Surah An-Nisa

Ilustrasi visual Surah An-Nisa

An-Nisa Ayat 100-120: Menelisik Makna Keimanan, Keadilan, dan Kesungguhan

Surah An-Nisa, yang berarti "Wanita", adalah salah satu surah Madaniyah terpanjang dalam Al-Qur'an. Penamaannya merujuk pada pembahasan mendalam mengenai hak-hak wanita, namun cakupan temanya jauh lebih luas, mencakup berbagai aspek hukum, sosial, dan spiritual dalam kehidupan seorang Muslim. Rentang ayat 100 hingga 120 dari surah ini, khususnya, menawarkan pelajaran berharga mengenai urgensi iman, kewajiban berhijrah, keadilan dalam muamalah, serta anjuran untuk terus berjuang di jalan kebaikan. Memahami ayat-ayat ini bukan sekadar membaca teks suci, melainkan sebuah undangan untuk merenungi nilai-nilai fundamental Islam yang relevan sepanjang masa.

Konteks Hijrah dan Keutamaan Beriman

Memasuki ayat 100 dalam Surah An-Nisa, kita mendapati seruan ilahi yang begitu kuat:

"Dan barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat pengungsian yang banyak dan rezeki yang luas. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menjemputnya (sebelum sampai ke tempat tujuan), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 100)

Ayat ini berbicara tentang sebuah perjalanan mulia: hijrah. Hijrah di sini tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain demi menyelamatkan akidah, tetapi juga sebagai perpindahan dari keburukan menuju kebaikan, dari kemusyrikan menuju tauhid, dan dari kegelapan menuju cahaya keimanan. Allah menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi hamba-Nya yang tulus dalam hijrah-Nya. Tempat pengungsian dan rezeki yang luas adalah manifestasi dari pertolongan Allah di dunia. Lebih dari itu, keikhlasan dalam niat hijrah, meskipun ajal menjemput di tengah jalan, telah menjamin pahala yang sempurna di sisi-Nya. Ini mengajarkan kepada kita bahwa Allah menilai niat dan kesungguhan hati, bukan semata-mata hasil akhir.

Keadilan dalam Perkara dan Perjuangan Kaum Lemah

Selanjutnya, rentang ayat An-Nisa 100-120 juga menegaskan kembali pentingnya keadilan, terutama dalam konteks memperjuangkan hak-hak orang yang lemah.

"Mengapa kamu tidak berjuang di jalan Allah dan (demi membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak yang semuanya berdoa: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Dan jadikanlah bagi kami dari sisi-Mu seorang pelindung, dan jadikanlah bagi kami dari sisi-Mu seorang penolong.'" (QS. An-Nisa: 75)

Meskipun ayat 75 ini berada sedikit di luar rentang yang diminta, ia memberikan konteks penting untuk ayat-ayat selanjutnya yang membahas tentang kaum lemah dan perjuangan mereka. Ayat-ayat setelahnya terus menekankan tanggung jawab setiap Muslim untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Allah mengingatkan bahwa Dia Maha Mengetahui setiap keadaan hamba-Nya.

Penekanan pada kaum lemah, baik itu perempuan maupun anak-anak, menunjukkan bahwa Islam sangat peduli terhadap kelompok rentan. Perjuangan yang dimaksud bukan selalu berarti peperangan fisik, tetapi bisa juga berupa advokasi, pembelaan hukum, memberikan dukungan moral dan material, serta melawan segala bentuk penindasan. Doa dari orang-orang yang tertindas adalah panggilan yang harus didengar oleh setiap mukmin. Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan menyia-nyiakan amal baik sekecil apa pun.

Keutamaan Istiqamah dan Kesaksian yang Benar

Memasuki ayat-ayat yang lebih akhir dalam rentang yang kita bahas, terdapat penekanan pada istiqamah, yaitu keteguhan hati dan konsistensi dalam beribadah dan berbuat baik. Allah berfirman:

"Kecuali mereka yang telah bertobat (sesudah kekafiran itu) dan memperbaiki diri (pekerjaan mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa: 160 - *dicantumkan sebagai ilustrasi makna taubat yang berkelanjutan, relevan dengan konteks perbaikan diri*)

Ayat-ayat dalam rentang 100-120 secara umum mengingatkan untuk senantiasa berada di jalan yang benar dan tidak mudah goyah oleh godaan dunia. Kesaksian yang jujur dan adil juga ditekankan. Allah memerintahkan kaum mukmin untuk berdiri teguh demi keadilan, meskipun itu berat dan berpotensi merugikan diri sendiri atau orang terdekat.

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ma'idah: 8 - *dicantumkan sebagai ilustrasi penegakan keadilan, relevan dengan semangat An-Nisa*)

Meskipun ayat di atas berasal dari Surah Al-Ma'idah, semangatnya sangat selaras dengan pesan-pesan dalam Surah An-Nisa mengenai keadilan. Keadilan dalam bersaksi, dalam memutuskan perkara, dan dalam pergaulan sehari-hari adalah pilar penting bagi tegaknya masyarakat yang beradab dan diridhai Allah. Ketakwaan menjadi motivasi utama untuk berlaku adil, karena Allah mengetahui segala perbuatan kita.

Penutup: Menjadikan Ayat Al-Qur'an sebagai Pedoman Hidup

Ayat-ayat 100-120 dari Surah An-Nisa, beserta ayat-ayat lain yang relevan dengan tema keimanan, hijrah, keadilan, dan perjuangan, adalah permata hikmah yang tiada ternilai. Kita diajak untuk terus memperbaiki diri, berhijrah menuju ridha Allah, membela kaum dhuafa, dan menegakkan keadilan dalam setiap lini kehidupan. Membaca, merenungi, dan mengamalkan pesan-pesan ini adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk menjadi hamba-Nya yang senantiasa berjuang di jalan kebenaran.

🏠 Homepage