Siluet elegan dari senjata anggar.
Anggar pedang, atau yang lebih dikenal secara internasional sebagai Fencing, adalah salah satu olahraga tertua dan paling bergengsi di dunia. Berasal dari seni bela diri dan duel menggunakan pedang, anggar modern telah berevolusi menjadi olahraga ketangkasan yang menguji kecepatan reaksi, ketepatan taktis, dan stamina fisik. Ini bukan sekadar adu pukul, melainkan sebuah "catur fisik" yang dimainkan dalam hitungan milidetik.
Dalam olahraga ini, atlet menggunakan tiga jenis pedang utama, masing-masing dengan aturan dan target area yang berbeda: Florett (Foil), Degen (Épée), dan Sabel (Sabre). Meskipun tujuannya sama—yaitu mencetak poin dengan menyentuh area valid lawan menggunakan ujung pedang—teknik dan strategi yang digunakan sangat bervariasi antar disiplin ini.
Memahami perbedaan antara tiga senjata adalah kunci untuk menghargai kompleksitas anggar pedang. Masing-masing memerlukan seperangkat keterampilan yang unik:
Florett adalah senjata yang paling sering digunakan untuk pemula karena fokusnya pada aturan hak serangan (Right of Way). Target sah dalam florett hanyalah tubuh bagian atas (torso). Poin hanya diberikan jika serangan datang setelah serangan lawan gagal atau jika atlet yang menyerang memiliki prioritas serangan yang jelas. Ini menuntut presisi dan pemahaman mendalam tentang ritme pertarungan.
Degen adalah senjata terberat dan paling mirip dengan pedang duel historis. Dalam degen, tidak ada konsep "hak serangan". Poin diberikan kepada siapa pun yang berhasil menyentuh lawan di area mana pun, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jika kedua atlet menyentuh target secara bersamaan dalam waktu sepersekian detik, keduanya mendapatkan poin (kecuali dalam beberapa format tertentu). Ini memprioritaskan kesabaran dan pertahanan yang sangat baik.
Sabel adalah senjata yang tercepat dan paling dinamis. Dalam sabel, serangan dapat dilakukan baik dengan memotong (menggunakan sisi pedang) maupun menusuk (menggunakan ujung pedang). Area targetnya adalah segala sesuatu di atas pinggang, termasuk lengan dan kepala. Karena kecepatan dan target yang luas, sabel sering kali digambarkan sebagai pertarungan yang paling menyerupai duel kavaleri cepat.
Banyak orang yang hanya melihat anggar sebagai olahraga tangan, namun anggar pedang adalah latihan seluruh tubuh. Kaki harus gesit, mampu melakukan langkah maju (advance), mundur (retreat), dan serangan cepat (lunge) dalam hitungan sepersekian detik. Fleksibilitas pinggul dan inti tubuh sangat penting untuk menjaga postur yang stabil saat melakukan serangan yang panjang.
Namun, aspek mental seringkali lebih menonjol. Seorang pesenam harus mampu membaca niat lawan, memprediksi gerakan berikutnya, dan menekan tombol "stop" pada otaknya untuk bereaksi tepat pada waktunya. Manajemen stres, fokus yang tajam, dan kemampuan beradaptasi di bawah tekanan adalah keterampilan yang diasah dalam setiap bout (pertandingan).
Anggar telah menjadi bagian dari Olimpiade sejak pertama kali diadakan pada tahun 1896 di Athena. Statusnya sebagai olahraga Olimpiade yang konsisten menunjukkan daya tarik abadi dari perpaduan antara atletis dan kecerdasan. Meskipun popularitasnya mungkin tidak setinggi sepak bola atau basket di beberapa negara, anggar memiliki komunitas global yang sangat berdedikasi, terutama di Eropa (Prancis, Italia, Hungaria) dan Asia (Korea Selatan, Tiongkok).
Untuk pemula, memulai dengan pelajaran dasar anggar sangat dianjurkan untuk membangun fondasi teknik yang kuat. Peralatan modern, seperti pelat listrik dan sistem skor elektronik, memastikan bahwa setiap sentuhan terekam secara akurat, menjadikan olahraga ini adil dan transparan. Anggar pedang adalah perjalanan tanpa akhir menuju kesempurnaan gerakan dan ketajaman pikiran.