Memahami Konteks Pemisahan Diri dari Kesyirikan: An-Nahl 59

Visualisasi penolakan terhadap persembahan yang tidak benar Al-Haqq Ditolak

Firman Allah SWT dalam Surah An-Nahl (Lebah) ayat 59 berbunyi:

"Apabila mereka memberitakan kepada mereka apa yang telah diturunkan kepada rasul-rasul dari Tuhan mereka, mereka berkata: 'Itu hanyalah dongengan orang-orang yang dahulu'."

(QS. An-Nahl: 59)

Konteks Penolakan Wahyu

Ayat 59 Surah An-Nahl ini merupakan bagian dari rangkaian ayat yang menjelaskan sikap ekstrem dan penolakan keras kaum musyrikin Mekkah terhadap risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ayat ini secara spesifik menyoroti bagaimana para penentang wahyu selalu memiliki dalih untuk mengabaikan kebenaran yang datang dari Allah. Ketika mereka dihadapkan pada bukti-bukti nyata atau penjelasan rinci mengenai Al-Qur'an, respons mereka seringkali bersifat meremehkan.

Mereka menuduh bahwa ajaran yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ—yang sejatinya merupakan kelanjutan dari ajaran para nabi sebelumnya—bukanlah wahyu ilahiah, melainkan sekadar "dongengan orang-orang yang dahulu" (asathirul awwalin). Tuduhan ini menunjukkan tingkat kesombongan intelektual dan spiritual yang tinggi, di mana mereka lebih memilih meyakini tradisi nenek moyang mereka yang penuh kesyirikan daripada menerima cahaya kebenaran yang baru.

Strategi Penyangkalan Klasik

Pola penolakan yang digambarkan dalam An-Nahl 59 adalah sebuah strategi klasik yang sering digunakan oleh kelompok yang ingin mempertahankan status quo atau keyakinan lama mereka. Daripada membantah substansi ajaran (Tauhid, keadilan, hari akhir), mereka menyerang sumbernya dengan labelisasi:

Perbedaan dengan Ayat Sebelumnya dan Sesudahnya

Ayat 58 dan 60 memberikan konteks yang lebih luas. Ayat sebelumnya (An-Nahl 58) menceritakan reaksi mereka ketika kabar kelahiran seorang anak perempuan (yang dianggap aib di masa itu) disampaikan kepada salah satu dari mereka, menyebabkan wajah mereka menjadi muram dan menahan amarah. Kontrasnya, ketika mereka diberi kabar tentang datangnya Hari Kiamat atau kebenaran agama, mereka bereaksi dengan lebih agresif melalui tuduhan bahwa itu adalah "dongengan".

Sementara itu, ayat setelahnya (An-Nahl 60) menegaskan bahwa tuduhan mereka tidak berdasar. Allah SWT berfirman bahwa Al-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi ﷺ, dan orang-orang yang menolaknya akan diazab, berbeda halnya dengan orang-orang yang beriman. Ini menunjukkan bahwa penolakan mereka bukanlah karena ketidaktahuan yang tulus, melainkan karena kesengajaan ('anad) dan kecintaan buta pada kebatilan.

Pelajaran Penting dalam Dakwah

Kisah ini memberikan pelajaran penting bagi para da’i dan penyeru kebaikan. Seringkali, dalam upaya menyampaikan kebenaran, kita akan menghadapi penolakan yang tidak logis. Penolak mungkin tidak menyerang argumen kita secara langsung, tetapi akan mencoba mendiskreditkan sumber, niat, atau bahkan mengklaim bahwa ide tersebut sudah basi atau klise.

Sikap yang diajarkan oleh Al-Qur'an adalah kesabaran dan penegasan kembali pada sumber wahyu. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam An-Nahl 59, ketika dalih mereka terungkap sebagai kebohongan, maka tugas seorang Muslim adalah tetap teguh pada menyampaikan kebenaran, karena pertanggungjawaban sepenuhnya ada pada penerima pesan, bukan pada penyampai pesan yang telah berusaha keras menyampaikan Al-Haqq. Ketegasan dalam iman melawan narasi-narasi yang berusaha menenggelamkan kebenaran adalah inti dari ayat ini.

🏠 Homepage