Ilustrasi representasi anggrek yang hidup di bawah permukaan tanah.
Dunia flora seringkali didominasi oleh gambaran tumbuhan yang mencari cahaya matahari, menjulang tinggi di atas permukaan bumi. Namun, tersembunyi dari pandangan mata biasa, terdapat spesies tanaman yang memilih jalur evolusi berbeda: mereka hidup dan berkembang biak di bawah tanah. Salah satu contoh paling menakjubkan dari adaptasi ekstrem ini adalah anggrek bawah tanah. Spesies-spesies ini menantang definisi umum kita tentang bagaimana sebuah anggrek seharusnya terlihat dan berfungsi.
Anggrek bawah tanah, yang secara ilmiah sering dikaitkan dengan genus seperti Rhizanthella di Australia atau beberapa spesies Gastrodia, adalah contoh sempurna dari evolusi spesialisasi. Tidak seperti kerabatnya yang epifit atau terestrial yang bergantung pada fotosintesis hijau, banyak anggrek jenis ini telah kehilangan kemampuan untuk memproduksi klorofil sepenuhnya. Fenomena ini membawa mereka ke gaya hidup yang unik dan misterius.
Lalu, bagaimana tanaman tanpa kemampuan fotosintesis bisa bertahan hidup? Jawabannya terletak pada hubungan simbiosis yang kompleks dengan dunia jamur, sebuah strategi yang dikenal sebagai miko-heterotrofi. Anggrek bawah tanah tidak hanya "berbagi" nutrisi; mereka secara efektif mencuri energi yang telah dikumpulkan oleh jamur.
Jamur tersebut, pada gilirannya, seringkali terhubung dengan akar pohon besar (seperti pohon Eukaliptus). Prosesnya adalah Pohon memberikan karbohidrat kepada Jamur (fotosintesis), dan Jamur kemudian mentransfer karbohidrat tersebut kepada anggrek. Anggrek bawah tanah bertindak sebagai "parasit tersier" dalam rantai makanan ini, menjadikannya salah satu organisme paling bergantung dalam ekosistemnya.
Karena tidak perlu mengembangkan daun yang lebar untuk menangkap sinar matahari—karena mereka hidup dalam kegelapan total—struktur fisik anggrek bawah tanah sangatlah primitif atau terspesialisasi. Batangnya seringkali tebal, berwarna putih atau kuning pucat (karena ketiadaan pigmen hijau), dan seluruh siklus hidupnya bisa terjadi di bawah lapisan tanah atau serasah daun selama bertahun-tahun.
Menemukan anggrek bawah tanah adalah tantangan besar bahkan bagi ahli botani berpengalaman. Mereka hanya muncul ke permukaan untuk periode singkat, biasanya hanya ketika mereka siap untuk berbunga dan bereproduksi. Proses pembungaan ini seringkali dipicu oleh kondisi lingkungan tertentu, dan bunga yang muncul seringkali pendek masa hidupnya dan terletak sangat dekat dengan permukaan tanah. Karena ketergantungan spesifik mereka pada spesies jamur inang tertentu, yang mana spesies jamur itu sendiri mungkin juga tidak banyak diketahui, anggrek ini sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
Habitat alami anggrek bawah tanah adalah hutan yang stabil dan tidak terganggu. Aktivitas seperti perubahan penggunaan lahan, penebangan hutan, atau bahkan gangguan ringan pada lapisan tanah atas dapat memutus hubungan rumit antara anggrek, jamur, dan inang pohon mereka. Hal ini menjadikan banyak spesies anggrek bawah tanah berada dalam status terancam punah, menjadikannya subjek penelitian konservasi yang mendesak.
Misteri yang menyelimuti anggrek bawah tanah ini mengajarkan kita bahwa kehidupan dapat menemukan jalannya bahkan di tempat yang paling tidak terduga. Mereka adalah permata tersembunyi dari alam, mengingatkan kita bahwa masih banyak rahasia botani yang menunggu untuk diungkap, jauh di dalam kegelapan bumi yang subur. Mempelajari organisme seperti ini membuka wawasan baru tentang plastisitas evolusioner dan kompleksitas interaksi ekologis di planet kita.