Angka 8, dalam sistem penomoran yang kita kenal secara universal, memiliki sejarah panjang dan menarik yang melibatkan berbagai peradaban. Namun, ketika kita berbicara tentang "angka 8 Arab", ini seringkali merujuk pada cara penulisan angka yang diwariskan dari peradaban Arab dan Timur Tengah, yang kemudian diadopsi dan berkembang menjadi sistem angka yang kita gunakan saat ini. Perlu dicatat bahwa angka yang kita gunakan, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9, seringkali disebut sebagai "angka Hindu-Arab" karena asalnya yang memang dari India dan kemudian disebarluaskan melalui dunia Islam (Arab).
Sistem angka Hindu-Arab, termasuk representasi angka 8, berasal dari India kuno. Sekitar abad ke-5 Masehi, para matematikawan India mengembangkan sistem desimal yang memiliki nilai tempat (positional notation) dan penggunaan angka nol sebagai placeholder. Angka 8 pada masa itu memiliki bentuk yang mungkin berbeda dari yang kita kenal sekarang, namun konsep kuantitas yang diwakilinya tetap sama.
Peran penting dalam penyebaran sistem ini dimainkan oleh para cendekiawan Muslim. Melalui penerjemahan karya-karya ilmiah India ke dalam bahasa Arab dan pengembangan lebih lanjut dalam matematika, astronomi, dan ilmu pengetahuan lainnya, sistem angka Hindu-Arab mulai dikenal luas di dunia Islam. Tokoh seperti Al-Khwarizmi, seorang matematikawan Persia yang karyanya menjadi dasar aljabar modern, sangat berperan dalam memperkenalkan konsep angka India ini kepada dunia Barat melalui terjemahan latin. Angka 8, dalam berbagai variasi penulisannya, menjadi bagian integral dari sistem ini.
Jika kita merujuk pada bagaimana angka 8 ditulis dalam aksara Arab standar, bentuknya adalah ٨. Sekilas, bentuk ini tampak berbeda dari angka 8 dalam aksara Latin yang kita kenal (8). Angka ٨ terdiri dari dua garis lengkung yang saling terhubung, menyerupai bentuk seperti huruf 'z' yang dibalik atau seperti dua sudut siku-siku yang berhadapan.
Namun, penting untuk membedakan antara dua hal:
Dalam konteks penggunaan sehari-hari di banyak negara Timur Tengah yang menggunakan bahasa Arab, angka ٨ adalah representasi dari kuantitas delapan. Bentuk ini memiliki sejarahnya sendiri dalam evolusi kaligrafi dan penulisan Arab.
Angka 8 seringkali memiliki makna simbolis yang kaya dalam berbagai budaya dan tradisi. Dalam banyak keyakinan, angka 8 dikaitkan dengan konsep kesempurnaan, keseimbangan, dan kelimpahan. Bentuknya yang tertutup dan simetris sering diinterpretasikan sebagai simbol tak terbatas atau siklus yang tiada akhir, mirip dengan simbol 'infinity' (∞) yang juga berbentuk seperti angka 8 yang terbaring.
Dalam tradisi Tiongkok, angka 8 dianggap sebagai angka keberuntungan yang sangat kuat. Pelafalan angka delapan dalam bahasa Mandarin mirip dengan kata "kemakmuran" atau "kekayaan", sehingga sering digunakan dalam nomor telepon, plat nomor, tanggal pernikahan, dan bahkan nomor rumah yang dianggap membawa hoki.
Dalam Islam, angka 8 memiliki beberapa asosiasi penting. Misalnya, ada delapan malaikat yang memikul Arsy Allah, dan disebutkan bahwa Surga memiliki delapan pintu. Selain itu, angka 8 juga muncul dalam konteks lain yang menunjukkan nilai atau signifikansi spiritual.
Meskipun sistem angka Hindu-Arab (dengan digit 0-9) telah diadopsi secara global untuk sebagian besar keperluan teknis, ilmiah, dan komersial, penulisan angka Arab ٨ masih tetap relevan dan digunakan di banyak negara Arab dan negara lain yang menggunakan aksara Arab. Anda akan melihatnya dalam penanggalan Arab, dokumen resmi, buku, dan dalam percakapan sehari-hari di wilayah tersebut.
Keterampilan mengenali dan menggunakan angka dalam berbagai sistem penulisan menjadi semakin penting di dunia yang terhubung secara global. Memahami perbedaan antara representasi angka 8 dalam sistem Hindu-Arab (8) dan dalam aksara Arab (٨) memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang kekayaan linguistik dan sejarah numerik yang ada. Angka 8 Arab, baik dalam bentuknya maupun maknanya, terus menjadi bagian penting dari warisan budaya dan matematika.