Di antara ribuan spesies anggrek yang memukau dunia, terdapat satu kelompok yang mungkin kurang populer namun menyimpan keunikan tersendiri: anggrek bawang. Nama ini mungkin terdengar sederhana, bahkan sedikit kontradiktif untuk tanaman seindah anggrek. Namun, julukan tersebut merujuk pada ciri khas morfologi yang dimiliki oleh beberapa genus anggrek, terutama yang memiliki pseudobulbus (bonggol) yang membesar dan menyerupai umbi bawang.
Secara botani, anggrek ini sering diklasifikasikan dalam berbagai genus, namun fokus utama ketika membahas 'anggrek bawang' adalah pada karakteristik penyimpanan air dan nutrisi yang efisien. Bentuk bonggol ini adalah adaptasi vital, memungkinkan tanaman bertahan dalam kondisi lingkungan yang kering atau musiman, sebuah strategi bertahan hidup yang mengagumkan di habitat aslinya.
Apa yang membuat anggrek bawang berbeda dari anggrek daun sejati (monopodial) atau anggrek tropis yang selalu hijau? Jawabannya terletak pada bonggolnya. Bonggol ini adalah batang termodifikasi yang berfungsi ganda: menyimpan air dan nutrisi, serta menjadi tempat tunas baru dan akar tumbuh ketika kondisi optimal terpenuhi. Ketika musim kemarau tiba, banyak spesies anggrek ini akan menggugurkan daunnya (dormansi), mengandalkan cadangan makanan di bonggolnya untuk bertahan hidup.
Adaptasi ini sangat khas pada anggrek yang tumbuh di daerah dengan fluktuasi kelembaban tinggi dan rendah, misalnya di kawasan hutan monsun tropis. Dengan memiliki struktur seperti 'bawang', tanaman ini meminimalkan kehilangan air melalui transpirasi saat matahari bersinar terik dan air sulit didapatkan. Setelah hujan kembali turun, bonggol yang tampak kering akan segera memunculkan tunas baru yang vigor.
Bagi para penggemar anggrek, memahami siklus dormansi adalah kunci keberhasilan dalam merawat anggrek bawang. Perawatan mereka sangat bergantung pada musim. Selama masa pertumbuhan aktif (biasanya saat musim hujan atau saat penyiraman teratur), mereka membutuhkan penyiraman yang cukup dan pemupukan yang seimbang. Substrat yang ideal harus memiliki drainase yang sangat baik, biasanya campuran kulit kayu pinus, arang, dan sedikit lumut sphagnum.
Namun, tantangan muncul saat memasuki periode dormansi. Penyiraman harus dikurangi drastis atau bahkan dihentikan total selama beberapa bulan sesuai dengan kebiasaan alamiah spesies tersebut. Menyiram anggrek yang sedang dorman dapat menyebabkan bonggolnya membusuk, sebuah kegagalan umum bagi pemula. Cahaya yang cukup, tetapi tidak langsung membakar, juga krusial, terutama saat mereka sedang memulihkan diri dari dormansi dan mulai memunculkan tunas baru.
Meskipun struktur vegetatifnya (daun dan bonggol) tampak lebih sederhana atau 'berat' dibandingkan anggrek tropis yang anggun, bunga dari anggrek bawang seringkali mengejutkan dengan warna dan polanya yang mencolok. Bunga-bunga ini seringkali muncul dari pangkal pseudobulbus atau dari bagian atasnya, tergantung pada genusnya. Warna yang dominan berkisar dari kuning cerah, oranye kemerahan, hingga kombinasi ungu dan putih.
Bunga anggrek ini umumnya berumur lebih panjang dibandingkan anggrek umum lainnya, memberikan kepuasan visual yang lebih lama bagi pemiliknya. Kekuatan bertahan hidup yang ditunjukkan oleh struktur bonggolnya seolah ditransformasikan menjadi keindahan mekar yang padat dan memikat perhatian, menjadikannya koleksi berharga bagi para pekebun yang menghargai ketangguhan alamiah dalam keindahan flora. Mempelajari siklus hidup anggrek bawang adalah mempelajari sebuah pelajaran tentang ketahanan dan adaptasi evolusioner di dunia tumbuhan.