hingga yang tidak terstruktur (lebih seperti percakapan bebas). Wawancara mendalam (in-depth interviews) seringkali digunakan untuk memahami motivasi, persepsi, dan pengalaman yang kompleks. Meskipun memberikan kedalaman, wawancara cenderung memakan waktu lebih banyak, membutuhkan sumber daya yang lebih besar untuk transkripsi dan analisis, serta hasil yang diperoleh mungkin lebih sulit untuk digeneralisasi karena jumlah sampel yang cenderung lebih kecil.
Angket, atau kuesioner, adalah serangkaian pertanyaan tertulis yang dirancang untuk dikumpulkan dari sekelompok orang. Angket adalah alat yang sangat efisien untuk mengumpulkan data kuantitatif dari sampel yang besar. Keunggulannya meliputi:
Angket bisa berupa pertanyaan tertutup yang memerlukan jawaban singkat atau pilihan, atau pertanyaan terbuka yang memungkinkan responden memberikan jawaban yang lebih luas. Kelemahan utama angket adalah kurangnya kedalaman. Pewawancara tidak dapat mengklarifikasi pertanyaan atau menggali lebih dalam respons yang ambigu. Selain itu, respons yang diberikan mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan pemikiran responden karena keterbatasan pilihan jawaban atau kurangnya konteks. Tingkat respons juga bisa menjadi tantangan, terutama untuk angket yang dikirimkan tanpa pengawasan langsung.
Pemilihan metode sangat bergantung pada tujuan penelitian Anda.
Dalam banyak kasus, pendekatan terbaik adalah mengkombinasikan kedua metode ini. Misalnya, Anda bisa memulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan beberapa subjek untuk mendapatkan pemahaman awal dan mengidentifikasi variabel kunci. Hasil wawancara ini kemudian dapat digunakan untuk merancang angket yang lebih relevan dan efektif. Sebaliknya, setelah mengumpulkan data kuantitatif dari angket, Anda dapat melakukan wawancara lanjutan dengan beberapa responden untuk mengklarifikasi temuan atau menggali lebih dalam pola menarik yang muncul. Pendekatan gabungan ini memungkinkan Anda untuk mendapatkan data yang luas (dari angket) sekaligus mendalam (dari wawancara), memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang subjek penelitian Anda.