Anggrek, dengan keindahan dan keragaman varietasnya, selalu berhasil memikat hati para pecinta tanaman hias di seluruh dunia. Salah satu genus yang paling populer dan sering dibudidayakan, terutama di daerah dengan iklim yang lebih sejuk, adalah anggrek Cymbidium. Dikenal juga sebagai 'Anggrek Perahu' karena bentuk labellum (dagu) bunganya yang khas, Cymbidium menawarkan spektrum warna yang luas, mulai dari putih krem, hijau limau, hingga merah muda dan merah marun yang pekat.
Cymbidium berasal dari kawasan Asia yang luas, mulai dari dataran tinggi India, Cina, Jepang, hingga kepulauan Indonesia dan Australia. Berbeda dengan banyak anggrek tropis yang membutuhkan suhu panas konstan, sebagian besar spesies Cymbidium adalah anggrek epifit atau terestrial yang tumbuh subur di daerah pegunungan dengan perbedaan suhu harian yang cukup signifikan antara siang dan malam. Perbedaan suhu inilah yang seringkali memicu pembungaan spektakuler yang menjadi ciri khas anggrek ini.
Batang semu (pseudobulb) pada Cymbidium cenderung bulat dan besar, berfungsi sebagai penyimpan air dan nutrisi, memungkinkannya bertahan dalam kondisi kering sesekali. Daunnya panjang, ramping, dan menyerupai rumput, tersusun secara spiral mengelilingi pseudobulb. Namun, daya tarik utama Cymbidium terletak pada tangkai bunganya yang menjulang tinggi. Satu tangkai dapat membawa belasan hingga puluhan kuntum bunga yang mekar serempak, menciptakan pemandangan visual yang luar biasa. Ketahanan kuntum bunga Cymbidium juga patut diacungi jempol; mereka bisa bertahan mekar hingga beberapa minggu, menjadikannya pilihan favorit untuk rangkaian bunga potong.
Meskipun reputasinya dikenal sebagai anggrek yang agak 'rewel' dalam hal suhu, budidaya anggrek Cymbidium di rumah sebenarnya dapat dikelola dengan baik asalkan kebutuhan dasarnya terpenuhi. Kunci keberhasilan terletak pada imitasi kondisi habitat aslinya.
Cymbidium membutuhkan cahaya terang, tetapi tidak boleh terpapar sinar matahari langsung yang terik, terutama saat siang hari. Cahaya yang terlalu sedikit akan menghasilkan daun hijau gelap namun tidak akan pernah mau berbunga. Carilah lokasi yang mendapatkan sinar matahari pagi yang lembut atau sinar matahari sore yang difilter. Jendela menghadap timur atau timur laut seringkali ideal.
Ini adalah faktor paling krusial. Untuk mendorong pembungaan, Cymbidium membutuhkan periode pendinginan (vernalisasi) pada musim gugur. Mereka idealnya membutuhkan suhu malam sekitar 10-15°C selama beberapa minggu. Jika Anda tinggal di daerah yang sangat panas, mungkin diperlukan pendingin udara atau penempatan di ruangan ber-AC pada malam hari selama musim dormansi.
Seperti anggrek lainnya, Cymbidium rentan terhadap busuk akar jika terlalu banyak air. Siram secara menyeluruh ketika media tanam (biasanya campuran kulit kayu pinus, perlite, atau lumut sphagnum) terasa hampir kering. Hindari membiarkan air menggenang di piring pot. Selama periode pertumbuhan aktif (musim semi dan panas), penyiraman harus lebih sering daripada saat mereka sedang dorman.
Koleksi hibrida Cymbidium sangat luas, tetapi beberapa jenis sering menjadi primadona. Cymbidium goeringii adalah salah satu spesies Jepang yang dihargai karena bunganya yang harum dan relatif kecil. Sementara itu, hibrida besar seperti 'Dorian' atau varietas berwarna hijau seringkali menjadi pilihan utama untuk tampilan taman atau interior yang dramatis. Warna hijau pada Cymbidium sering diasosiasikan dengan kemurnian dan pembaharuan, menjadikannya simbol yang kuat dalam budaya Asia Timur.
Memelihara anggrek Cymbidium memang membutuhkan sedikit perhatian lebih pada fluktuasi suhu, namun ganjaran berupa tampilan bunga yang anggun dan tahan lama sepadan dengan usaha yang dicurahkan. Keindahan tropis mereka mampu mencerahkan sudut ruangan mana pun.