Dalam khazanah ajaran Islam, terdapat surah-surah pendek yang memiliki kedudukan agung dan kekuatan spiritual yang luar biasa. Tiga di antaranya, yang sering disebut sebagai Mu'awwidzat (surah-surah peminta perlindungan), adalah Surah Al-Ikhlas, Surah An-Nas, dan Surah Al-Falaq. Ketiganya adalah benteng pertahanan spiritual bagi seorang Muslim dalam menghadapi godaan, kejahatan lahiriah maupun batiniah, serta kegelapan yang mengancam.
Qul Huwa Allahu Ahad (Surah Al-Ikhlas - 112)
Surah Al-Ikhlas sering disebut sebagai "sepertiga Al-Qur'an" karena ia merangkum inti ajaran Islam, yaitu tauhid—keesaan Allah SWT. Dengan hanya empat ayat pendek, surah ini menegaskan kemandirian Allah yang mutlak dan menolak segala bentuk persekutuan atau penyamaan-Nya dengan ciptaan-Nya. Membaca Al-Ikhlas adalah cara seorang hamba menegaskan komitmennya bahwa hanya Allah tempat bergantung dan satu-satunya yang layak disembah. Karena keikhlasan dalam mengakui keesaan-Nya, surah ini menjadi penolak syirik dan sumber kekuatan spiritual yang kokoh. Ketika seorang Muslim merasa lemah atau terombang-ambing, kembali kepada pemahaman murni tauhid yang terkandung dalam Al-Ikhlas mengembalikannya pada poros keyakinan yang tak tergoyahkan.
Qul A’udzu bi Rabbil Falaq (Surah Al-Falaq - 113)
Surah Al-Falaq merupakan permohonan perlindungan kepada Tuhan semesta alam yang menciptakan "falaq"—yaitu waktu subuh atau segala sesuatu yang terbelah dari kegelapan. Ayat-ayatnya memohon perlindungan dari berbagai bentuk kejahatan yang muncul secara nyata dan tampak. Ini mencakup kejahatan makhluk (seperti binatang buas atau manusia jahat), kejahatan kegelapan malam (ketika kejahatan cenderung menyebar), serta kejahatan tukang sihir atau orang yang melakukan tipu daya dengan meniupkan mantra pada buhul. Al-Falaq mengajarkan kita untuk menyadari bahwa bahaya bisa datang dari mana saja, namun dengan berlindung pada Rabbul Falaq, seorang mukmin mendapatkan naungan dari segala ancaman fisik dan metafisik yang kasat mata.
Qul A’udzu bi Rabbin Nas (Surah An-Nas - 114)
Jika Al-Falaq berfokus pada perlindungan dari bahaya eksternal yang terlihat atau berhubungan dengan alam, maka Surah An-Nas menargetkan musuh yang paling licik: bisikan jahat dari dalam diri sendiri (nafs) maupun dari jin dan manusia. Surah ini memohon perlindungan kepada Raja, Tuhan, dan Pelindung segenap manusia dari "Al-Waswas Al-Khannas"—yaitu setan yang bersembunyi dan membisikkan keburukan ketika manusia lalai, lalu menghilang saat manusia mengingat Tuhannya.
Perlindungan dari An-Nas sangat krusial karena banyak keburukan yang dilakukan manusia tidak berasal dari paksaan eksternal, melainkan dari keraguan, hasutan, dan keinginan buruk yang ditanamkan dalam hati. Dengan membaca An-Nas, seorang Muslim secara aktif memohon agar Allah menjaganya dari tipu daya yang menyerang ranah psikologis dan spiritual terdalamnya.
Menggabungkan bacaan Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas secara rutin, terutama setelah shalat wajib dan sebelum tidur, menciptakan perisai spiritual yang komprehensif.
Ketiga surah ini, meskipun singkat, mengandung makna yang sangat dalam mengenai tauhid, permohonan perlindungan dari segala aspek kejahatan yang ada di semesta raya (alam, diri sendiri, dan kegelapan). Mereka mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan terletak pada kemampuan kita menghindari masalah, melainkan pada seberapa kokohnya kita bersandar pada Yang Maha Kuasa untuk melindungi kita dari segala yang menakutkan, baik yang kita ketahui maupun yang tidak kita sadari. Membacanya adalah bentuk ibadah yang mendatangkan ketenangan jiwa dan keamanan dunia akhirat.