Surah An-Nisa, surat ke-4 dalam Al-Qur'an, merupakan salah satu surat Madaniyah yang kaya akan ajaran dan hukum. Bagian ayat 81 hingga 100 dari surah ini memuat pesan-pesan mendalam mengenai pentingnya konsistensi dalam iman, kehati-hatian dalam mengambil keputusan, serta keharusan untuk selalu bersandar kepada Allah SWT. Ayat-ayat ini menjadi panduan berharga bagi umat Muslim dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan, baik secara individu maupun kolektif.
Ayat-ayat ini dimulai dengan seruan kepada Rasulullah SAW untuk tidak ragu-ragu terhadap orang-orang munafik yang menunjukkan kesetiaan lahiriah namun menyimpan kebencian. Allah menegaskan bahwa Dialah yang mengetahui isi hati setiap hamba-Nya. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya ketulusan dan keikhlasan dalam beragama, di mana niat yang sesungguhnya lebih bernilai di sisi Allah daripada sekadar penampilan luar.
Selanjutnya, ayat-ayat ini menjelaskan tentang tanggung jawab setiap individu atas perbuatannya. An Nisa ayat 81 menegaskan, "Maka mengapa kamu tidak (berperang) dalam jalan Allah, sedang orang-orang yang lemah dari laki-laki, perempuan dan anak-anak telah didoakan untuk memerdekakan diri?" Ayat ini menggarisbawahi kewajiban membela kebenaran dan kaum dhuafa, serta mengingatkan bahwa setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihan dan tindakannya.
Perintah untuk berserah diri sepenuhnya kepada Allah menjadi tema sentral lainnya dalam rangkaian ayat ini. An Nisa ayat 85 membahas tentang syafa'at (perantaraan), menegaskan bahwa tidak ada perantaraan yang bermanfaat kecuali atas izin Allah. Hal ini mengajarkan tawakal dan keyakinan bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman-Nya. Kita tidak boleh menggantungkan harapan pada selain-Nya, bahkan pada perantaraan yang mungkin dianggap kuat sekalipun, tanpa ridha dari Sang Pencipta.
Lebih jauh, Allah memerintahkan untuk menegakkan keadilan dan menjaga amanah. An Nisa ayat 100 menyatakan, "Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di muka bumi ini tempat pengungsian yang luas dan rezeki yang banyak. Dan barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat tujuan), maka sungguh, pahalanya sudah terjamin di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." Ayat ini menekankan keutamaan hijrah dan pengorbanan di jalan Allah.
Rangkaian ayat An Nisa 81-100 menawarkan banyak pelajaran berharga. Pertama, pentingnya menjaga konsistensi iman. Tidak cukup hanya mengaku beriman, namun harus dibuktikan dengan perbuatan yang selaras. Allah Maha Mengetahui niat yang tersembunyi, sehingga ketulusan adalah kunci.
Kedua, perlunya kehati-hatian dalam menilai orang lain. Kita tidak boleh terburu-buru menghakimi atau tertipu oleh penampilan luar. Fokus pada kebenaran dan bukti nyata adalah cara yang bijaksana.
Ketiga, penguatan tawakal dan berserah diri. Segala upaya harus dilakukan, namun hasil akhirnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Keyakinan ini memberikan ketenangan jiwa dan kekuatan dalam menghadapi cobaan.
Keempat, pesan tentang hijrah dan pengorbanan. Baik hijrah fisik maupun hijrah dari kebiasaan buruk menuju kebaikan, semuanya memiliki nilai tinggi di sisi Allah. Pengorbanan di jalan-Nya tidak akan pernah sia-sia.
Terakhir, ayat-ayat ini mengajarkan kita untuk selalu berpegang teguh pada keadilan dan amanah. Dalam setiap aspek kehidupan, baik hubungan pribadi, keluarga, maupun sosial, menegakkan keadilan dan menjaga kepercayaan adalah pondasi utama.
Memahami dan mengamalkan kandungan An Nisa 81-100 bukan hanya sekadar menambah pengetahuan agama, melainkan sebuah panggilan untuk mentransformasi diri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kuat imannya, lebih bijaksana dalam bertindak, dan lebih ikhlas dalam beribadah. Semoga Allah senantiasa memberikan kita taufik dan hidayah untuk dapat mengamalkan ajaran-Nya dengan sebaik-baiknya.